Soal Uighur, MUI Desak Negara Islam di KL Summit Keras Kepada Cina

Soal Uighur, MUI Desak Negara Islam di KL Summit Keras Kepada Cina

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mendesak pertemuan negara-negara Islam di Kuala Lumpur, Malaysia untuk bersikap tegas atas penindasan yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

Menurutnya, apa yang dilakukan Pemerintah Cina tak dapat diterima umat Islam dunia.

“KL Summit untuk bersikap tegas dan keras kepada pemerintah Cina menghentikan segala bentuk kekerasan yang dilakukannya terhadap Muslim Uighur. (untuk) Memberikan kesempatan Muslim Uighur kembali mendapatkan hak-haknya untuk beragama dan melaksanakan ajaran agamanya dengan baik,” katanya dalam pernyataan tertulis kepada Jurnalislam, Jumat (20/12/2019).

Cina sebagai sebuah negara, kata Anwar, memang berhak untuk mengatur negaranya sendiri. Namun demikian, Anwar mengingatkan agar kewenangan negara tersebut jangan sampai menginjak-injak hak asasi rakyatnya terutama hak-hak dasar dari umat Islam di sana.

Anwar mengatakan jika perlakuan terhadap muslim Uighur dibiarkan, bukan mustahil akan memunculkan ketegangan baru. Tidak hanya dalam skala global, kata dia, tapi juga di masing-masing negara mayoritas beragama Islam.

Sejumlah pimpinan negara peserta Kuala Lumpur Summit 2019. Foto: Anadolu Agency

“Karena rakyat di setiap negara terutama umat Islam tentu akan meminta dan menuntut pemerintahnya untuk bersikap tegas terhadap pemerintah Cina,” ujar Anwar.

Anwar berharap KL Summit membawa energi baru dalam sikap perlawanan terhadap penindasan yang dialami Muslim Uighur. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kata Anwar, tampaknya kurang responsif dan lebih banyak menunggu sehingga mendorong Mahathir Mohamad menyelenggarakan KL Summit.

“Jadi KL Summit ini jelas merupakan sebuah pertemuan yang sangat penting dan strategis karena tidak hanya berarti bagi umat Islam tapi juga bagi umat agama lain. Perhelatan itu agar tercipta saling pengertian sehingga dunia yang aman, tenteram dan damai,” kata dia.

Selain persoalan Uighur, Anwar mengatakan, sejauh ini upaya mengatasi Islamofobia hasilnya juga belum menggembirakan. Situasi ini berdampak sehingga umat Islam selalu terpojok bahkan menjadi korban tindak orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Hal itu, lanjut dia, seperti yang dialami Muslim di Christchurch, Selandia Baru di mana muslim seorang bersenjata melakukan penembakan secara brutal di masjid saat gelaran salat Jumat sehingga menewaskan 60 orang.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.