IAIN Ponorogo dan Permai Penang Gelar Pelatihan Filantropi Islam untuk Pekerja Migran

IAIN Ponorogo dan Permai Penang Gelar Pelatihan Filantropi Islam untuk Pekerja Migran

PENANG (jurnalislam.com)– Dalam rangka meningkatkan pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (Ziswaf), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo dan Pertubuhan Masyarakat Indonesia di Penang (Permai) menggelar pelatihan manajemen kepada para pekerja migran Indonesia yang berlangsung sejak 25 hingga 26 November 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Rektor IAIN Ponorogo Miftahul Huda menekankan pentingnya penguatan kapasitas organisasi Indonesia di luar negeri, terutama dalam mengelola Ziswaf untuk kepentingan pemberdayaan pendidikan anak-anak dan masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri.

“Pelatihan ini merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa Ziswaf dapat dikelola dengan baik dan efektif. Melalui pengelolaan yang tepat, kami berharap program Permai dapat memberikan manfaat maksimal bagi kegiatan masyarakat Indonesia di Penang ini,” kata Miftahul Huda yang juga Guru Besar Ilmu Manajemen Wakaf ini.

Menurut Miftahul Huda, Permai memiliki peran yang sangat penting dalam memberdayakan generasi muda Indonesia di luar negeri, khususnya anak-anak pekerja migran.

Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat kapasitas lembaga ini agar dapat lebih optimal dalam menghadirkan berbagai program pendidikan dan pemberdayaan bagi anak-anak Indonesia.

“Melalui kolaborasi yang baik, kami berharap niat baik dari Permai dapat berjalan lancar dan efektif. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan dana Ziswaf yang dikelola dengan baik untuk program pemberdayaan anak-anak kita yang tinggal di luar negeri,” ujar Miftahul Huda.

Bagian dari edukasi filantropi

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Permai, Agung Priatin, mengungkapkan bahwa tujuan dari digelarnya program kerja sama antara Permai dan IAIN Ponorogo adalah untuk membuka pemahaman lebih mendalam mengenai zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf, khususnya bagi pengurus dan stakeholder yang ada di Permai Pinang.

Melalui program ini, Permai berharap dapat memperkenalkan konsep-konsep pengelolaan dana sosial yang sesuai dengan syariat Islam, sekaligus meningkatkan kapasitas pengelolaannya.

“Kami berharap ini dapat membantu Permai dalam merancang strategi fundraising yang dapat membuka peluang pendanaan dan bantuan sesuai dengan prinsip syariah Islam,” kata Agung.

Agung menyebutkan kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan antara Permai dan IAIN Ponorogo, serta menindaklanjuti nota kesepahaman (MoU) yang telah disepakati antara kedua pihak pada tahun lalu.

“Kami ingin menjalin hubungan yang lebih erat dengan IAIN Ponorogo, serta melaksanakan program pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dan mendukung program-program Permai,” tambahnya.

Agung juga menegaskan bahwa program ini merupakan upaya dari pengurus Permai untuk memperkenalkan organisasi ini kepada masyarakat luas, dengan menampilkan kontribusi sosial dan pendidikan yang dijalankan.

“Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa program-program sosial dan pendidikan yang dilakukan Permai sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar dapat terlaksana dengan baik dan minim hambatan,” pungkasnya.

Ziswaf punya dimensi sosial

Kegitan ini pun diisi oleh Beta Pujangga Mukti, kandidat Ph.D Centre For Islamic Development Management Studies (ISDEV) USM Malaysia yang memberikan materi soal manajemen Ziswaf dan Pizaro Gozali Idrus dosen Institut Agama Islam Pemalang dan mahasiswa doktoral Center for Policy Research USM yang memberikan materi mengenai Teknik fundraising untuk filantropi Islam.

Dalam pelatihan, Beta mengungkapkan bahwa Ziswaf tidak hanya memiliki dimensi vertikal sebagai ibadah, tetapi juga dimensi horizontal yang memberikan manfaat sosial.

Hal ini sangat relevan bagi pekerja migran Indonesia, terutama yang tergabung dalam paguyuban seperti Permai, yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.

Menurut Beta, Ziswaf dapat menjadi solusi pendanaan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung program sosial dan pendidikan bagi para pekerja migran dan keluarga mereka.

“Ziswaf memiliki fungsi sosial yang besar, selain sebagai bentuk ibadah. Para pekerja migran yang tergabung dalam paguyuban seperti Permai memiliki ruang untuk mengembangkan usaha-usaha produktif seperti perniagaan, pertanian, dan peternakan.

“Dalam hal ini, Ziswaf dapat digunakan sebagai alternatif pendanaan untuk mengembangkan sektor-sektor tersebut,” ujar Beta.

Namun, Beta menekankan pentingnya literasi dalam pengelolaan Ziswaf bagi para pekerja migran yang terafiliasi dengan paguyuban Permai. Pemahaman yang baik tentang Ziswaf akan membantu mereka untuk dapat mengelola dana tersebut dengan lebih baik dan produktif.

“Tujuan utamanya adalah, supaya mereka mempunyai pemahaman mengenai Ziswaf dan bagaimana dapat mengelola Ziswaf tersebut secara baik dan produktif,” papar dia.

Bagikan