AFGHANISTAN (Jurnalislam.com) – Imarah Islam Afghanistan (Taliban) mengumumkan gencatan senjata tiga hari selama hari raya Idul Fitri pada akhir pekan ini, menyusul gencatan senjata yang diumumkan oleh pemerintah.
Taliban mengatakan pada hari Sabtu (9/6/2018) bahwa gencatan senjata tidak berlaku terhadap pasukan asing, dan bahwa mereka akan mempertahankan diri terhadap serangan apa pun.
Ini adalah gencatan senjata pertama sejak invasi pimpinan AS pada 2001.
Dalam pidato televisi pada hari Kamis, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat dengan Taliban hingga 20 Juni, bertepatan dengan berakhirnya bulan puasa Ramadhan.
Ghani mengatakan pertempuran melawan kelompok bersenjata lainnya seperti Islamic State (IS) akan terus berlanjut.
Presiden Afghanistan Umumkan Gencatan Senjata pada Taliban Tapi Tidak untuk IS
Langkah mengejutkan pemerintah tersebut terjadi beberapa hari setelah pertemuan para pemimpin agama terkemuka Afghanistan di ibukota, Kabul, mengeluarkan fatwa menentang pemboman dan serangan martir. Fatwa dikeluarkan oleh seorang ahli dalam hukum Islam.
Taliban mengutuk pertemuan itu, menegaskan bahwa perjuangan mereka melawan penjajah asing dibenarkan. Taliban juga mendesak para ulama untuk memihak pada Taliban untuk melawan “penjajahan” di negeri itu.
Tidak jelas kapan gencatan senjata Taliban akan dimulai, karena Idul Fitri dimulai ketika bulan pertama kali terlihat pada hari Ramadan ke-29 atau ke-30, dan bulan muncul pada waktu yang berbeda di seluruh negeri.
Pernyataan Taliban menambahkan bahwa kepemimpinan Taliban juga dapat mempertimbangkan melepaskan tahanan perang, jika mereka berjanji untuk tidak kembali ke medan perang.
NATO Sambut Pengumuman Gencatan Senjata dengan Taliban
AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka di Afghanistan pada 2014, tetapi AS masih memiliki ribuan pasukan yang berbasis di sana dalam mendukung dan dan berkontribusi dalam misi militer. Administrasi Trump telah mengirim pasukan tambahan untuk mencoba mengubah jalannya perang terpanjang yang dialami Amerika.
Hanya beberapa jam sebelum pengumuman Taliban di hari Sabtu tersebut, sedikitnya 17 tentara tewas ketika pos pemeriksaan mereka diserang oleh Taliban di provinsi Herat barat, kata Gelani Farhad, juru bicara gubernur provinsi.
Pada bulan Februari, Ghani menawarkan pengakuan terhadap Taliban sebagai kelompok politik yang sah dalam proses politik yang katanya dapat mengarah pada pembicaraan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari 16 tahun tersebut.
Ghani mengusulkan gencatan senjata dan pembebasan tahanan di antara berbagai opsi termasuk pemilihan baru yang melibatkan kelompok bersenjata, dan peninjauan konstitusional dalam perjanjian dengan Taliban untuk mengakhiri konflik yang tahun lalu saja telah membunuh atau melukai lebih dari 10.000 warga sipil Afghanistan.
Taliban telah berperang di Kabul sejak digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001 oleh pasukan multinasional pimpinan AS. Taliban telah menetapkan penarikan pasukan asing sebagai prasyarat untuk pembicaraan damai.