BELANDA (Jurnalislam.com) – Sekjen HAM PBB menuduh politikus anti Islam yaitu calon presiden AS Donald Trump dan nasionalis Belanda Geert Wilders, menyebarkan “kebencian ras dan agama yang memalukan.”
Zeid Raad mengatakan pada hari Senin bahwa “populis, penghasut dan politikus fantasi” seperti Wilders dan Trump, serta Nigel Farage di Inggris dan Marine Le Pen di Perancis, menggunakan taktik “menyebar ketakutan” kebencian terhadap Islam.
“Jangan salah, saya pasti tidak menyamakan tindakan demagog nasionalis itu dengan orang-orang ISIS,” komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, mengatakan pada acara gala dinner yang diselenggarakan oleh Peace, Justice and Security Foundation (Yayasan Perdamaian, Hukum dan Keamanan) yang berbasis di Den Haag, lansir Aljazeera, Selasa (07/09/2016).
“Tapi dalam modus komunikasi, propaganda ISIS yang berisi kebenaran setengah-setengah dan penyederhanaan, menggunakan taktik yang sama dengan orang-orang dari populis.”
“Dan kedua sisi persamaan ini saling menguntungkan satu sama lainnya – yang memang pengaruhnya tidak akan berkembang tanpa tindakan yang lainnya,” tambahnya, menyerukan aksi global untuk mengurangi pengaruh politik populis yang bisa berubah menjadi kekerasan tersebut.
Zeid memberi julukan “aneh (grotesque)” bagi Wilders yang menyerukan untuk tidak menerima imigran Muslim, menutup Masjid dan melarang al Quran, dalam platform pemilu Maret 2017.
Dalam tweet, Wilders menyebut Zeid “idiot.” Zeid adalah anak seorang pangeran Yordania dan ibunya adalah wanita kelahiran Swedia.
“PBB itu aneh (grotesque),” balas politisi sayap kanan Belanda itu. “Mari kita singkirkan para birokrat ini.”
Zeid mengatakan retorika Wilders bisa memiliki konsekuensi yang mengerikan.
“Sejarah mungkin telah mengajarkan kepada Wilders dan teman-teman sejenisnya seberapa efektif xenophobia dan kefanatikan dapat menjadi senjata,” kata Zeid. “Suasana akan menjadi kental dengan kebencian, yang pada titik ini dapat turun dengan cepat menjadi kekerasan kolosal.”
Zeid mengatakan diskriminasi itu dipercepat di tempat kerja, anak-anak dipermalukan dan dijauhi atas asal-usul etnis dan agama mereka.
“Mereka tidak ‘benar-benar’ Eropa,” kata Zeid. “Seluruh warga sedang diolesi dengan dugaan kolusi dengan teroris.”
Pidato Zeid ini menarik tepuk tangan meriah dari penonton di acara gala dinner tersebut.