WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Sebuah laporan PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia terkait dengan intervensi asing di Yaman merinci korban sipil yang luas akibat serangan udara koalisi pimpinan-Saudi, menurut Washington Post.
Para ahli PBB memeriksa 10 serangan udara pada 2017 yang menewaskan 157 orang, termasuk 85 anak, dengan mengatakan bahwa “tindakan yang diambil oleh koalisi pimpinan Arab Saudi dalam proses penargetannya untuk meminimalkan korban anak-anak, jika ada, sebagian besar tetap tidak efektif,” menurut Washington Post, yang memperoleh laporan yang belum pernah dirilis, lansir Al Arabiya.
Laporan tersebut juga mengkritik Iran karena tidak menghentikan pengiriman senjata ke pemberontak Houthi, yang menyerbu ibukota Yaman Sanaa pada tahun 2014 dan menguasai wilayah-wilayah besar di negara tersebut.
Pasar Pemberontak Syiah Houthi Dibom Koalisi Arab, 20 Tewas
Pada bulan Maret 2015, sebuah koalisi yang dipimpin oleh Saudi menghasilkan serangan udara besar melawan pemberontak Syiah Houthi yang bertujuan memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Sejak saat itu, lebih dari 10.000 orang terbunuh, menurut PBB.
Sebagian besar dari 5.000 kematian warga sipil disebabkan oleh koalisi pimpinan-Saudi, dimana Uni Emirat Arab (UEA) adalah anggotanya, kata PBB sebelumnya.
Koalisi, yang mempertahankan blokade di Yaman, menggunakan “ancaman kelaparan sebagai alat tawar-menawar dan instrumen perang,” Washington Post mengutip laporan tersebut.
Pada bulan November, PBB mengatakan bahwa “Yaman akan dicengkeram oleh kelaparan, dalam bentuk yang tidak pernah dilihat dunia selama bertahun-tahun – jika blokade tersebut … tidak dicabut.”
Puluhan Wartawan Ditawan Pemberontak Syiah Houthi
Pejabat tinggi hak asasi manusia PBB Zeid Raad al-Hussein telah menyerukan penyelidikan independen atas kekejaman di Yaman selama tiga tahun sebelum masyarakat internasional menyetujui pada tahun 2017.
Pada bulan September, Belanda dan Kanada memulai debut sebuah rancangan resolusi yang akan membentuk sebuah komisi penyelidikan internasional untuk memastikan “pelaku pelanggaran dan kekerasan, termasuk yang dapat merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, harus bertanggung jawab.”
Resolusi tersebut disetujui setelah China memberi sinyal dukungannya akhir bulan itu.
Menurut Washington Post, laporan PBB tersebut juga menuduh pemberontak Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman – termasuk ibu kota, Sanaa – melakukan pelanggaran besar.
Laporan tersebut menemukan bahwa rudal balistik yang ditembak oleh Houthis terhadap Arab Saudi konsisten dengan rancangan rudal Iran.
Iran membantah memiliki peran dalam memasok pemberontak dengan senjata walaupun terbukti rudal yang digunakan Houthi buatan Iran. Laporan tersebut tidak menjelaskan informasi mengenai bagaimana rudal dipasok, menurut Washington Post.
Milisi Syiah Houthi juga bertanggung jawab atas pembunuhan di luar proses hukum dan penahanan massal, klaim laporan tersebut.
Laporan tersebut mengatakan tampaknya perang di Yaman tidak akan berakhir dalam waktu dekat.