Dua Kelompok Militer yang Didukung AS Saling Bunuh di Suriah Utara

SURIAH (Jurnalislam.com) – Sebagai bagian dari operasi militer Turki yang sedang berlangsung di Suriah utara, dua kelompok militer yang didukung AS di sisi berlawanan saling bunuh di dekat kota Jarabulus di provinsi Aleppo utara, lansir The Long War Journal, Senin (29/08/2016).

Jaysh al Tahrir, sebuah kelompok bersenjata yang beroperasi di bawah naungan Tentara Pembebasan Suriah (the Free Syrian Army) dan telah menerima beberapa rudal anti-tank TOW dari AS, mengklaim telah menguasai dua desa dari Pasukan Demokratik Suriah (Syrian Democratic Forces-SDF) yang dipimpin di Kurdi selatan Jarabulus. SDF juga telah menerima cukup dukungan militer AS, termasuk serangan udara dan pasukan operasi khusus yang bergabung dalam kelompok SDF.

Dalam salah satu video, pasukan Jaysh al Tahrir terlihat berjalan melalui bangunan salah satu desa dekat kota Al Amarnah. Seorang pasukannya kemudian ditampilkan mengacungkan bendera SDF yang mereka rebut dari daerah. Di lain video (yang sekarang sudah dihapus), Jaysh al Tahrir mengklaim telah mengambil “lebih dari delapan” pasukan SDF sebagai tawanan dalam operasi dekat Al Amarnah. Video ini juga menunjukkan gambar pasukan SDF yang mati di Twitter feed-nya.

Jaysh al Tahrir bertempur bersama beberapa kelompok Islam yang didukung Turki dalam Operasi Perisai Efrat Turki. Operasi ini dilakukan untuk melindungi perbatasan Turki dari Islamic State, sekaligus juga dimaksudkan untuk mendorong kembali SDF dukungan AS. Kelompok SDF adalah Unit militer Perlindungan Masyarakat Kurdi (YPG), yang merupakan cabang Suriah dari organisasi ektremis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang ditunjuk sebagai teroris oleh Turki. Ketika SDF merebut kota Manbij dengan dukungan berat AS, Turki diminta untuk mempercepat intervensi untuk mencegah kemajuan Kurdi lebih banyak lagi.

AS kini terlibat dalam tindakan muka dua antara menjaga hubungan dekat dengan Turki dan mitra utamanya dalam memerangi Islamic State. Peter Cook, seorang juru bicara Pentagon mengatakan dalam email ke The New York Times, bahwa AS memantau situasi antara kedua kelompok dan bahwa pemerintah “menegaskan bahwa pertempuran tersebut tidak dapat diterima.” Namun, AS berada dalam posisi canggung sebagaimana terlihat oleh Kurdi, dengan adanya dukungan diam-diam atas intervensi Turki, sebagai pengkhianatan.

Kecanggungan ini juga muncul setelah Wakil Presiden AS Joe Biden mengatakan agar YPG mundur kembali ke sisi timur Sungai Efrat, yang juga cenderung dilihat sebagai penghinaan oleh sekutu AS tersebut.

 

 

Komisi Pemilihan Umum Irak Tolak Usulan Milisi Syiah Masuk dalam Daftar Peserta Pemilu

BAGHDAD (Jurnalislam.com) – Komisi pemilihan resmi Irak pada hari Ahad menolak usulan untuk memungkinkan Hashd al-Shaabi, sebuah kelompok payung milisi Syiah pro-rezim Irak, untuk mendaftarkan diri sebagai partai politik sebelum pemilihan dijadwalkan untuk tahun depan, Anadolu Agency melaporkan Senin (29/08/2016).

Keputusan itu muncul satu hari setelah tokoh Syiah ekstrim Muqtada al-Sadr menyatakan bahwa pemerintah mendatang negara itu akan menjadi “pemerintah milisi Syiah” jika Hashd al-Shaabi diizinkan maju sebagai kandidat di pemilihan dewan provinsi dan parlemen yang masing-masing dijadwalkan berlangsung pada tahun 2017 dan 2018.

Dalam sebuah pernyataan hari Ahad, komisi mengatakan telah mendasarkan keputusan pada fakta bahwa Hashd al-Shaabi merupakan “organisasi militer dengan link ke badan keamanan Irak.”

Partai Politik Hukum Irak, yang telah diratifikasi oleh parlemen tahun lalu, kemudian menjelaskan melarang pendaftaran “organisasi militer atau paramiliter” sebagai partai politik.

Pada tanggal 20 Juli, komisi pemilihan memulai proses pendaftaran bagi partai politik yang direncanakan untuk berpartisipasi dalam pemilu mendatang.

Menurut juru bicara Sekte Syiah, Hashd al-Shaabi Karim al-Nouri, tanggung jawab utama kelompok milisi Syiah saat ini adalah untuk berusaha melawan kelompok Islamic State (IS), di wilayah Irak yang dilanda perang. (baca juga: Irak Lakukan Penangkapan atas Pelanggaran Kemanusiaan Milisi Syiah di Fallujah)

“Kehadiran kami di medan perang saat ini adalah untuk menghadapi ISIS,” kata al-Nouri kepada Anadolu Agency pada hari Ahad.

“Kami tidak ingin mempersenjatai diri, tapi situasi keamanan negara yang mencekam memaksa kita untuk berubah dari sebuah organisasi sipil menjadi sebuah organisasi militer,” katanya.

Dia menambahkan, “Beberapa pemimpin Hashd al-Shaabi, termasuk Hadi al-Amiri (mantan menteri transportasi Irak dan komandan Organisasi Al-Badr yang berafiliasi Hashd saat ini) pada dasarnya adalah seorang politisi, bukan seorang tokoh militer.” (baca juga: Milisi Syiah Irak Bunuh 31 Warga Sipil Fallujah)

“Perhatian utama kami sekarang sedang berusaha memerangi ISIS,” al-Nouri menegaskan.

Irak telah mengalami kekosongan keamanan yang menghancurkan sejak pertengahan 2014.

Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Irak – yang didukung oleh serangan udara yang dipimpin AS dan sekutunya di darat, termasuk milisi Syiah Hashd al-Shaabi – merebut banyak wilayah dari ISIS.

 

Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam

 

 

 

 

Pesawat Tempur Turki Serang Sasaran Pasukan PKK di Irak Utara

Pesawat Tempur Turki Serang Sasaran Pasukan PKK di Irak Utara

ANKARA (Jurnalislam.com) – Militer Turki mengatakan jet-nya telah menyerang sasaran teroris PKK di Irak utara, Anadolu Agency melaporkan Senin (29/08/2016).

Empat jet tempur melakukan serangan udara terhadap sasaran-sasaran PKK di wilayah Avasin-Basyan pada pukul 18:50-18:57 waktu setempat (1550 dan 1557GMT), menghancurkan sejumlah target yang tidak diketahui, kata pernyataan itu.

PKK – yang juga terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki dan Uni Eropa – melanjutkan operasi bersenjata 30 tahun terhadap negara Turki pada bulan Juli 2015.

Sejak itu, lebih dari 600 personel keamanan, termasuk tentara, polisi dan penjaga desa, telah tewas dan lebih dari 7.000 teroris PKK juga tewas atau “dinetralkan” dalam operasi di seluruh Turki dan Irak utara.

 

Deddy | Anadolu Agency | Jurnalislam

Operasi Perisai Efrat: Setelah ISIS Kini Milisi Kurdi YPG Mundur dari Jarablus

Operasi Perisai Efrat Setelah ISIS Kini Milisi Kurdi YPG Mundur dari Jarablus

SURIAH (Jurnalislam.com) – Faksi mujahidin Suriah telah menguasai 12 daerah baru selama operasi Perisai Efrat pada hari Senin setelah serangan lain yang dilancarkan terhadap milisi YPG, sayap bersenjata Partai Uni Demokratik PYD di barat daya Kota Jarabulus, ElDorar AlShamia melaporkan, Senin (29/08/2016).

Faksi-faksi jihad Suriah menguasai 12 daerah yang berada di bawah kontrol milisi YPG, yaitu desa Emm Sous dan al-Hdra, atau secara lokal disebut (Boldakk Kecil dan Boldakk Besar). “Faksi juga menguasai desa-desa Dulaimi, Aldokhar dan Hlonji, Dahr al-Mughara, peternakan al-Tamorah, Umm Rosoum, al-Malhamyah, al-Yakobya, Arab Hassan dan Mahsenli,” koresponden dari jaringan ElDorar AlShamia menjelaskan.

Faksi mengambil kendali pada hari Ahad di kota-kota el-Amarna, dan Dabes, Ain al-Beida, Be’r al-Kosa, dan Balaban,yang terletak antara Jarabulus dan Manbej, setelah pertempuran sengit yang melibatkan penerbangan pesawat tempur Turki dan membunuh 15 milisi.

Dalam laporan lain, kelompok Islamic State (IS) kemarin malam melancarkan serangan dengan kendaraan yang dipasangi bom pada posisi milisi YPG di selatan kota Manbej yang sebelumnya dikuasai IS.

 

Deddy | Al Shamia | Jurnalislam

Al Shabaab Serang Pantai Restoran Asing di Mogadishu, 10 Tewas

A Somali policeman looks at the wreckage of a vehicle destroyed in a car bomb explosion at the Banadir beach restaurant at Lido beach in Somalia's capital Mogadishu, August 25, 2016. Picture taken August 25, 2016. REUTERS/Feisal Omar

SOMALIA (Jurnalislam.com) – Sejumlah pria bersenjata meledakkan sebuah bom mobil dan menyerbu restoran pantai di ibukota Mogadishu, menewaskan sedikitnya 10 orang.

Sedikitnya 10 orang tewas setelah al-Shabab menyerang sebuah restoran asing di pantai ibukota Mogadishu dengan bom mobil sebelum terlibat baku tembak dengan pasukan Somalia, menurut polisi setempat dan Al Shabaab.

“Sebuah bom mobil meledak di restoran pantai Banadir di pantai Lido dan terjadi tembak-menembak. Kami tidak memiliki rincian lainnya sejauh ini,” Mayor Ahmed Ibrahim, seorang polisi, mengatakan kepada kantor berita Reuters, Kamis.

Al-Shabab yang merupakan al-Qaeda di Somalia mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

“Kami menyerang restoran pantai Banadir dan sekarang para mujahidin kami bertempur di dalamnya,” Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer, kepada Reuters.

Al-Shabab telah melakukan serangkaian serangan mematikan di Somalia untuk menggulingkan pemerintah korup yang didukung Barat.

Pada bulan Januari, para pejuangnya menyerbu restoran lain di pantai Lido, menewaskan 17 orang.

Pada hari Kamis, saksi Reuters di dekat lokasi serangan pantai mengatakan restoran telah ditutup oleh aparat bersenjata dan bahwa penyerang melemparkan granat ke arah petugas dan menembaki mereka.

Mereka mengatakan mereka juga melihat dua mayat tergeletak di tanah.

Menteri Keamanan Internal Abdirizak Omar Mohamed mengatakan di akun Twitter-nya: “Peringatan: Orang-orang yang berada dekat lokasi ledakan harus tinggal di hotel dan di rumah-rumah mereka dan yang sedang berada di dalam mobil tidak seharusnya masuk daerah pantai Lido..”

Al-Shabab didorong dari Mogadishu oleh pasukan AMISOM Uni Afrika pada tahun 2011 tetapi tetap menjadi ancaman potensial di Somalia, dan sering meluncurkan serangan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintah boneka Barat.

Dalam insiden terpisah di Somalia selatan, sebuah bom pinggir jalan yang diyakini telah ditanam oleh para pejuang al-Shabab melukai tiga orang di kota Baardheere di wilayah Gedo, Kolonel Hussein Nur, seorang perwira polisi di kota itu, mengatakan kepada Reuters melalui telepon.

Pada hari Ahad, lebih dari 20 orang tewas ketika pembom yang meledakkan dua bom mobil di sebuah markas militer pemerintah daerah di wilayah semi-otonomi Puntland Somalia.

 

Deddy | Aljazeera | Jurnalislam

Evakuasi Warga Sipil Daraya atas Kesepakatan untuk Akhiri Pengepungan Pasukan Assad

Evakuasi Warga Sipil Daraya atas Kesepakatan untuk Akhiri Pengepungan Rezim Assad 2

SURIAH (Jurnalislam.com) – Bus pertama pengungsi meninggalkan pinggiran Damaskus yang dikepung, sebagai kelompok oposisi bersiap untuk menyerahkan kontrol wilayah kepada pasukan rezim Nushairiyah Assad, Aljazeera melaporkan Jumat (26/08/2016).

Warga dan kelompok oposisi mulai meninggalkan Daraya, pinggiran Damaskus yang terkepung hari Jumat, sebagai bagian dari kesepakatan evakuasi untuk mengakhiri salah satu perang terpanjang lima tahun lamanya di Suriah.

Konvoi bantuan yang diatur oleh badan amal medis Bulan Sabit Merah memasuki pinggi kota awal hari Jumat, saat ratusan pejuang oposisi bersiap menyerahkan kontrol wilayah kepada pasukan rezim.

Pejuang oposisi dan pasukan rezim Assad setuju mencapai kesepakatan pada hari Kamis untuk mengevakuasi kota, yang telah dikelilingi pasukan dan milisi Syiah pro-rezim sejak 2012. Sejak itu, hanya satu pengiriman bantuan yang telah mencapai daerah tersebut, menurut PBB.

Seorang saksi kantor berita Reuters melihat enam bus meninggalkan kota, dan rekaman di televisi pemerintah menunjukkan bus dengan hati-hati berkendara melewati sekelompok besar prajurit melalui jalan-jalan yang berjajar dengan puing-puing.

Sumber mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sekitar 8.000 warga sipil dan 800 pasukan oposisi akan dievakuasi dari pinggiran Damaskus, yang sebelum perang adalah rumah bagi seperempat juta orang.

Reporter Al Jazeera Hashem Ahelbarra, melaporkan dari Gaziantep di sisi Turki perbatasan Suriah-Turki, mengatakan kelompok oposisi “dipaksa untuk menandatangani kesepakatan”.

“Selama hampir empat tahun, warga Daraya telah hidup di bawah pengepungan, dengan warga sipil kelaparan sampai mati oleh pasukan rezim Suriah. Ini adalah kesepakatan yang harus ditandatangani kelompok pejuang oposisi dan sekarang kita akan melihat warga sipil pindah ke Sahnaya – sebuah kota di Gubernuran Damaskus – di bawah kendali rezim, “katanya.

PBB, yang telah berulang kali menyerukan pencabutan pengepungan, mengatakan bahwa mereka “tidak terlibat dan tidak berkonsultasi dalam kesepakatan ini,” dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura.

De Mistura, yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Jenewa, Jumat, mengatakan situasi di Daraya “sangat serius dan tragis” dan bahwa “permintaan berulang untuk mencabut pengepungan Daraya belum menuju terlaksana.”

Dilansir dari Jenewa, editor diplomatik Al Jazeera, James Bays mengatakan pemerintah Suriah “strategi kebijakan menyerah karena kelaparan sebenarnya telah sukses karena mereka sekarang berhasil menutup Daraya dan mengeluarkan semua orang dari Daraya.”

Pasukan oposisi dari Daraya akan dibawa ke provinsi utara Idlib, yang dikuasai oleh Tentara Pembebasan (Army of Conquest), sebuah koalisi kelompok bersenjata anti-Assad

Kelompok pejuang Suriah yang menguasai Daraya adalah Ajnad al-Sham dan the Martyrs of Islam, kelompok yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan.

1ab7a563740e4d75bfb111944c1d914f_18Namun, aktivis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Pasukan oposisi sangat prihatin atas keselamatan warga sipil, banyak dari mereka adalah kerabat dari para pejuang oposisi, karena rezim hanya menawarkan sedikit atau bahkan tidak memberikan jaminan.

Berbicara kepada Al Jazeera dari Yordania, penasihat advokasi Charmain Mohamed dari Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan meskipun akhir penyanderaan di kota itu adalah langkah positif, timnya “prihatin tentang perlindungan warga sipil” dan bahwa setiap evakuasi “seharusnya dilakukan secara sukarela.”

“Harus ada akses kemanusiaan yang benar-benar tak terkekang dan warga sipil harus dilindungi, menurut hukum kemanusiaan internasional.”

Beberapa kelompok oposisi lain juga mengkritik kesepakatan itu, menyebutnya sebagai kemunduran besar saat Muslim Sunni akan dipaksa keluar dari rumah mereka, yang selanjutnya akan memecah belah negara itu di sepanjang garis Sunni – Syiah.

“Ini adalah pola rezim Syiah untuk mendorong Sunni dari komunitas yang mereka kontrol dan telah tinggal di sana selama beberapa dekade. Pada 2015, ada kesepakatan serupa di Zabadani di pinggiran ibukota,” tambah wartawan kami.

Pada tahun 2012, beberapa ratus orang tewas di Daraya, termasuk warga sipil, banyak eksekusi terjadi, ketika pasukan Syiah Assad menyerbu pinggiran setelah penduduk setempat mengangkat senjata.

Menurut PBB, hampir 600.000 penduduk hidup di bawah pengepungan di Suriah, sebagian besar dikelilingi oleh pasukan rezim dan milisi Syiah pro Assad.

Di beberapa tempat, pengepungan pemerintah yang berlangsung lama telah mendorong pejuang Suriah menyetujui penawaran evakuasi oleh rezim, aktivis terkemuka menuduh Damaskus menggunakan taktik keji bagi warga sipil “kelaparan atau menyerah.”

Awal tahun ini, de Mistura memperkirakan bahwa 400.000 orang lebih telah meninggal sepanjang lima tahun terakhir.

PBB tidak lagi melacak korban tewas karena tidak dapat mencapai banyak daerah dan terdapat komplikasi navigasi statistik bertentangan yang diajukan oleh rezim Suriah dengan kelompok oposisi moderat dan faksi-faksi mujahidin Suriah

 

Deddy | Al Jazeera | Jurnalislam

Serangan Bom Truk Hantam Markas Polisi Turki di Cizre, 11 Tewas dan 70 Terluka

TURKI (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 11 polisi tewas dan 70 lainnya luka-luka dalam serangan bom truk di sebuah markas polisi di Cizre di Turki tenggara, menurut kantor gubernur setempat, lansir Aljazeera Jumat (26/08/2016).

Bom itu meledak di sebuah pos pemeriksaan di luar kantor pusat pada hari Jumat, setelah penyerang gagal melewati para penjaga di sana, kata media pemerintah. Ledakan itu diikuti oleh pertempuran bersenjata antara polisi dan penyerang.

Cizre yang didominasi Kurdi berada di provinsi Sirnak Turki dan berbatasan dengan Suriah dan Irak.

Serangan itu menewaskan 11 polisi dan melukai 78 orang, 3 di antaranya adalah warga sipil, pernyataan kantor gubernur Sirnak mengatakan.

Asap besar mengepul dari lokasi serangan, rekaman di televisi Turki menunjukkan. Mereka juga menampilkan sebuah bangunan tiga lantai yang besar hancur lebur dan dikelilingi oleh puing-puing.

Milisi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) mengklaim bertanggung jawab atas serangan hari Jumat itu.

“Tim pengorbanan kami menggelar aksi tindakan komprehensif di Cizre yang menewaskan puluhan polisi,” kata PKK, yang dikenal sering melebih-lebihkan jumlah korban.

Dalam pernyataan mereka mengatakan serangan itu adalah pembalasan atas “terus diisolasinya” pemimpin mereka yang dipenjarakan, Abdullah Ocalan, dan “kurangnya informasi” tentang kesejahteraannya.

Ocalan ditahan di pulau penjara Imrali di luar Istanbul namun belum diizinkan mendapat kunjungan pengacara atau pendukung selama lebih dari satu tahun.

PKK juga mengatakan tidak sengaja menargetkan pemimpin partai oposisi utama Turki dalam serangan di timur laut pada hari Kamis.

Pemerintah telah mengatakan PKK telah menargetkan konvoi Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai sekuler Partai Republik Rakyat (CHP), yang lolos tanpa cedera. Salah satu pejabat keamanan tewas dalam insiden itu.

“Kami akan memberikan mereka (para penyerang) jawaban keji yang layak mereka dapatkan,” kata Perdana Menteri Binali Yildirim dalam konferensi pers di Istanbul, Jumat.

PKK, kelompok bersenjata yang dipandang sebagai organisasi teroris oleh Turki dan Uni Eropa, baru-baru ini meningkatkan serangan mereka di Turki tenggara.

Serangan terbaru di Cizre terjadi dua hari setelah pasukan Turki meluncurkan serangan darat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan serangan udara ke negara tetangga Suriah, yang menurut para pejabat Turki, menargetkan Islamic State (IS) dan Kurdi Suriah.

Ankara menyatakan Partai Uni Demokrat Kurdi Suriah (PYD) dan pasukan bersenjata Unit Perlindungan Rakyat (YPG) sebagai cabang dari ektremis PKK.

Turki tenggara akan melalui pertempuran paling intens dalam beberapa dekade setelah gencatan senjata antara negara Turki dan PKK runtuh pada bulan Juli tahun lalu.

Pihak militer telah berulang kali memerintahkan operasi militer dan jam malam di pusat-pusat perkotaan tenggara, termasuk Cizre, sejak saat itu.

Lebih dari 40.000 orang telah tewas sejak pemberontak PKK mengangkat senjata pada 1984.

 

 

Israel akan Bangun Kereta Gantung Sampai Lingkungan Masjid Al Aqsha

Israel akan Bangun Kereta Gantung di Lingkungan Masjid Al Aqsha

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Pemerintah zionis berencana untuk mendirikan sebuah “kereta gantung” di Yerusalem, yang akan berhenti di lingkungan Silwan Yerusalem Timur, harian Haaretz Israel melaporkan pada hari Kamis (25/08/2016), lansir World Bulletin, Kamis.

Menurut rencana Dewan Kota Yerusalem, kereta gantung tersebut akan mencakup empat tempat perhentian utama; satu di Yerusalem Barat, yang kedua di pusat Kedem, yang termasuk milik kelompok sayap kanan Elad, yang ketiga di Silwan dan keempat di dekat gerbang Al-Jadeed (Lions).

Walikota Yerusalem yang dijajah Israel Nir Barkat mengatakan kereta gantung bukan hanya akan melayani kebutuhan ekonomi zionis dan pariwisata, tetapi juga mengakomodasi ritual Yahudi di lingkungan Yerusalem.

“Kereta gantung akan menunjukkan pada para pengendara untuk memahami siapa yang benar-benar memiliki kota ini,” Haaretz mengutip Barkat mengatakan.

Dewan Kota Yerusalem mengatakan kereta gantung masih dalam tahap perencanaan dan akan mengirimkannya saat sudah siap.

Rencana zionis segera menyulut ketegangan di Palestina.

Syeikh Najeh Bkerat, kepala Departemen Naskah dan Peninggalan/Pusaka/Warisan Masjid Al-Aqsha, memperingatkan bahwa rencana Israel tersebut bertujuan untuk mengkonsolidasikan cengkeraman Israel di kota suci.

“Setelah merebut sekitar Yerusalem dengan permukiman Yahudi dan melakukan penggalian di bawah Masjid Al-Aqsha, Israel sekarang mencari kontrol terhadap langit kota Al Quds,” katanya.

Zionis yahudi menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat selama Perang Timur Tengah 1967. Israel kemudian menganeksasi kota pada tahun 1980, mengklaimnya sebagai ibukota negara Yahudi yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Hukum internasional memandang Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai “wilayah yang dijajah” dan menganggap semua pembangunan permukiman Yahudi di wilayah tersebut tidak sah.

13 Orang Tewas dalam Serangan di Kampus Universitas Amerika di Kabul

13 Orang Tewas dalam Serangan di Kampus Universitas Amerika di Kabul

KABUL (Jurnalislam.com) – Sebuah serangan 10-jam yang mematikan di Universitas Amerika di Afghanistan (American University of Afghanistan-AUAF) di Kabul berakhir Kamis pagi menewaskan sedikitnya 13 orang, termasuk tujuh mahasiswa, lansir World Bulletin Kamis (25/08/2016).

Taliban menyerbu kampus AUAF, yang terletak di jalan yang sibuk di bagian barat ibukota Afghanistan, Rabu malam. Menurut polisi seorang pembom mobil pertama-tama meledakkan perangkat saat Taliban lainnya menyerbu kampus. (baca juga: Serangan Mematikan di Kampus Universitas Amerika di Kabul, 1 Tewas dan 26 Terluka)

Jenderal Abdul Rahman Rahimi, Kepala Polisi Nasional Afghanistan di Kabul, mengkonfirmasi pada hari Kamis bahwa tujuh siswa, tiga polisi dan tiga personil universitas tewas dalam serangan itu, sementara 30 lainnya terluka.

Penjaga kampus baku tembak dengan Taliban sebelum unit khusus dari Pasukan Nasional Afghanistan tiba untuk melawan Taliban.

Sekitar 700 siswa, anggota fakultas dan warga lainnya sedang berada di universitas bergengsi tersebut saat itu.

Beberapa menit setelah ledakan pertama, semua yang hadir di kampus dilarikan ke bunker bawah tanah sementara yang lain melarikan diri dengan melompati dinding di sisi belakang kompleks kampus.

Ini bukan pertama kalinya AUAF ditargetkan. Dua guru asing universitas itu diculik di dekat kampus beberapa minggu yang lalu dan masih tetap ditahan.

 

Deddy | World Bulletin | Jurnalislam

Pasukan Assad Kembali Gagal Maju ke Ghouta Timur dan Menimpa Kerugian baru

Pasukan Assad Kembali Gagal Maju ke Ghouta Timur Timbulkan Kerugian baru

SURIAH (Jurnalislam.com) – Pertempuran antara pasukan Nushaairiyah Assad dan faksi perlawanan Suriah, Jaysh al Islam, terjadi di garis depan Hosh Nasri di Timur Ghouta, Provinsi Rif Dimashq pada hari Kamis, bertepatan dengan pemboman yang menargetkan wilayah tersebut, ElDorar AlShamia melaporkan Kamis (25/08/2016).

Jaysh al-Islam mengumumkan sebuah tank “T72” milik pasukan rezim Assad kembali hancur, dan sepuluh pasukan tewas saat mereka berusaha maju ke posisi-posisi mujahidin di garis depan “Hosh Nasri”, menambah kerugian baru pada pihak rezim.

Garis depan “Hosh Nasri” dan Hosh “Fara” melihat pergerakan pasukan al-Assad yang luar biasa dalam beberapa pekan terakhir, yang mengadopsi kebijakan bumi hangus.

Corps “Faylaq al-Rahman”, salah satu dari faksi mujahidin Suriah di Timur Ghouta – meluncurkan inisiatif kemarin, menyerukan Jaysh al-Islam untuk membentuk ruang operasi militer bersama, yang dirancang untuk melindungi daerah Ghouta dan menghalau setiap upaya pasukan rezim Syiah Assad.

 

Deddy | Al Shamia | Jurnalislam