7.000 Pejuang Faylaq ar Rahman Dievakuasi dari Ghouta ke Idlib Hari ini

7.000 Pejuang Faylaq ar Rahman Dievakuasi dari Ghouta ke Idlib Hari ini

GHOUTA (Jurnalislam.com) – Sebuah kelompok pejuang bersenjata di Ghouta Timur mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan rezim Syiah Nushairiyah Suriah untuk mengevakuasi para pejuang dan warga sipil ke provinsi Idlib yang dikuasai oposisi di barat laut.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan Jumat (23/3/2018), kelompok Faylaq ar-Rahman, pasukan oposisi terbesar kedua di Ghouta Timur, mengatakan bahwa kesepakatan yang diperantarai Rusia tersebut memungkinkan evakuasi segera orang-orang yang sakit dan terluka, dan bantuan itu akan diizinkan di dalam wilayah yang dikepung, lansir Aljazeera.

Pejuang oposisi dan keluarga mereka akan diizinkan meninggalkan Ghouta Timur, di pinggiran ibukota Suriah Damaskus, dan mereka yang memutuskan untuk tetap menetap akan dijamin keselamatannya, kata pernyataan itu.

Ribuan Pejuang Akhirnya Tinggalkan Ghouta Timur

Selain itu, pertukaran tahanan antara Faylaq ar-Rahman dan rezim Suriah akan berlangsung, dan polisi militer Rusia akan dikerahkan di daerah-daerah yang dikuasai kelompok itu, seperti Irbin, Zamalka, Ein Tarma dan Jobar.

Dalam siaran televisi, media pemerintah Suriah Sana mengatakan bahwa evakuasi 7.000 orang – pejuang dan anggota keluarga mereka – ke Idlib akan dimulai pada Sabtu pukul 9 pagi (07:00 GMT).

Pasukan Suriah telah membagi Ghouta Timur menjadi tiga wilayah, yang berada di bawah kendali tiga kelompok oposisi yang berbeda.

Kesepakatan itu merupakan yang kedua di daerah kantong itu setelah kelompok oposisi Ahrar al-Sham setuju untuk melakukan evakuasi dari Harasta, kota di bawah kendalinya, pada hari Rabu.

Bagian ketiga daerah kantong, yang mencakup kota Douma di utara, dikendalikan oleh kelompok oposisi Jaish al-Islam dan merupakan bagian terakhir yang berada di bawah pengaruh oposisi.

Setelah Ghouta, Kini Giliran Warga Idlib Jadi Target Jet Tempur Rusia, 20 Tewas

Zeina Khodr dari Al Jazeera mengatakan bahwa yang dievakuasi dalam kedua kesepakatan itu bukan hanya pejuang dan keluarga mereka.

“Warga sipil lainnya juga akan pergi, orang-orang yang terlibat dalam kegiatan oposisi seperti aktivis media, petugas medis, sukarelawan pertahanan sipil,” katanya, berbicara dari ibu kota Lebanon, Beirut.

“Orang-orang ini dianggap teroris oleh rezim Syiah Assad sehingga mereka tidak bisa tinggal.”

Khodr mencatat bahwa kesepakatan tersebut merupakan bagian dari taktik militer yang telah digunakan oleh pemerintah Suriah dalam tujuh tahun terakhir.

“Pemerintah Suriah mengepung suatu daerah, membombardir secara brutal, membuat orang kelaparan dan memberi mereka pilihan untuk pergi, kelaparan atau mati,” katanya.

“Ini terjadi di masa lalu dan PBB mengkritiknya sebagai pemindahan paksa,” tambahnya.

Serangan Mematikan Pejuang Ghouta Targetkan Pos Militer Rezim Assad di Ibukota Suriah

Lebih dari 1.500 warga sipil tewas di daerah kantong itu, di timur ibu kota, Damaskus, sejak pasukan rezim pemerintah yang didukung oleh jet tempur Rusia melancarkan serangan dahsyat pada 18 Februari hingga kini.

Pihak oposisi kehilangan sebagian besar wilayah itu, dengan tentara rezim Suriah mengklaim bahwa sekarang telah merebut kembali 80 persen Ghouta Timur.

Bagikan