Rusia Ungkap Dugaan Rencana Sabotase Kapal Minyak oleh Intelijen Inggris

Rusia Ungkap Dugaan Rencana Sabotase Kapal Minyak oleh Intelijen Inggris

MOSKOW (jurnalislam.com)โ€“ Pemerintah Rusia melalui Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) pada Senin (3/8/2025) menuduh Inggris tengah merencanakan sebuah insiden bendera palsu dengan melibatkan apa yang disebut sebagai โ€œarmada bayanganโ€ Rusia yaitu kapal-kapal tanker yang diduga digunakan Moskow untuk menghindari sanksi minyak dari negara-negara Barat.

Dalam pernyataannya, SVR mengklaim bahwa dinas intelijen Inggris, dengan melibatkan negara-negara anggota NATO, sedang menyusun rencana untuk menciptakan insiden yang bisa dimanfaatkan sebagai alasan bagi Barat guna memperketat tekanan terhadap Rusia, khususnya dalam sektor energi.

“Tujuan dari rencana ini adalah menciptakan sabotase besar-besaran yang kerusakannya cukup parah untuk menjadikan pengangkutan minyak Rusia terlihat sebagai ancaman bagi pelayaran internasional,” tulis pernyataan tersebut.

Rusia menilai bahwa jika skenario itu berhasil dijalankan, maka negara-negara Barat bisa lebih leluasa dalam menggunakan berbagai cara untuk menghentikan distribusi minyak Rusia.

“Dalam situasi ekstrem, kemungkinan akan muncul tindakan seperti menahan kapal-kapal ‘mencurigakan’ di perairan internasional dan mengawal mereka ke pelabuhan-pelabuhan negara NATO,” lanjut SVR.

๐——๐˜‚๐—ฎ ๐—ฆ๐—ธ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ๐—ผ ๐—ฆ๐—ฎ๐—ฏ๐—ผ๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ฒ

Menurut SVR, ada dua skenario utama yang diduga sedang disiapkan Inggris:

1. Insiden kecelakaan di jalur laut sempit: Inggris disebut sedang merancang terjadinya kecelakaan kapal tanker minyak Rusia di jalur laut yang sempit, agar bisa menciptakan preseden atau alasan untuk melakukan inspeksi mendadak terhadap kapal-kapal Rusia.

2. Kebakaran di pelabuhan negara sekutu Rusia: Skenario kedua melibatkan pembakaran kapal tanker saat proses pemuatan di pelabuhan negara yang bersahabat dengan Rusia. Insiden seperti ini dinilai akan memicu penyelidikan internasional, yang bisa diarahkan untuk menyalahkan Rusia atau bahkan Ukraina.

SVR juga menuduh bahwa Inggris ingin memanfaatkan insiden semacam itu untuk menciptakan tekanan melalui media internasional kepada Amerika Serikat, agar Washington bersedia menjatuhkan sanksi sekunder kepada negara-negara yang masih menjalin kerja sama energi dengan Rusia.

Hingga laporan ini ditulis, otoritas Inggris belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan tersebut.

๐—•๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜€ ๐—ช๐—ฎ๐—ธ๐˜๐˜‚ ๐—ง๐—ฟ๐˜‚๐—บ๐—ฝ ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—š๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐—ฆ๐—ฒ๐—ป๐—ท๐—ฎ๐˜๐—ฎ

Pernyataan Rusia ini muncul hanya beberapa hari sebelum batas waktu yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump bagi Rusia dan Ukraina untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, yaitu pada Jumat pekan ini.

Sebelumnya, pada Juni lalu, Trump memberikan waktu 50 hari kepada Rusia untuk menyelesaikan konflik. Ia mengancam akan menjatuhkan tarif impor hingga 100% terhadap Rusia dan negara-negara mitranya jika tak ada kemajuan dalam pembicaraan damai.

Namun, pada 29 Juli lalu, Trump mengumumkan bahwa batas waktu tersebut dipercepat menjadi hanya 10 hari karena ia kecewa terhadap lambatnya kemajuan negosiasi. (Bahry)

Sumber: AA

Bagikan