SURIAH (Jurnalislam.com) – Sebagai bagian dari operasi militer Turki yang sedang berlangsung di Suriah utara, dua kelompok militer yang didukung AS di sisi berlawanan saling bunuh di dekat kota Jarabulus di provinsi Aleppo utara, lansir The Long War Journal, Senin (29/08/2016).
Jaysh al Tahrir, sebuah kelompok bersenjata yang beroperasi di bawah naungan Tentara Pembebasan Suriah (the Free Syrian Army) dan telah menerima beberapa rudal anti-tank TOW dari AS, mengklaim telah menguasai dua desa dari Pasukan Demokratik Suriah (Syrian Democratic Forces-SDF) yang dipimpin di Kurdi selatan Jarabulus. SDF juga telah menerima cukup dukungan militer AS, termasuk serangan udara dan pasukan operasi khusus yang bergabung dalam kelompok SDF.
Dalam salah satu video, pasukan Jaysh al Tahrir terlihat berjalan melalui bangunan salah satu desa dekat kota Al Amarnah. Seorang pasukannya kemudian ditampilkan mengacungkan bendera SDF yang mereka rebut dari daerah. Di lain video (yang sekarang sudah dihapus), Jaysh al Tahrir mengklaim telah mengambil “lebih dari delapan” pasukan SDF sebagai tawanan dalam operasi dekat Al Amarnah. Video ini juga menunjukkan gambar pasukan SDF yang mati di Twitter feed-nya.
Jaysh al Tahrir bertempur bersama beberapa kelompok Islam yang didukung Turki dalam Operasi Perisai Efrat Turki. Operasi ini dilakukan untuk melindungi perbatasan Turki dari Islamic State, sekaligus juga dimaksudkan untuk mendorong kembali SDF dukungan AS. Kelompok SDF adalah Unit militer Perlindungan Masyarakat Kurdi (YPG), yang merupakan cabang Suriah dari organisasi ektremis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang ditunjuk sebagai teroris oleh Turki. Ketika SDF merebut kota Manbij dengan dukungan berat AS, Turki diminta untuk mempercepat intervensi untuk mencegah kemajuan Kurdi lebih banyak lagi.
AS kini terlibat dalam tindakan muka dua antara menjaga hubungan dekat dengan Turki dan mitra utamanya dalam memerangi Islamic State. Peter Cook, seorang juru bicara Pentagon mengatakan dalam email ke The New York Times, bahwa AS memantau situasi antara kedua kelompok dan bahwa pemerintah “menegaskan bahwa pertempuran tersebut tidak dapat diterima.” Namun, AS berada dalam posisi canggung sebagaimana terlihat oleh Kurdi, dengan adanya dukungan diam-diam atas intervensi Turki, sebagai pengkhianatan.
Kecanggungan ini juga muncul setelah Wakil Presiden AS Joe Biden mengatakan agar YPG mundur kembali ke sisi timur Sungai Efrat, yang juga cenderung dilihat sebagai penghinaan oleh sekutu AS tersebut.