Bentrokan Antara Pejuang Muslim Kashmir dengan Pasukan India Berlanjut, 19 Tewas

Bentrokan Antara Pejuang Muslim Kashmir dengan Pasukan India Berlanjut, 19 Tewas

Srinagar (Jurnalislam.com) – Sebuah aksi penutupan (shutdown) berlanjut untuk hari kedua di seluruh Kashmir yang dikendalikan India, menyusul bentrokan mematikan di desa-desa kubu pejuang dan pasukan penjajah India yang menewaskan 19 orang.

Semua toko, sekolah, dan perguruan tinggi masih ditutup dan jalan-jalan sepi pada hari Senin (2/4/2018) ketika para pemimpin pejuang Kashmir menyerukan penutupan penuh sebagai protes terhadap pembunuhan itu.

Kashmir yang mayoritas Muslim telah terbagi untuk India dan Pakistan sejak merdeka dari Inggris pada 1947.

Ribuan Warga Kashmir Turun ke Jalan Hadapi Tentara India

Di banyak wilayah yang bergejolak, termasuk bagian-bagian lama kota utama Kashmir, Srinagar, ratusan personel keamanan menjaga jalan karena pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah.

Para pemimpin separatis Kashmir memperpanjang seruan penutupan hingga 3 April. Pejabat pemerintah Kashmir memperpanjang penutupan sekolah-sekolah di wilayah tersebut setelah ketegangan baru.

Pada hari Ahad (1/4/2018), 19 orang, termasuk 12 pejuang, empat warga sipil dan tiga tentara India, tewas di tiga desa di distrik selatan Kashmir dan satu pejuang gugur dalam pertempuran senjata singkat di Dialgam, sebuah desa di distrik Anantnag.

Pembunuhan para pejuang menyebabkan demonstrasi besar-besaran di banyak wilayah, di mana lebih dari tiga lusin orang terluka.

SA Dinkar, inspektur polisi setempat, mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Senin situasinya terkendali.

“Semua pejuang telah dikuburkan dan acara pemakaman mereka berakhir. Kami tidak mendapatkan laporan tentang bentrokan, kecuali beberapa orang yang luka ringan,” katanya.

Desa-desa di Shopian telah menyaksikan kekerasan secara teratur sejak awal tahun ini dalam bentuk baku tembak antara kelompok perlawanan bersenjata dan pasukan India.

Sebagian besar pejuang yang gugur dalam bentrokan Ahad adalah warga lokal Kashmir selatan.

“Pasukan India menargetkan semua orang tidak peduli apakah pengunjuk rasa atau bukan,” kata Kulsuma Begum, yang menemani putra remajanya di sebuah rumah sakit di kota utama Kashmir, Srinagar.

“Putraku ditembak dengan pelet di mata kiri dan para dokter tidak yakin apakah dia bisa mendapatkan kembali penglihatannya sepenuhnya.

“Sungguh menyakitkan melihat semua anak muda di bangsal sini sedang berjuang untuk bisa melihat kembali.”

Dr Saleem Tak, inspektur medis di Rumah Sakit Shri Maharaja Hari Singh (SMHS), mengatakan hari Ahad adalah hari yang sibuk bagi para staf.

“Kemarin, kami menerima 45 pasien,” katanya kepada Al Jazeera.

Dia mengatakan “41 dari mereka menderita luka akibat serangan pelet di mata mereka, tiga mengalami luka tembak, dan salah satu dari mereka terkena peluru di perutnya. Sisa pasien lainnya stabil.”

Desa-desa di Kashmir selatan telah berubah menjadi benteng perlawanan menyusul pembunuhan seorang komandan muda, Burhan Wani, oleh pasukan penjajah India pada tahun 2016.

Sejak itu, warga secara terbuka mendukung kelompok bersenjata yang memerangi pasukan penjajah India di Kashmir.

Baik Pakistan maupun India mengklaim wilayah Himalaya secara penuh dan telah berperang tiga kali di wilayah pegunungan, yang tetap menjadi salah satu wilayah paling termiliterisasi di dunia.

Warga Kashmir menuntut referendum dilakukan untuk membiarkan mereka memutuskan masa depan mereka.

Puluhan ribu orang, kebanyakan warga sipil, telah tewas sejak 1990.

Bagikan