Perang Hari Ke-5: Pengakuan Warga Sipil Mosul kepada Al Jazeera

Perang Hari Ke-5: Pengakuan Warga Sipil Mosul kepada Al Jazeera

IRAK (Jurnalislam.com)Al Jazeera berbicara kepada penduduk yang terjebak di dalam kota saat pertempuran untuk merebut kembali Mosul memasuki hari kelima.

Keluarga di Mosul, Irak, mengatakan mereka hidup dalam ketakutan dan putus asa saat operasi militer untuk merebut kembali Mosul dari Islamic State (IS) semaakin intens.

Berbicara kepada Al Jazeera di telepon dari dalam Mosul, Kamis (20/10/2016), Abu Yazan, 36, yang tidak mau nama sebenarnya digunakan karena takut akan pembalasan dari kelompok IS, mengatakan “tidak mungkin” melarikan diri Mosul pada tahap ini.

“.. Tidak ada jalan keluar bagi kami sebagai keluarga. Bahkan jika kita berpikir untuk melarikan diri dari kota, yang tidak mungkin pada saat ini. Kami sedang dijadikan sandera; IS menjadikan seluruh kota Mosul sebagai sandera,” kata ayah dari tiga orang anak itu.

Abu Yazan mengatakan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh keluarga adalah ke negara tetangga Suriah melalui jalan barat Mosul yang memotong melalui padang gurun. “Saya memiliki tiga anak, yang termuda berusia 4 tahun, dan yang tertua adalah 11 tahun. Saya tidak akan pernah mempertaruhkan nyawa mereka dan menyeberangi gurun dengan mereka. Kami mungkin akan menjadi target, bisa mati kehausan, atau bahkan tersesat.”

Sejak operasi dimulai, Abu Yazan mengatakan IS “meningkatkan jumlah pasukan mereka di kota dan juga meningkatkan penjagaan di pos pemeriksaan,” menambahkan bahwa kelompok itu “memaksa siapa saja yang memiliki kendaraan untuk mengganti plat mobil mereka dengan yang dibuat oleh IS, yang bertuliskan ‘Negara Niniwe’ “, untuk mencerminkan Niniwe Governate – dimana Mosul adalah ibukota khalifah yang mereka proklamirkan sendiri.

Abu Yazan adalah salah satu dari 1,5 juta warga sipil yang terperangkap di dalam kota. Saat Irak, Kurdi dan pasukan koalisi mendorong ke kota, badan-badan bantuan internasional telah memperingatkan konsekuensi potensial terhadap kehidupan sipil.

ac055cc3ec854594a2668a66fdaacb36_18“Ada kekhawatiran nyata bahwa serangan untuk merebut kembali Mosul bisa menghasilkan bencana manusia yang mengakibatkan salah satu krisis perpindahan manusia yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir,” William Spindler, juru bicara badan bantuan PBB, mengatakan.

PBB memperkirakan sebanyak satu juta warga Irak mungkin meninggalkan rumah mereka dalam hitungan pekan.

Mosul, kota terbesar kedua di Irak, jatuh ke tangan IS pada bulan Juni 2014 dan saat ini merupakan kubu besar terakhir di negara itu. Walaupun usaha untuk mengambil kembali kota ini dilihat sebagai langkah positif bagi pemerintah Irak, operasi itu memliki risiko yang mengancam hidup warga sipil yang mencoba melarikan diri dari bawah kendali IS atau terjebak dalam baku tembak.

Meskipun banyak ancaman yang berasal dari pasukan IS, organisasi hak asasi manusia telah menemukan bahwa warga sipil juga rentan terhadap penganiayaan oleh milisi Syiah Irak pada Unit Mobilisasi Populer (Popular Mobilisation Units-PMU) yang disponsori negara.

PMU, yang sebagian besar terdiri dari milisi Syiah tetapi juga terdapat kelompok Sunni dan kelompok lain, secara resmi ditunjuk sebagai bagian dari angkatan bersenjata Irak pada bulan Februari 2016, setelah mengambil peran utama dalam memerangi IS sejak tahun 2014.

PMU telah dilaporkan menculik, membunuh, dan menyiksa warga sipil dalam operasi terakhir mereka untuk merebut kembali wilayah dari IS di Ramadi.

Abu Yazan mengatakan penduduk Mosul berharap pasukan PMU “tidak diperbolehkan memasuki kota.”

“Kami terjebak. Tidak ada tempat aman di Mosul. Kami takut akan pemboman acak, kami kuatir jika milisi sektarian Syiah masuk ke dalam Mosul.”

Sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh kelompok hak asasi yang berbasis di Inggris, Amnesty International, merinci kebrutalan yang dialami warga sipil di tangan IS, Milisi Syiah Irak, dalam konfrontasi sebelumnya.

ccbcec3019e94bb9ab08bfb046fc010e_9

“Sangat penting bahwa semua pasukan yang terlibat – Irak, Kurdi, dan koalisi pimpinan AS – tidak menargetkan warga sipil dan melakukan segala upaya untuk menghindari serangan yang tidak proporsional di daerah pemukiman sipil, dan memastikan agar warga sipil yang ingin melarikan diri memiliki rute aman untuk melarikan diri,” Donatella Rovera, penasihat respon krisis senior untuk Amnesty, mengatakan kepada Al Jazeera, Rabu.

Menurut PBB, sekitar 3,3 juta warga Irak, atau 10 persen dari 33 juta penduduk Irak, telah mengungsi dari rumah mereka sejak awal krisis pada bulan Januari 2014, ketika IS menguasai sejumlah besar wilayah negara.

Lebih dari satu juta warga Irak mengungsi antara tahun 2006 dan 2008 akibat perang sektarian di Irak, menyusul invasi pimpinan AS dan penjajahan pada tahun 2003. Operasi Mosul ini diperkirakan akan menghasilkan eksodus massal warga sipil lain, yang paling menderita selama konflik.

Abu Yazan mengatakan ia berharap serangan militer akan berakhir secepat mungkin. “Mungkin satu-satunya cara yang mengakhiri penderitaan kita adalah ketika operasi dilakukan dan tentara Irak memegang kontrol atas Mosul.

Bagikan