Memiliki Sanad Keilmuan, Otoritas Pendidikan Islam Ada di Pesantren

Memiliki Sanad Keilmuan, Otoritas Pendidikan Islam Ada di Pesantren

TANGERANG(Jurnalislam.com)— Pesantren memiliki kekayaan khazanah keilmuan yang terekam dalam literatur kitab kuning. Kekayaan khazanah ini diajarkan melalui sanad keilmuan yang tidak terputus sehingga membentuk hubungan dan jaringan intelektual.

“Antara satu pesantren dengan pesantren lain, baik dalam satu kurun zaman maupun dari satu generasi ke generasi berikutnya, terjalin hubungan intelektual yang mapan. Sehingga, autentisitas pesantren mampu menjadi rujukan cara beragama yang otoritatif,” tegas Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi saat menutup al-Multaqa ad-Dawliy lil-Bahts ‘an Afkar at-Thullab wa-Dirasat Pesantren (Mu’tamad) atau  Simposium Khazanah Pemikiran Santri dan Kajian Pesantren, di Serpong, Jumat (15/10/2021).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ditjen Pendidikan Islam. Giat ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Santri 2021.

Zainut mengapresiasi penyebutan simposium ini dengan Mu’tamad. Menurutnya, istilah ini dalam literatur pesantren ditafsirkan sebagai pandangan ulama mu’tabar dan dijadikan landasan fatwa keagamaan.

Menurut Zainut, berdasarkan data Kementerian Agama, saat ini terdapat 34 ribu lebih pesantren di Indonesia.  Jumlah santrinya mencapai 4,7 juta orang. “Jumlah santri yang besar menunjukkan bahwa pesantren sangat berkontribusi dalam mencerdaskan dan mencetak generasi emas Indonesia di masa depan,” jelas Zainut.

Mewakili Direktur PD Pontren, Kepala Subdirektorat Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly, Aceng Abdul Aziz melaporkan, Mu’tamad merupakan rebranding dari Muktamar Pemikiran Santri Nusantara (MPSN) yang digelar pada tahun-tahun sebelumnya. Even ini menjadi forum bagi para santri, mahasantri alumnus hingga pesantren dalam merespon berbagai macam problematika zaman.

“Mu’tamad tahun ini telah menyajikan beberapa spesial panel yang membahas kemandrian pesantren, transformasi kultur akademik dan budaya pesantren pasca pandemi Covid-19, serta pesantren dan pengarusutaman perempuan,” jelas Aceng.

Berlangsung tiga hari, 13 – 15 Oktober 2021, Mu’tamad diikuti 117 santri, maha santri, dan alumni pesantren serta penggiat kajian pesantren. Hal ini sesuai jumlah naskah karya ilmiah yang terseleksi dari ratusan naskah yang masuk.

“Naskah peserta tersebut, 3 berasal dari DKI Jakarta, 17 dari Jawa Barat, 17 dari jawa tengah, 20 dari Yogyakarta, 42 dari Jawa Timur, 18 dari luar Jawa,” terangnya.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.