Al Qaeda Afrika Barat Rilis Hasil Rampasan Perang di Pangkalan Militer Mali

Al Qaeda Afrika Barat Rilis Hasil Rampasan Perang di Pangkalan Militer Mali

MALI (jurnalislam.com) – Faksi jihad untuk Mendukung Islam dan Muslim (JNIM), cabang Al Qaeda di Afrika Barat, merilis beberapa foto sebelum hari ini mengenai serangan mematikan pekan lalu di sebuah pangkalan Mali dekat Timbuktu. Serangan tersebut dilaporkan menewaskan empat tentara Mali dan melukai lebih banyak lagi, Long War Journal melaporkan, Kamis (27/4/2017).

Pekan lalu, JNIM melaporkan sebuah serangan terkoordinasi tentang sebuah pangkalan militer Mali di daerah Gourma-Rharous di wilayah Timbuktu. JNIM melaporkan bahwa tentaranya menguasai pasukan khusus Malian dan menguasai pangkalan tersebut hingga tentara Prancis tiba. Militer Prancis mengatakan bahwa mereka mengirim sebuah “pelepasan komando gunung” untuk membantu pasukan Mali menghadapi para mujahidin tersebut.

JNIM mengatakan bahwa mereka mundur setelah serangan udara Prancis dimulai.

Sebelum mundur, JNIM dilaporkan membawa beberapa kendaraan militer, senjata, amunisi, dan menghancurkan peralatan lainnya. Foto-foto yang dirilis hari ini mengkonfirmasi laporan tersebut.

Baca juga: Al Qaeda Afrika Barat Rilis Video Perdana Pertempuran di Pangkalan Militer

Foto tersebut merinci puluhan senjata ringan, terutama varian senapan serbu Kalashnikov dan senapan mesin PK. Beberapa granat berpeluncur roket (RPG) diperlihatkan, begitu juga beberapa mortar dan granat.

Sejumlah besar amunisi juga diposisikan di depan kendaraan militer yang direbut, yang tampaknya dilengkapi dengan senapan mesin berat KPV. KPV lain juga tampak bersama dengan senjata-senjata lain yang disita.

Pangkalan yang sama di Timbuktu tersebut sebelumnya ditargetkan pada tahun 2015 dan 2016. Cabang Sahara AQIM dan Ansar Dine, dua faksi penyusun JNIM, melaporkan melakukan serangan tersebut.

Menurut data yang dikumpulkan oleh FDD’s The Long War Journal, sedikitnya ada 80 serangan yang dilakukan Al Qaeda di Mali dan negara-negara tetangga sepanjang tahun ini. Jumlah ini menggambarkan tren perjuangan yang lebih baru sejak tahun lalu, ketika serangan meningkat 150 persen dari tahun 2015.

Bagikan