GAZA (jurnalislam.com)— Seorang tentara Israel yang baru-baru ini dibebaskan oleh Hamas mengungkapkan bahwa kelompok perlawanan Palestina itu memperlakukannya dengan baik, bahkan memfasilitasi dirinya untuk tetap menjalankan ibadah Yahudi selama masa penawanan di Gaza.
Matan Angrest, tentara Israel yang dibebaskan pada Senin (13/10), mengatakan kepada Channel 13 Israel bahwa ia meminta perlengkapan ibadah seperti tefillin (filakteri yang digunakan saat ibadah), sebuah buku doa, dan gulungan Taurat kepada Hamas.
“Hamas memenuhi permintaan itu. Mereka memberikannya kepada saya, barang-barang tersebut diambil dari tempat yang sebelumnya diduduki tentara Israel di Gaza,” ungkap Angrest.
Ia menuturkan bahwa selama masa penahanan di terowongan Gaza, ia tetap menjalankan doa tiga kali sehari dan selamat dari beberapa serangan udara Israel yang menghantam wilayah dekat tempat ia ditahan.
Perlakuan terhadap para tawanan oleh sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, kerap menarik perhatian publik. Dalam beberapa pembebasan sebelumnya, para tawanan yang dilepaskan terlihat melambaikan tangan dan mengucapkan salam perpisahan kepada para pejuang yang menjaga mereka.
Hamas berulang kali menegaskan bahwa mereka berupaya melindungi nyawa para tawanan dan memperingatkan bahwa pemboman “tanpa pandang bulu dan berdarah” oleh Israel di Gaza justru membahayakan para tawanan tersebut.
Dalam dua tahun terakhir, operasi militer Israel di Gaza dilaporkan telah menyebabkan 26 tawanan tewas, sebagian akibat serangan udara Israel sendiri atau kondisi penahanan yang memburuk akibat pemboman.
Hamas menangkap sekitar 251 tawanan dalam serangan terhadap wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.
Salah satu insiden paling disorot terjadi pada Desember 2023, ketika tentara Israel menembak mati tiga tawanan Israel yang saat itu sedang mengibarkan bendera putih. Militer Israel kemudian mengakui tindakan tersebut sebagai “kesalahan tragis”.
Pada 9 Februari 2024, militer Israel juga mengumumkan hasil penyelidikan bahwa seorang tawanan bernama Yossi Sharabi, warga Kibbutz Be’eri di dekat perbatasan Gaza, “kemungkinan tewas” akibat serangan udara Israel. Pihak kibbutz sendiri telah mengumumkan kematiannya sebulan sebelumnya.
Sejak awal pekan ini, Hamas telah membebaskan 20 tawanan Israel hidup-hidup dan menyerahkan jenazah 10 tawanan lainnya pada Rabu malam (15/10) sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Kelompok tersebut menyebut proses evakuasi jenazah lainnya masih terkendala karena minimnya peralatan dan intensitas pemboman Israel yang menyebabkan kerusakan besar serta menghalangi akses ke sejumlah area.
Sementara itu, Israel dilaporkan telah membebaskan 250 warga Palestina yang divonis seumur hidup, serta 1.718 tahanan lainnya yang ditangkap di Gaza setelah 8 Oktober 2023.
Foto-foto pembebasan tawanan Israel menunjukkan mereka tampak bersih dan tersenyum berbanding terbalik dengan kondisi para tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Rekaman video menunjukkan tahanan Palestina terlihat lemah, kelelahan, dan trauma setelah mengalami penahanan panjang yang disertai penyiksaan. Sejumlah lembaga hak asasi manusia juga melaporkan adanya kekerasan fisik, pemerkosaan, serta perampasan kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan di penjara-penjara Israel.
Lebih dari 10.000 warga Palestina masih mendekam di penjara Israel, termasuk anak-anak dan perempuan. Banyak di antaranya ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan di bawah status “penahanan administratif”.
Didukung Amerika Serikat, agresi Israel di Gaza sejak 8 Oktober 2023 hingga kini telah menewaskan sedikitnya 67.913 warga Palestina dan melukai 170.134 orang lainnya, sebagian besar perempuan dan anak-anak. (Bahry)
Sumber: TNA