(Jurnalislam.com) – Seseorang penderita bisul bernanah di lutut menahun yang tak kunjung sembuh meskipun berbagai macam pengobatan dilakukan mendatangi Imam Ibnu Mubarak rahimahullah.
Sang Imam menasihatinya, “Pergilah dan carilah wilayah yang penduduknya membutuhkan air. Lalu galilah sumur di sana. Semoga terdapat air mata memancar lalu nanahmu berhenti keluar.” Orang tersebut melakukannya dan ternyata sembuh!
Kisah lainnya di masa kita ini yang diceritakan oleh Syeikh Khalid Abu Syadi dalam Kitab Shafaqat Rabibah, ada orang bernama Ibnu Jad’an melihat untanya sangat bagus dan gemuk. Ia teringat firman Allah:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
“Kamu sekali-kali tidak akan masuk surga sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (Ali Imran: 92)
Iapun mensedekahkan unta tersebut berserta anak-anaknya ke tetangganya. Hari berganti hari terjadilah musim kemarau panjang yang menyebabkan kegersangan.
Pergilah ia berserta anak-anaknya mencari air di padang pasir yang biasa ditemukan di dalam celah-celah gua dalam tanah.
Ketika turun mengambil air, ia tersesat tidak menemukan jalan ke luar hingga berhari-hari. Anak-anaknya yang menunggu di mulut celahpun telah putus asa dan menganggap ayahnya telah mati.
Pulanglah anak-anaknya lalu membagi-bagi harta warisan, bahkan unta yang telah disedekahkan pada tetangganya juga diminta kembali.
Tetangganya tidak mempercayai jika Ibnu Jad’an telah mati, segera mencarinya dalam celah sumur. Ibnu Jad’an ditemukan masih bernafas padahal tertimbun dalam tanah selama lebih sepekan.
Ketika Ibnu Jad’an telah sadar dan mulai kuat bercerita, “Setelah tiga hari aku tersesat dan tertimbun tanah, aku berserah diri pada Allah. Tiba-tiba muncul mangkok penuh susu hangat menetes di mulutku.
Sehingga kau bisa minum sampai puas. Mangkok itu mendatangiku tiga kali dalam sehari lalu menghilang dalam kegelapan. Akan tetapi sudah dua hari ini tidak muncul, aku tidak tahu mengapa?”
Tetangganya kemudian menjawab, “Andai engkau mengetahui penyebab ketidakmunculannya, pasti engkau terheran-heran. Anak-anakmu mengira kamu telah mati dan mengambil unta betina yang Allah memberimu minum darinya.”
Dari dua kisah shahih ini, seorang mukmin akan menghadapai wabah coronavirus (CORVID-19) dengan cara berbuat kebajikan.
Karena tidak ada seorangpun yang bisa menjamin selamat dari wabah yang telah menyebar cepat keseluruh dunia. Wabah yang tidak hanya menimpa orang-orang durhaka pada Allah saja, tetapi juga bisa menimpa kaum muslimin.
Sebab itu, seorang mukmin akan membentengi dirinya dari musibah dengan perbuatan baik, memperbanyak perbuatan baik dan terus berbuat baik. Seperti kata Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, “Orang yang berbuat baik tidak akan jatuh, andaipun jatuh maka tulangnya tidak patah.”
Artinya, orang yang rajin berbuat baik bisa saja terkena musibah wabah penyakit. Tetapi andaipun ia terinfeksi, ia tidak akan hancur. Allah menyembuhkannya atau Allah memanggilnya untuk segera bertemu di atas ridha-Nya.
Apabila hanya dengan berbuat baik saja dapat melindungi kita dari wabah dan musibah, apalagi jika kita bersinergi dengan melakukan perbaikan masyarakat. Bahu membahu saling mendukung dalam dakwah. [agus riyanto]