RAMALLAH (jurnalislam.com)- Hasil jajak pendapat di kalangan warga Palestina selama masa perang diterbitkan pada Rabu (13/12) menunjukkan peningkatan dukungan terhadap Hamas. Dukungan ini tampaknya semakin meningkat bahkan di Jalur Gaza yang hancur. Dan terjadi penolakan besar-besaran terhadap Presiden Mahmoud Abbas yang didukung Barat, dengan hampir 90% responden mengatakan bahwa ia harus mengundurkan diri.
Temuan-temuan yang dikeluarkan oleh lembaga jajak pendapat Palestina ini menandakan kesulitan yang lebih besar ke depan bagi visi pemerintahan Biden pascaperang mengenai Gaza dan menimbulkan pertanyaan tentang tujuan Israel yang ingin mengakhiri kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.
Washington telah menyerukan kepada Otoritas Palestina (PA) yang berbasis di Tepi Barat, yang saat ini dipimpin oleh Abbas, untuk mengambil kendali atas Gaza dan memerintah kedua wilayah tersebut sebagai cikal bakal negara. Para pejabat AS mengatakan Otoritas Palestina harus direvitalisasi, tanpa mengungkapkan apakah hal ini akan berarti merubah kepemimpinan.
PA mengelola wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel dan telah memerintah Gaza hingga diambil alih oleh Hamas pada tahun 2007. Palestina belum mengadakan pemilu sejak tahun 2006 ketika Hamas memenangkan mayoritas parlemen.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang memimpin pemerintahan sayap kanan dalam sejarah Israel, dengan tegas menolak peran PA di Gaza dan menegaskan Israel harus mempertahankan kendali keamanan terbuka di sana. Sekutu Arab di AS mengatakan mereka hanya akan terlibat dalam rekonstruksi pasca perang jika ada dorongan menuju solusi dua negara, yang tidak mungkin terjadi di bawah pemerintahan Netanyahu, yang didominasi oleh penentang negara Palestina.
Hasil survei ini menunjukkan semakin terkikisnya legitimasi Otoritas Palestina (PA), pada saat tidak ada jalan yang jelas untuk memulai kembali perundingan mengenai Palestina, maka kegagalan bagi Gaza pascaperang adalah pendudukan Israel tanpa batas, kata lembaga jajak pendapat Khalil Shikaki.
Survei ini dilakukan terhadap 1.231 orang di Tepi Barat dan Gaza dari 22 November hingga 2 Desember, dengan margin kesalahan 4 persen. Di Gaza, petugas polling melakukan wawancara saat gencatan senjata selama seminggu yang berakhir pada 1 Desember.
Survei tersebut memberikan wawasan tentang pandangan warga Palestina mengenai serangan Hamas dan militan Gaza lainnya di Israel selatan pada 7 Oktober. Selama serangan Israel terhadap Hamas, lebih dari 18.400 warga Palestina terbunuh, dengan sekitar dua pertiga dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Serangan tersebut melibatkan pemboman berkelanjutan dan serangan darat di Gaza, yang saat ini memasuki bulan ketiga.
Meskipun terjadi kehancuran, 57% responden di Gaza dan 82% di Tepi Barat percaya bahwa Hamas benar dalam melancarkan serangan tersebut, menurut jajak pendapat tersebut. Mayoritas orang percaya pada penjelasan Hamas bahwa mereka bertindak untuk mempertahankan tempat suci Islam di Yerusalem dari ekstremis Yahudi dan memenangkan pembebasan tahanan Palestina. Hanya 10% yang mengatakan mereka yakin Hamas telah melakukan kejahatan perang, dan sebagian besar mengatakan mereka tidak melihat video yang menunjukkan militan tersebut melakukan kekejaman.
Secara keseluruhan, 88% menginginkan Abbas mengundurkan diri, naik 10 persen dibandingkan tiga bulan lalu. Di Tepi Barat, tokoh yang dianggap memimpin pemerintahan korup, otokratis, dan tidak efektif itu mendapatkan 92% responden menyerukan supaya dia mengundurkan diri.
Pada saat yang sama, 44% warga Tepi Barat mengatakan mereka mendukung Hamas, naik dari hanya 12% pada bulan September. Di Gaza, Hamas mendapat 42% dukungan, naik dari 38% pada tiga bulan lalu.
Shikaki mengatakan dukungan terhadap PA semakin menurun, dan hampir 60% kini mengatakan bahwa PA harus dibubarkan. Di Tepi Barat, koordinasi keamanan antara Abbas dengan militer Israel untuk melawan Hamas, saingan politiknya, sangat tidak populer.
“Tingkat anti-Amerika dan anti-Barat sangat besar di kalangan warga Palestina karena persepsi mereka tentang hukum kemanusiaan internasional dan kenyataan yang terjadi di Gaza,” kata Shikaki.
Sumber : apnews
Reporter: Samsul