Syeikh Khubyab al Sudani Kini Menjabat sebagai Pemimpin AQAP di Yaman

YAMAN (Jurnalislam.com)Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) merilis video baru yang menampilkan mantan tahanan Guantanamo, Ibrahim Qosi, yang juga dikenal sebagai Syeikh Khubyab al Sudani, menjabat sebagai pemimpin dan juru bicara Al Qaeda di Yaman, lansir The Long War Journal, Kamis (10/12/2015)

Pada bulan Juli 2010, Ibrahim Qosi dihukum atas tuduhan konspirasi dan dukungan material untuk terorisme di hadapan komisi militer. Ibrahim Qosi dipindahkan ke negara asalnya Sudan dua tahun kemudian, pada bulan Juli 2012.

Ibrahim Qosi bergabung dengan AQAP pada tahun 2014 dan menjadi salah satu pemimpinnya. Ibrahim Qosi dan komandan AQAP lainnya membahas saat mereka melancarkan jihad secara panjang lebar dalam video berjudul Guardians of Syariah.  

Ulama Islam menjamin kebenaran dari proyek jihad, menurut Ibrahim Qosi. Dan perang melawan Amerika terus berlangsung meskipun melalui jihad secara individu, sebagaimana yang pernah diserukan oleh al Qaeda. Di sini, Ibrahim Qosi menyebut kebijakan al Qaeda juga mendorong serangan individu dan sel perlawanan yang lebih kecil, seperti Kouachi bersaudara, yang menyerang kantor Charlie Hebdo di Paris awal tahun ini. Operasi Kouachi bersaudara disponsori oleh AQAP.

Para veteran mujahidin al Qaeda ditampilkan dalam video menekankan pentingnya mengikuti saran para ulama jihad yang diakui. Terkait ini Al Qaeda telah mengkritik Islamic State (IS) karena tidak mengikuti ajaran para pendahulu-pendahulu jihad yang dihormati, AQAP menolak legitimasi pernyataan diri Baghdadi sebagai "khilafah" secara sepihak tanpa adanya musyawarah dengan para ulama dan pendahulu di kancah jihad.

Sebuah bocoran dari Joint Task Force Guantanamo (JTF-GTMO) berupa berkas penilaian akan ancaman dan file lain yang dibuka untuk publik mendokumentasikan banyaknya dokumen tentang Ibrahim Qosi. Dalam penilaian ancaman, tanggal 15 November 2007, analis intelijen AS menjelaskan Ibrahim Qosi sebagai ancaman beresiko tinggi bagi AS dan sekutu-sekutunya.

"Tahanan ini merupakan jihad veteran yang diakui dengan pengalaman tempur sejak tahun 1990 dan diperkirakan dia akan terlibat dalam pertempuran terhadap pasukan AS, jika dibebaskan," isi berkas JTF-GTMO yang ditemukan.

Pada tahun 1990, Ibrahim Qosi bertemu dua anggota al Qaeda yang merekrutnya untuk jihad di Afghanistan.

Qosi kemudian dilatih di kamp al Farouq milik al Qaeda, ​​yang merupakan fasilitas pelatihan utama kelompok pejuang Afghanistan tersebut sebelum peristiwa 11/9. Pada tahun 1991, Syeikh Usamah bin Laden pindah ke Sudan dan Ibrahim Qosi mengikuti.

Dia bekerja sebagai akuntan dan bendahara untuk Syeikh Usamah bin Laden, dan terus melanjutkan peran tersebut setelah al Qaeda pindah kembali ke Pakistan dan Afghanistan pada pertengahan 1990-an.

JTF-GTMO menemukan bahwa Ibrahim Qosi dipilih menjadi anggota keamanan elit Syeikh Usamah bin Laden. Dia juga memilih untuk melakukan misi khusus sekitar waktu itu.

Misalnya, Ibrahim Qosi menjabat sebagai kurir dan mungkin telah menyampaikan dana ke sel jihad yang bertanggung jawab atas upaya pembunuhan atas Presiden Mesir Hosni Mubarak 25 Juni 1995.

Ibrahim Qosi pindah ke Chechnya pada tahun yang sama, sebelum kembali ke sisi Syeikh Usamah bin Laden di Afghanistan pada suatu ketika di tahun 1996 atau 1997.

"Dari tahun 1998 sampai 2001," analis JTF-GTMO menulis, Ibrahim Qosi melakukan "perjalanan bolak-balik antara garis depan dekat Kabul dan Kandahar untuk membantu dalam perang melawan Aliansi Utara."

Pada Desember 2001, Pakistan menangkap Ibrahim Qosi saat Pertempuran Tora Bora. Dia ditahan sebagai bagian dari kelompok yang dijuluki Dirty 30 oleh pejabat intelijen AS. The Dirty 30 termasuk anggota lain dari unit pengawal Syeikh Usamah bin Laden, serta Mohammed al Qahtani, calon pembajak ke-20.

Saat ditahan di Guantanamo pada tahun 2003, Ibrahim Qosi ditanya mengapa ia tetap setia kepada Syeikh Usamah bin Laden selama bertahun-tahun. Menurut JTF-GTMO, Ibrahim Qosi menjelaskan hal itu adalah "kewajiban agama untuk membela Islam dan memenuhi kewajiban jihad dan bahwa perang antara Amerika dan al Qaeda adalah perang antara Islam dan agresi orang-orang kafir."

Syeikh Khubyab al Sudani menjelaskan dalam pernyataan baru di video rilisan AQAP bahwa ia tidak pernah merubah keyakinannya dalam dua belas tahun terakhir.

 

Deddy | TLWJ | Jurnalislam

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.