GAZA (jurnalislam.com)- Serangan militer Israel yang terus berlangsung telah mengubah lahan pertanian subur di Jalur Gaza, terutama di sepanjang perbatasan timur, menjadi tanah tandus. Ladang dan rumah kaca yang sebelumnya menjadi sumber kehidupan kini hancur, mendorong sektor pertanian Gaza ke ambang kehancuran, menurut keterangan petani dan pejabat Palestina.
Israel dituding sengaja menargetkan infrastruktur pertanian Gaza sebagai bagian dari strategi memperdalam krisis kemanusiaan di wilayah yang dihuni lebih dari dua juta orang itu.
Para ahli dan pejabat setempat memperingatkan, penghancuran sektor pertanian telah memperburuk krisis ketahanan pangan di Gaza, membuat jutaan orang terancam kelaparan.
Berdasarkan data resmi Palestina, lebih dari 90 persen lahan pertanian Gaza kini “tidak dapat digunakan” karena para petani tidak bisa mengakses tanah mereka akibat serangan Israel.
“Operasi militer Israel telah menghancurkan sekitar 16.700 hektare lahan pertanian, termasuk 7.800 hektare lahan sayuran, 1.400 hektare lahan tanaman pangan, dan 7.500 hektare lahan pohon buah-buahan,” kata juru bicara Kementerian Pertanian Gaza, Mohammed Abu Ouda, dikutip The New Arab (28/4/2025).
Ia menambahkan, lebih dari 45 persen lahan pertanian Gaza telah hancur sebagian atau sepenuhnya, sehingga membuat petani kesulitan untuk bangkit kembali.
“Sebelum perang, Gaza memproduksi sekitar 25 jenis tanaman pangan yang berbeda, cukup untuk mencapai tingkat swasembada,” ujar Abu Ouda.
“Kini, dengan sebagian besar lahan pertanian musnah dan impor makanan diblokir, memenuhi kebutuhan pangan pokok penduduk menjadi hampir mustahil.” imbuhnya.
Para petani Gaza menggambarkan betapa beratnya dampak perang terhadap kehidupan mereka. Mohammed al-Madhoun, seorang petani dari Shujaiya di Gaza Timur, menceritakan bahwa ladangnya yang dahulu penuh tomat, mentimun, dan kentang kini berubah menjadi tanah hangus.
“Kami mencoba menyelamatkan yang tersisa, tetapi jika terlalu dekat, kami ditembaki,” katanya kepada The New Arab.
“Sebelum perang, saya memiliki profesi yang cukup untuk menghidupi delapan anggota keluarga saya. Kini, semuanya hancur.”
“Kalau saya tidak bekerja, keluarga saya akan kelaparan. Tapi kalau saya mendekat ke lahan, saya bisa dibunuh,” tambahnya.
“Israel secara sengaja memusnahkan ketahanan pangan kami.”
Di Jabalia, Gaza Utara, petani lain bernama Samer al-Bardawil, juga menghadapi risiko serupa.
“Setiap hari adalah perjuangan. Kami mempertaruhkan hidup untuk mendatangi lahan, karena pilihannya hanya dua: mengambil risiko demi masa depan atau menyerah pada kelaparan,” kata ayah sembilan anak berusia 55 tahun itu.
Kerusakan akibat serangan Israel tak hanya melanda sektor pertanian. Sektor peternakan Gaza pun mengalami kehancuran parah. Menurut Kementerian Pertanian Gaza, sekitar 2.500 peternakan ayam hancur dan lebih dari 36 juta ekor ayam mati, termasuk 850.000 ayam petelur.
Selain itu, ribuan sapi dan domba juga hilang, memperburuk ketahanan pangan wilayah tersebut.
“Kami telah kehilangan segalanya,” ujar Adel Shaath, seorang peternak dari Gaza Timur. Ia menceritakan bahwa seluruh hewan ternaknya mati karena tidak bisa diberi makan atau minum saat terjadi pengeboman.
Mohammed al-Wahidi, seorang pakar ekonomi di Gaza, mengatakan kehancuran sektor pertanian dan peternakan membuat Gaza kehilangan harapan untuk swasembada.
“Lahan produktif yang tersisa hanya sekitar 1.500 hektare, terutama di wilayah barat Khan Yunis dan al-Zawaida. Itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk,” jelasnya.
“Blokade ketat Israel akan terus menghalangi upaya warga Palestina untuk menghidupkan kembali sektor pertanian mereka dalam waktu dekat,” pungkas al-Wahidi.
Reporter: Bahry
Sumber: The New Arab