Advokasi Muslim AS Protes atas Larangan Hijab oleh Polisi Columbus

OHIO (Jurnalislam.com) – Sebuah kelompok advokasi Muslim AS terkemuka telah mengajukan keluhan atas penolakan Divisi Polisi Columbus atas petugas perempuan yang mengenakan jilbab, dan menyebutnya sebagai keputusan yang diskriminatif.

Seperti yang dilansir oleh OnIslam.net pada hari Jumat (21/08/2015), "CAIR-Ohio membawa keluhan ini untuk mengakhiri larangan diskriminatif dalam mempekerjakan wanita Muslim yang mengenakan jilbab oleh Divisi Polisi Columbus," Romin Iqbal, seorang Staf Jaksa di Ohio dari Council on American-Islamic Relations, menulis dalam keluhan yang diajukan kepada Komisi Hak Sipil Ohio dan dikutip dalam pernyataan yang dikirim ke OnIslam.net.

"Larangan Divisi Polisi Columbus untuk mempekerjakan wanita Muslim yang mengenakan jilbab yang merupakan amanat agama mereka sama saja mendiskriminasikan perempuan Muslim religius yang ingin bergabung dengan kepolisian Columbus, dan merupakan pelanggaran Bab 4112 dari Ohio Revised Code dimana majikan diwajibkan untuk menyediakan akomodasi yang wajar dan tulus sesuai keyakinan agama karyawan dan calon karyawan."

Keluhan tersebut keluar setelah kepolisian Columbus memutuskan untuk menolak mempekerjakan petugas wanita Muslim yang mengenakan jilbab.

CAIR-Ohio mengajukan keluhan setelah Walikota Columbus Michael Coleman baru-baru ini mengatakan kepada Columbus Dispatch bahwa ia mendukung larangan jilbab.

"Ketika petugas pergi keluar ke masyarakat, mereka harus diidentifikasi sebagai petugas polisi Columbus, bukan polisi Muslim, bukan polisi Kristen, bukan polisi Yahudi, Hindu, Baptis atau apa pun," kata Coleman kepada The Columbus Dispatch.

Kepala polisi Kim Jacobs mengutip peringatan bahwa petugas yang mengenakan jilbab "mengesalkan setiap orang" dan menyatakan, "Jika minggu ini mengenakan jilbab, mungkin minggu depan akan mengenakan burqa."

Pada bulan Maret 2015 seorang wanita Muslim Amerika yang direkrut di Akademi Kepolisian Columbus terpaksa mengundurkan diri setelah polisi Columbus menolak memberikan akomodasi agama untuk jilbabnya.

The Dispatch menulis cerita pada bulan April tentang Ismahan Isse, seorang wanita Somalia-Amerika yang meninggalkan akademi polisi di bulan Maret karena larangan berjilbab.

Isse mengatakan bahwa dia ingin kembali ke akademi tapi penutup kepala adalah bagian penting dari agama dan identitasnya.

Meskipun tidak ada angka resmi, Amerika Serikat diyakini menjadi rumah bagi hampir tujuh juta Muslim.

Islam memerintahkan jilbab sebagai pakaian wajib seorang muslimah, bukan simbol agama yang menampilkan afiliasi seseorang.

Deddy | OnIslam | Jurniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.