ANKARA (Jurnalislam.com) – Dewan Keamanan PBB saat ini melayani kepentingan lima anggota tetap pemegang hak veto, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Selasa (25/9/2018).
Kelima anggota Dewan, AS, Rusia, China, Prancis dan Inggris, “berdiam diri terhadap penindasan di belahan lain dunia,” kata Erdogan dalam pidatonya di sesi ke-73 Majelis Umum PBB.
Presiden Turki telah lama menganjurkan untuk mereformasi struktur Dewan Keamanan, mendorong motto, “Dunia lebih besar dari lima negara (The world is bigger than five).”
Erdogan mengatakan PBB telah melakukan pekerjaan dan mencapai sukses besar selama 73 tahun sejarahnya.
“Namun, juga terdapat fakta bahwa seiring waktu, Perserikatan Bangsa-Bangsa justru bergerak menjauh, tidak memenuhi harapan umat manusia untuk perdamaian dan kesejahteraan,” tambahnya, lansir Anadolu Agency.
Erdogan mengatakan “pembantaian” masa lalu di Bosnia, Rwanda dan Somalia, yang baru-baru ini terjadi di Myanmar dan yang sedang berlangsung di Palestina, semuanya terjadi di depan mata Dewan Keamanan.
Baca juga: 8 Anggota DK PBB Dukung Upaya Diplomatik Turki Cegah Serangan di Idlib
“Mereka yang tidak mengangkat suara mereka terhadap penindasan orang Palestina, bahkan berupaya untuk mengurangi bantuan bagi mereka, hanya meningkatkan keberanian para penindas,” tambahnya, mengacu pada keputusan AS baru-baru ini untuk memotong bantuan kepada badan PBB untuk pengungsi Palestina.
Turki akan terus berdiri bersama warga Palestina yang “tertindas” dan akan melindungi status sejarah dan hukum Yerusalem, kata Erdogan.
Dia menggarisbawahi perlunya “reformasi menyeluruh” dalam struktur dan fungsi PBB, khususnya Dewan Keamanan.
“Dan kami percaya bahwa ketika kita mengatakan ‘dunia lebih besar dari lima,’ kita menjadi suara hati nurani umat manusia yang sama,” kata Erdogan.
Membatasi reformasi PBB hanya pada anggaran tidak akan berkontribusi pada solusi masalah nyata atau membuat siapa pun senang, katanya.
Presiden menambahkan ada kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi PBB “yang saya anggap sangat penting bagi masa depan dunia, pada bidang tugas pokoknya yaitu keamanan, pembangunan dan kesetaraan sosial.”
“Ketika aset dari 62 orang terkaya di dunia berjumlah setengah dari aset populasi dunia yang berjumlah 3,6 miliar orang, ini berarti ada masalah,” kata Erdogan.
Dia menyerukan pembentukan sistem global baru di PBB yang akan menjadi suara pelaksana harapan umat manusia untuk keadilan.
Erdogan mengatakan Turki melanjutkan upayanya menuju dunia yang lebih adil sambil menerapkan diplomasi kemanusiaan global.
Baca juga: Jika Pertempuran di Idlib Terjadi, Bantuan Pangan PBB Hanya Cukup Sepekan
Dia mengingatkan bahwa Turki menampung 4 juta pengungsi, 3,5 juta di antaranya adalah dari Suriah, dan memberi mereka layanan yang “tak ada bandingannya” di tempat lain di dunia.
Jumlah total yang dibelanjakan Turki untuk pengungsi Suriah saja adalah $ 32 miliar.
“Namun, sejauh ini, dukungan eksternal yang kami terima hanya $ 600 juta dari organisasi internasional dan € 1,7 miliar dari Uni Eropa hingga sekarang,” kata Erdogan.
Erdogan mengatakan ia mengharapkan “dukungan yang lebih berlimpah dan fleksibel” bagi Turki, yang telah mencegah masuknya pengungsi besar ke tempat lain di dunia, terutama ke Eropa, berkat peluang yang disediakan Turki bagi para pengungsi.
Erdogan mengatakan Turki telah memberikan kontribusi substansial kepada PBB dalam hal krisis Teluk, orang-orang di Arakan (utara Rakhine State, Myanmar), rasisme, xenophobia dan Islamophobia dan juga Suriah.
Dia mengatakan Turki berusaha menjadikan Suriah kembali sebagai negara yang damai dengan bantuan dukungan bagi pembicaraan Jenewa dan Astana yang bertujuan untuk menemukan solusi damai bagi krisis Suriah.
“Dengan membersihkan daerah Jarabulus dan al-Rai dari IS, dan wilayah Afrin dari organisasi teroris PKK /PYD/YPG, kami telah mengubah wilayah seluas 4.000 kilometer [2,485 mil] menjadi tempat yang aman dan damai bagi jutaan warga Suriah,” kata Erdogan.
Baca juga: Terkait Idlib, PBB Mohon Turki dan Rusia Berdialog
Dia menambahkan Turki telah mencegah “serangan berdarah” rezim Nushairiyah Bashar al-Assad terhadap daerah de-eskalasi di Idlib dengan kesepakatan Sochi yang ditandatangani dengan Rusia.
“Saya menyerukan kepada semua pihak untuk mendukung solusi politik yang adil dan berkelanjutan di Suriah dengan pendekatan konstruktif. Kami ingin melihat pendekatan yang berprinsip melawan organisasi teroris.
Mengecam dukungan AS untuk PYD / YPG, afiliasi Suriah dari organisasi teror PKK, Erdogan mengatakan: “Mereka yang melengkapi teroris PYD dengan puluhan ribu truk dan ribuan pesawat kargo penuh senjata demi kepentingan taktis mereka pasti akan menyesal di masa depan.”