Bencana Belum Usai, Kepada Siapa Rakyat Berharap

Bencana Belum Usai, Kepada Siapa Rakyat Berharap

Oleh : Herliana Tri M

Bencana alam yang terjadi di Sumatera dan Aceh pada akhir bulan November lalu belumlah usai. Masyarakat masih harus berjuang keluar dari masalah ini, yang tak tahu kapan berakhirnya dan dapat hidup normal seperti sebelumnya. Sampai detik ini, mereka masih berjuang menyelamatkan diri dari tempat yang terisolir lokasinya, melewati jalan terjal berbahaya akibat rusaknya sarana dan prasarana imbas banjir bandang yang menerjang untuk dapat bertahan hidup dan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

BNPB mencatat jumlah korban tewas akibat bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dengan korban jiwa 1.135 orang. Selain korban meninggal, sebanyak 173 orang dilaporkan masih hilang, sementara 489,6 ribu warga lainnya masih mengungsi.

Berdasarkan data dari situs resmi BNPB Jumat, 26/12/2025 korban bencana berasal dari 52 kabupaten/kota di tiga provinsi terdampak. Selain korban jiwa, BNPB juga mencatat kerusakan pada 157.838 rumah warga. Sebanyak 77.397 rumah mengalami kerusakan ringan (detik.com, 26/12/2025)

Lambannya penanganan bencana yang dirasakan masyarakat terdampak, minimnya alokasi anggaran, karena masih mengandalkan anggaran daerah yang terbatas, menjadikan banyak masyarakat yang bersuara agar anggaran MBG (Makan Bergizi Gratis) dialihkan untuk penanganan bencana.

Secara logika suara- suara di media sosial ini patut mendapatkan perhatian pemerintah, apalagj anak sekolah juga sedang libur panjang di akhir tahun ini. Pun kalaupun anak sekolah sudah masuk, mengalihkan pendanaan MBG untuk mempercepat penanganan musibah lebih prioritas dan masuk akal, dalam rangka menyelamatkan nyawa dan membantu masyarakat keluar dari bencana.

Apalagi secara hitungan kebutuhan MGB per harinya sangatlah besar. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menuturkan bahwa pihaknya akan menggelontorkan dana Rp 1,2 triliun per hari untuk menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada 2026.

“Badan Gizi Nasional akan mengelola anggaran Rp 335 triliun untuk menjangkau seluruh penerima manfaat di seluruh Indonesia sehingga tahun depan insyaallah Badan Gizi Nasional akan menggelontorkan uang Rp 1,2 triliun per hari (kompas.com, 19/11/2025).

Artinya anggaran dana MBG yang jumlahnya lebih dari 1 triliun per hari kalau dialihkan untuk membantu korban bencana akan mempercepat solusi teratasinya musibah tersebut. Namun, opini pengalihan dana MBG untuk mengatasi bencana Sumatera dan Aceh belum mendapatkan perhatian dan fokus pemerintah.

Penerapan Islam kafah, Tumpuan Harapan Rakyat

Islam hadir untuk memberikan kemaslahatan bagi penduduknya. Aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala hadir untuk memberikan rahmat, karena berasal dari pencipta manusia. Aturan yang Allah hadirkan untuk mencegah terjadinya kerusakan sampai memberikan solusi saat musibah datang.

Dalam rangka mengatur, preventif terjadinya bencana, negara dengan penerapan aturan Islam akan membuat kebijakan tentang master plan, yang di dalamnya ditetapkan kebijakan sebagai berikut:

pertama, Apabila warga masyarakat akan membuka pemukiman atau kawasan baru untuk tempat tinggal, harus menyertakan variabel-variabel drainase, daerah serapan air, pemanfaatan tanah berdasarkan karakteristik tanah dan topografinya. Dengan kebijakan ini, mampu mencegah kemungkinan terjadinya banjir.

Kedua, mengatur syarat-syarat tentang izin pembangunan bangunan. Jika seseorang hendak membangun sebuah bangunan, baik rumah, toko, dan lain-lain, maka ia harus memperhatikan syarat-syarat dimana kebijakan tersebut tidak untuk menyulitkan rakyat yang hendak membangun sebuah bangunan. Bahkan negara akan menyederhanakan birokrasi, dan menggratiskan surat izin pendirian bangunan bagi warganya. Hanya saja, ketika pendirian bangunan di lahan pribadi atau lahan umum, diduga bisa mengantarkan bahaya, maka negara akan mencegah pendirian bangunan tersebut. Bahkan negara akan memberi sanksi bagi siapa saja yang melanggar kebijakan tersebut tanpa pandang bulu.

Ketiga, Indonesia sebagai negara kepulauan, banyak terdapat gunung berapi yang masih aktif, secara alami memang akan mengalami banyak bencana, sehingga negara yang memperhatikan rakyatnya sudah mengantisipasi saat musibah datang. Negara membentuk badan khusus yang menangani berbagai bencana alam yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan berat, evakuasi, pengobatan, dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana.

Selain dilengkapi peralatan canggih, petugas lapangan juga dilengkapi pengetahuan yang cukup tentang SAR (search dan rescue), serta ketrampilan yang dibutuhkan untuk penanganan korban bencana alam. Mereka diharuskan siap sedia setiap saat, dan bergerak cepat ketika ada bencana atau musibah. Apalagi dengan kecanggihan teknologi saat ini, alarm bencana yang berbunyi membuat petugas sigap untuk evakuasi warga sebelum bencana terjadi dan mengurangi peluang korban berjatuhan.

Keempat, menetapkan daerah-daerah tertentu sebagai cagar alam yang harus dilindungi. Juga menetapkan kawasan hutan lindung, dan kawasan buffer yang tidak boleh dimanfaatkan kecuali dengan izin. Termasuk memberi sanksi berat bagi yang merusak lingkungan hidup.

Kelima, menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, serta kewajiban memelihara lingkungan dari kerusakan. Hal tersebut sesuai ketetapan syariat mengenai dorongan berlaku hidup bersih dan tidak membuat kerusakan di muka bumi. Negara pun mendorong kaum Muslim menghidupkan tanah-tanah mati atau lahan kurang produktif, sehingga bisa menjadi buffer lingkungan yang kokoh.

Apabila aturan tentang preventif sudah dilakukan dan bencana tetap terjadi, negara akan menangani korban bencana alam dengan bertindak cepat dengan melibatkan seluruh warga yang dekat dengan lokasi bencana. Sekaligus menggerakkan tim yang memang sudah disiapkan khusus untuk penanganan bencana.

Negara juga akan menyediakan tenda, makanan, pakaian, dan pengobatan yang layak, agar korban bencana alam tidak menderita wabah penyakit, kekurangan makanan atau terlantar. Selain itu, negara mengerahkan para alim ulama memberikan taushiyyah bagi korban agar mereka mengambil pelajaran dari musibah, sekaligus menguatkan keimanan mereka agar tetap tabah, sabar, dan tawakal sepenuhnya kepada Allah.

Demikianlah gambaran tanggung jawab negara saat Islam diterapkan. Negara menganggap bahwa amanahnya di muka bumi bukan hanya sebatas urusan dunia namun juga dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.

Bagikan