Militer Yahudi Persulit Perayaan Paskah di Yerusalem Bagi Kristen Gaza

Militer Yahudi Persulit Perayaan Paskah di Yerusalem Bagi Kristen Gaza

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Tiga hari sebelum hari Jumat Agung bagi penganut Nasrani, Israel belum mengeluarkan izin bagi umat Kristen Gaza untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem demi merayakan Paskah, kata pihak berwenang Gereja, lansir Aljazeera Selasa (27/3/2018).

Patriarkat Latin dari Yerusalem mengatakan, otoritas gereja telah mengajukan sekitar 600 izin bagi umat Kristen Palestina untuk melakukan perjalanan, tetapi belum menerima apapun.

Gaza berada di bawah blokade Israel dan akses keluar-masuk dibatasi ketat oleh militer Israel.

Otoritas militer yang dijalankan Israel yang beroperasi di Tepi Barat membela kebijakannya menolak para pemohon akses ke kota Yerusalem di Tepi Barat, dengan mengatakan bahwa mereka hanya akan mengeluarkan izin bagi orang yang berusia sedikitnya 55 tahun.

Rayakan Hari Raya Zionis, Ratusan Pemukim Yahudi Serbu Masjid al Aqsha

Pastor Ibrahim Shomali, kanselir dari Patriarkat Latin di Yerusalem, mengatakan bahwa umat Kristen seharusnya tidak perlu meminta izin.

“Kita harus memiliki akses gratis ke Tanah Suci, akses bebas ke tempat-tempat suci kita,” katanya di Gereja Makam Suci, yang dihormati sebagai tempat penyaliban dan kebangkitan kristus.

Tentu saja, kami mengajukan izin, tetapi seharusnya tidak perlu izin untuk datang mengunjungi tempat Anda sendiri.”

Para pemimpin gereja khawatir akan lebih banyak pembatasan dari biasanya tahun ini karena Paskah jatuh pada akhir pekan yang sama dengan dimulainya Passover, hari besar Yahudi dimana militer zionis meningkatkan keamanan.

Para pemimpin Kristen mengatakan keputusan Presiden AS Donald Trump pada bulan Desember untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel bisa memberatkan pembatasan otoritas Israel ke situs suci mereka.

“[Israel] akan menutup setiap pos pemeriksaan, dan akan lebih ketat daripada tahun lainnya karena proklamasi Trump dan efek yang kami dapatkan darinya, dan yang akan kami dapatkan,” kata Shomali.

Youssef Daher, dari Pusat Inter-Gereja Yerusalem, mengatakan keputusan Trump dapat menyebabkan tekanan Israel lebih lanjut pada otoritas Kristen, karena “mereka berpikir bahwa mereka memiliki kebebasan.”

Pada bulan Februari, para pemimpin Kristen mengambil keputusan langka untuk menutup Gereja Makam Suci selama tiga hari, sebagai protes terhadap kebijakan pajak baru Israel dan undang-undang pengambilalihan lahan yang diusulkan.

Gara-gara Pajak Israel, Para Pemimpin Gereja Tutup Gereja Paling Bersejarah di Dunia

Gaza memiliki 1.000 orang Kristen – sebagian besar dari mereka adalah Ortodoks Yunani – di antara populasi 2 juta orang di garis pantai yang sempit. Otoritas Ortodoks Yunani tidak tersedia untuk berkomentar pada hari Selasa.

Di Gaza, George Antone dari Patriarkat Latin mengatakan Israel mengizinkan hampir 570 orang Kristen keluar dari Gaza tahun lalu, dan berharap mereka akan berhasil lagi kali ini.

“Sejauh ini, belum ada tanggapan. Saya tidak akan kehilangan harapan tetapi saya akan sedih jika izin tidak didapat,” katanya.

Umat ​​Kristen Ortodoks merayakan Paskah sepekan kemudian, ketika orang Palestina dan peziarah dari seluruh dunia menghadiri upacara Api Kudus.

Bagikan