ANKARA (Jurnalislam.com) – Upaya diplomatik untuk menemukan solusi politik terhadap perang global tujuh tahun di Suriah telah mencapai titik kritis.
Kegagalan pembicaraan Jenewa baru-baru ini telah mencapai puncaknya, Turki, Rusia dan Iran tetap akan menggelar perundingan yang berlangsung di kota pesisir Sochi, Rusia, Rabu (22/11/2017).
Meski terjadi pelanggaran oleh rezim Nushairiyah Bashar al-Assad, gencatan senjata yang mulai berlaku Desember lalu atas inisiatif Turki dan Rusia, dan dimulai sejak proses Astana, Kazakhstan, tetap membuka jalan bagi perundingan baru di Jenewa, Swiss.
Perwakilan rezim Assad dan oposisi telah empat kali bertemu dengan banyak negara lain, termasuk Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Turki, Rusia, dan Iran di Jenewa tahun ini.
Meskipun proses Astana sebagian besar terkendali namun di sejumlah tempat diserang oleh rezim Syiah Assad dan milisi Syiah Internasional yang didukung Iran, membuat perundingan Jenewa tetap tidak meyakinkan.
Para pihak di Jenewa diperkirakan akan mengadakan pertemuan kedelapan mereka pada 28 November. Menurut sumber dari PBB, mereka berencana untuk fokus pada penyusunan konstitusi dan memerangi kelompok bersenjata Anti-Assad.
Turki, Rusia dan Iran Bahas Perdamaian di Sochi, Rezim Assad Bombardir Zona de Eskalasi
Namun oposisi Suriah menuding operasi militer rezim di wilayah Ghouta Timur, di sebelah timur ibukota Damaskus sebagai pelanggaran.
Oposisi Suriah mengkritik AS dan negara-negara Barat lainnya karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengakhiri perang di wilayah tersebut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pendukung oposisi dan Rusia Vladimir Putin dan rekannya dari Iran Hassan Rouhani pendukung rezim Assad, akan membahas Suriah pada pertemuan puncak trilateral hari Rabu.
Para menteri luar negeri dan komite teknis dari ketiga negara penjamin proses Astana pekan lalu menyelesaikan persiapan awal mereka untuk KTT di provinsi Mediterania Antalya, Turki.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menekankan tidak dapat menerima jika mengundang organisasi teroris PKK / PYD ke Kongres Rakyat Suriah seperti yang direncanakan Rusia.
PYD dan sayap militer YPG adalah cabang PKK Suriah, yang telah berperang melawan Turki selama lebih dari 30 tahun.
Sejak PKK meluncurkan operasi teror di Turki pada tahun 1984, puluhan ribu orang telah terbunuh.
AS dan koalisi sebagian besar mengabaikan hubungan PYD / PYG dengan PKK, yang oleh EU, dan Turki dimasukkan dalam daftar organisasi teroris.
Menurut informasi yang diterima oleh Anadolu Agency dari pihak-pihak yang akan menghadiri pertemuan di Sochi, sebuah deklarasi bersama diperkirakan akan dirilis dalam KTT.
Perundingan Astana: Oposisi Suriah Tolak Seruan Rusia untuk Kongres di Laut Hitam
KTT tersebut akan fokus pada persiapan untuk pertemuan berikutnya, yang diperkirakan akan berlangsung pada 3 Desember, dan Rusia telah mengubah namanya dari Kongres Rakyat Suriah menjadi Kongres Dialog Nasional Suriah atas permintaan rezim Assad.
Jika kondisi Turki tidak terkait dengan keterlibatan PKK / PYD, akan lebih mudah bagi Ankara untuk mendukung Kongres Dialog Nasional Suriah, sebuah lanjutan dari periode Astana.
Dukungan Ankara untuk Kongres Dialog Nasional Suriah hanya akan mungkin dilakukan jika profil peserta terdiri dari kelompok oposisi yang mendukung kesatuan dan integritas Suriah.
Iran, seperti juga Turki, percaya bahwa ketiga negara penjamin harus menentukan peserta kongres secara bersama-sama.
Kongres tersebut kemungkinan juga bertepatan dengan hari-hari terakhir perundingan yang dijadwalkan dimulai di Jenewa pada 28 November.
Oposisi, yang berusaha untuk bergabung dalam perundingan internasional sebagai satu kesatuan, mencapai aliansi yang luas di Riyadh pada Februari lalu dan membentuk Komite Negosiasi Tinggi.
Inilah Pernyataan Sikap Hayat Tahrir Sham atas Kesepakatan Astana
Komite Negosiasi Tinggi berpartisipasi dalam perundingan tersebut sebagai perwakilan sah oposisi setelah mendapatkan dukungan dari kelompok oposisi militer.
Akhirnya, sebuah pertemuan di ibukota Saudi Riyadh direncanakan pada 22-24 November bagi anggota Koalisi Nasional untuk Pasukan Perlawanan dan Oposisi Suriah, bersama dengan kelompok-kelompok yang dikenal sebagai platform Kairo dan Moskow, beberapa kelompok oposisi militer, dan juga beberapa tokoh independen.
Tapi setelah pengunduran diri Riyad Hijab, ketua Komite Negosiasi Tinggi, pertemuan tersebut ditunda.
Sumber oposisi percaya bahwa Hijab mengundurkan diri karena tekanan Saudi/Uni Emirat Arab.
Selama negosiasi menteri luar negeri negara penjamin di Antalya pada hari Ahad, pejabat Saudi di Riyadh bertemu dengan utusan khusus Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Suriah, Alexander Lavrentiev.