WASHINGTON (jurnalislam.com)– Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Jumat (5/8/2025) bahwa Washington sedang melakukan negosiasi “sangat mendalam” dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, terkait pembebasan sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.
“Kami sedang dalam negosiasi yang sangat mendalam dengan Hamas,” kata Trump kepada wartawan. Ia menegaskan bahwa situasi akan “sulit” dan “buruk” jika Hamas tidak segera membebaskan para sandera.
“Kami sudah bilang, bebaskan mereka semua, sekarang juga. Dan hal-hal yang jauh lebih baik akan terjadi bagi mereka. Tetapi jika Anda tidak membebaskan mereka semua, situasinya akan sulit, situasinya akan buruk,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa Hamas “meminta beberapa hal yang baik-baik saja,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Menurut otoritas Israel, para pejuang Palestina membawa lebih dari 250 orang ke Gaza setelah serangan 7 Oktober 2023. Saat ini sekitar 50 sandera Israel diyakini masih berada di Gaza, dengan 20 orang diperkirakan hidup.
Trump, yang tengah berkampanye untuk kembali ke Gedung Putih, berulang kali berjanji akan mengakhiri perang di Gaza dengan cepat, meski hingga kini resolusi belum tercapai.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika seluruh sandera dibebaskan, Hamas dilucuti senjatanya, Israel menetapkan kendali keamanan atas Gaza, dan terbentuk pemerintahan sipil alternatif. Sementara Hamas menuntut diakhirinya perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah tersebut.
Secara terpisah, anggota biro politik Hamas, Izzat al-Rishq, menanggapi pernyataan Trump dengan menyebut bahwa pihaknya telah menunjukkan kesiapan untuk mencapai kesepakatan.
“Presiden AS Donald Trump berkata: Saya meminta Hamas untuk segera memulangkan semua 20 sandera, bukan 2, 5, atau 7, dan keadaan akan berubah dengan cepat,” ujar al-Rishq.
“Kami memberi tahu Presiden AS Trump bahwa Hamas telah menyetujui proposal mediator pada 18 Agustus, yang pada dasarnya didasarkan pada proposal Witkoff, dan Netanyahu belum menanggapi. Kami juga telah menyatakan kesiapan kami untuk kesepakatan komprehensif di mana semua tahanan dibebaskan dengan imbalan sejumlah tahanan kami yang disepakati di penjara pendudukan, dengan cara yang mencapai gencatan senjata dan penarikan pasukan pendudukan,” lanjutnya.
Al-Rishq menegaskan bahwa Netanyahu adalah “penghambat sejati” kesepakatan pertukaran dan gencatan senjata. “Dia menginginkan perang tanpa akhir,” tegasnya. (Bahry)
Sumber: TNA