Salman ITB Gelar Bedah Buku ‘Para Perancang Jihad’, Ungkap Fenomena Ekstremisme di Kampus

Salman ITB Gelar Bedah Buku ‘Para Perancang Jihad’, Ungkap Fenomena Ekstremisme di Kampus

BANDUNG (Jurnalislam.com) –Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Kajian Islam & Sosial (LkiS) dan Studia Humanika menggelar bedah buku “Para Perancang Jihad’ karya Diego Gambetta dan Steffen Hertog di Masjid Salman ITB, Kamis (19/10/2017).

Acara yang dihadiri pelbagai kalangan mulai dari dosen hingga mahasiswa ini menghadirkan pembicara akademisi cum pengurus Studia Humanika Alfatri Adlin dan perwakilah YPM Salman ITB Ahmad Nashir Budiman.

Menurut Alfatri, buku ini membahas tentang fenomena munculnya ekstremisme di kampus-kampus umum yang pada umumnya mahasiswanya bukan dari kalangan santri, sehingga ide-ide keislaman lebih bisa diterima di kampus tersebut. ia mencontohkan di tempat dulu ia kuliah, ITB bahwa ide-ide islam lebih diminati mahasiswa dari bidang teknik dan MIPA.

“Sebagai alumni FSRD ITB, saya melihat dan mengalami sendiri bahwa islamisme tidak banyak diminati di kalangan mahasiswa Seni dan Desain, jumlahnya pun sedikit serta bisa dikategorikan langka dan terancam punah,” kata pria yang karib disapa kang Al ini.

Alfatri Adlin

Dia pun menambahkan mengapa ada anggapan kalangan terdidik banyak terlibat ekstremisme dan kekerasan. Menurut Al, rupanya tidak hanya kalangan yang terdidik saja yang terlibat, tetapi juga kalangan elite dan memiliki banyak uang pun tidak menutup kemungkinan terlibat dalam ektremisme dan kekeresan.

“Jihad itu bukan Bunuh diri. Jadi jangan salah menafsirkan “bunuhlah dirimu dan keluarlah dari kampungmu” dengan melakukan bom bunuh diri. Yang tidak ada tuntunannya.” tambahnya.

Sementara itu, Ahmad Nashir Budiman sebagai pembicara kedua mengungkapkan mengapa ada kemungkinan merebaknya ekstremisme di kampus.

“Yaitu ketika ilmu yang tidak sesuai dengan levelnya. Sebagai contoh anak kelas 1 yang harusnya belajar baca dan tulis sudah cukup, ini malah diberikan LSK (lembar kerjaa siswa) pelajaran agama yang berisi soal-soal yang tidak bisa anak-anak kerjakan contohnya sebutkan tafsir surat dan ayat tertentu dalam Al Qur’an. Yang jadinya di kerjakan orang tuanya, maka dengan itulah bisa dikatakan tidak terjadinya pendidikan.” pungkasnya.

Buku Para Perancang Jihad merupakan hasil riset elama 6 tahun (2004- 2010), dua sosiolog dan ahli politik yang mencoba memahami motivasi para pelaku teror dengan mengumpulkan profil 497 anggota kelompok Islam ekstrem yang aktif sejak era 1970-an.

Diego dan Steffen memilih datanya dengan hati-hati. Mereka hanya memasukkan pelaku terorisme yang tewas atau telah diputus bersalah oleh pengadilan. Hasil penelitian inilah yang mereka tuangkan dalam buku Engineers of Jihad: The Curious Connection between Violent Extremism and Education. Buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan LKiS dengan judul di atas.

Bagikan