GUINEA (Jurnalislam.com) – Sebuah tim yang berusaha untuk mendidik penduduk setempat tentang risiko virus Ebola di daerah terpencil Guinea tenggara, juga mendapat serangan virus ebola.
“Delapan mayat, termasuk tiga wartawan, ditemukan di jamban desa. Tiga dari mereka memiliki celah di tenggorokan mereka,” kata Damantang Albert Camara, seorang juru bicara pemerintah kepada Reuters, pada hari Kamis (18/9/2014).
Penemuan mengerikan itu terjadi saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa telah muncul lebih dari 700 kasus Ebola lainnya di Afrika Barat dalam sepekan terakhir.
Badan kesehatan PBB tersebut mengatakan pada hari Kamis bahwa lebih dari 5.300 orang kini telah terjangkit virus, dan bahwa statistik terbaru menunjukkan bahwa hampir setengah dari kasus tersebut dicatat dalam tiga minggu terakhir.
Hanya tiga minggu lalu jumlah kasus baru sekitar 500 untuk jangka waktu satu minggu.
Korban tewas mencapai 2.600 orang, meningkat sekitar 200 dari perkiraan terakhir, WHO mengatakan.
Kemudian pada hari Kamis, Dewan Keamanan PBB menyatakan wabah tersebut sebagai “ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional” dan meminta semua negara untuk menyediakan sumber daya dan bantuan secepatnya untuk membantu mengatasi krisis.
Peringatan tersebut datang setelah Sierra Leone disiapkan untuk penguncian nasional tiga hari yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mencegah penyebaran virus Ebola, dalam sebuah langkah kontroversial yang menurut para ahli dianggap malah bisa memperburuk epidemi.
Penduduk yang berjumlah enam juta tersebut akan dibatasi hanya boleh berada di rumah mereka sejak Kamis tengah malam karena hampir 30.000 relawan akan mengunjungi tiap rumah, mencari dan mengobati pasien yang tersembunyi di rumah-rumah penduduk.
“Cuaca hujan atau cerah, kami tetap bekerja. Selama tiga hari … Pekerjaan ini akan dilakukan,” kata Steven Gaojia, kepala pusat operasi darurat pemerintah.
Larangan perjalanan ke Sierra Leone terkait virus Ebola.
Wabah terburuk Ebola yaitu menewaskan lebih dari 500 jiwa di Sierra Leone, salah satu dari tiga negara episentrum epidemi.
“Ose to Ose Ebola Tok” dalam bahasa Krio berarti “dari rumah ke rumah Ebola bicara” – dan akan ada lebih dari 7.000 tim relawan mengunjungi 1,5 juta rumah di negara itu.
Mereka akan membagikan sabun batang dan informasi tentang cara mencegah infeksi, serta mendirikan komunitas tim “pengawas lingkungan” Ebola.
Pemerintah mengatakan tim tidak akan masuk ke rumah-rumah penduduk dan tidak bertugas mengumpulkan pasien atau jenazah, tapi akan memanggil layanan darurat atau tim pemakaman “jika kebetulan tim bertemu situasi seperti itu.”
Tempat tidur tambahan telah didirikan di sekolah-sekolah dan rumah sakit di seluruh negeri, termasuk 200 di Freetown, dan pemerintah memproyeksikan 15 sampai 20 persen munculnya kasus baru, yaitu pasien baru ditemukan.
Aktivis masyarakat dan pemimpin masyarakat sipil telah direkrut untuk membantu ribuan polisi dan tentara menegakkan jam malam.