Peradaban Sedekah

Peradaban Sedekah

Oleh: Aulia Ikhsan Fahdiat

Apa yang muncul di benak dan perasaan kita saat mendengar kata “sedekah”? Kotak amal, sumbangan panti asuhan, sunatan massal, berbagi sebagian kecil harta untuk fakir dan miskin, sedekah untuk tetangga yang membutuhkan, dan masih banyak lainnya yang mungkin muncul di benak kita. Semua hal di atas tentunya tidak salah karena memang selama ini sedekah sangat identik dengan hal tersebut. Mungkin belum banyak yang melihat sedekah sebagai sesuatu yang besar, yang menaungi segala amal kebaikan, baik berupa zakat, infak, kurban, dan wakaf. Suatu amal yang bukan hanya bersifat karitatif atau sementara saja, tetapi juga bisa memberdayakan dan memuliakan orang yang kita beri sedekah. Sesuatu yang punya tujuan besar dan sebagai bagian dari gambaran Islam yang rahmatan lil a’lamin.

 

“Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah, dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga sedekah.” (HR Muslim).

 

Istilah sedekah dalam hadis di atas artinya tidak hanya sebatas membagikan harta bendawi sehingga bisa dimonopoli kalangan berada (aghniya). Dalam bahasa lain, sedekah adalah upaya berbagi kebaikan dengan mengoptimalkan kemampuan diri untuk membahagiakan orang lain sehingga menimbulkan perasaan lega dari pelakunya.

 

Sedekah adalah sebuah amal sosial dalam Islam sekaligus sebagai salah satu pilar atau pondasi yang membuat Islam bisa melewati masa 1.500 tahun. Karena itu, bagi orang fakir, miskin, dan tak berdaya sekalipun, Islam memberikan kesempatan untuk bersedekah karena sedekah bukan hanya berupa harta tetapi juga berupa amal perbuatan baik lainnya.

 

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276).

 

Kalau kita mentadaburi makna dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala tersebut maka sungguh dahsyat maknanya. Syaikh As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir As-Sa’di, hlm. 109 menjelaskan bahwa harta riba itu akan sirna. Bisa jadi secara kasat mata (dzatan) memang musnah atau secara maknawi (shifatan), berkah harta itu akan hilang. Bisa jadi Allah menimpakan berbagai musibah atau Allah cabut keberkahan pada hartanya. Kalau harta riba tersebut juga ia infakkan, tidak mendapatkan pahala, bahkan hanya menambah ia jatuh dalam jurang neraka.

Syaikh As-Sa’di mengungkapkan lagi bahwa sedekah itulah yang akan membuat harta itu berkembang dan semakin bertambah berkah. Pahala dari orang yang bersedekah semakin bertambah karena ingatlah bahwa balasan itu sesuai dengan amalan. Harta riba bisa hancur dikarenakan ada tindakan zalim dan mengambil harta orang lain tanpa jalan yang benar.

Dari Adh-Dhahak, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Allah menghancurkan riba maksudnya adalah sedekah, jihad, haji, dan salat dari pelaku riba tidak diterima.” Sedangkan sedekah itu akan menyuburkan dan memberkahi harta di dunia dan melipatgandakan pahala dan ganjaran di akhirat.

 

Kembali kepada Surah Al Baqarah ayat 276, kenapa riba harus dimusnakan? Ini karena dampaknya sangat mengerikan bagi pelakunya. Kondisi saat ini, banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak keluarga yang sangat membutuhkan, dan banyak orang miskin baru sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Ini menjadi peluang para rentenir dan pelaku riba secara institusi untuk menjerumuskan para pelakunya ke lembah dosa dan jurang api neraka. Kita ingin umat dan seluruh masyarakat sadar bahwa Islam punya jawaban dari setiap permasalahan. Islam menjadi Solusi dan salah satunya adalah melalui rangkaian kerja nyata lembaga dari dana sedekah umat.

 

Aksi Cepat Tanggap sebagai lembaga yang dikenal bergerak di bidang kemanusiaan, kerelawanan, dan kedermawanan punya tujuan yang besar yaitu mengentaskan kemiskinan, menghancurkan riba, dan menyuburkan sedekah. Dua program utama yang dilakukan adalah program penyelamatan kehidupan dan membangun kehidupan. Program yang bukan hanya bersifat sementara tetapi berkesinambungan, terus hadir membersamai masyarakat Indonesia yang membutuhkan.

 

Alhamdulillah, segala aksi ACT sudah berjalan 15 tahun. Ini semua terjadi karena sedekah dari para pahlawan kemanusiaan. Sedekah bukan hanya berupa sedekah harta benda, tetapi juga sedekah tenaga, waktu, pikiran, dan segala macam perbuatan baik. Semua untuk mewujudkan aksi kemanusiaan berkesinambungan dalam membantu mereka yang membutuhkan.

 

Saat ini ACT di bawah naungan Global Islamic Philanthropy (GIP), sebuah baitul maal global. GIP menghimpun dana sedekah umat sebanyak-banyaknya dengan tujuan membantu umat dengan sebaik-baiknya, agar umat bangkit, berdaya, dan berjaya. Dan kita semua bercita-cita menjadi bagian dari perjuangan dalam kemenangan dan kejayaan Islam di akhir zaman ini.

 

Kita ingin membangun sebuah kesadaran akan betapa pentingnya dan strategisnya sedekah dalam sebuah perjuangan Islam. Kita tentu sudah mendengar betapa Abu Bakar Radhiallahu’anhu menyedekahkan seluruh hartanya dan Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu menyedekahkan setengah dari hartanya untuk perjuangan Islam. Ustman bin Affan serta Abdul Rahman bin Auf betapa besar sedekah yang mereka berikan untuk tegaknya Islam, belum lagi sedekah dari para sahabat lain baik berupa harta maupun jiwa untuk perjuangan meraih kemenangan Islam.

 

Peradaban sedekah merupakan hal yang sangat strategis, dan tujuan kita adalah membuat masyarakat sadar bahwa sedekah punya kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Orang yang sedekah bisa membawa pahala ahli salat, ahli puasa, dan ahli Alquran. Dengan hartanya dia telah membantu pembangunan masjid, dengan hartanya dia memberi makan orang yang berpuasa, dengan hartanya dia mencetak serta menyebarkan Alquran dan kitab-kitab para ulama.

 

“Tidaklah salah seorang di antara kalian bersedekah dengan satu biji kurma dari sumber penghasilan yang baik kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah memeliharanya sebagaimana salah seorang di antara kalian memelihara anak kudanya atau anak untanya sampai seperti sebesar gunung atau lebih besar lagi.” (HR. Bukhari & Muslim)

Sebaik-baiknya dermawan adalah relawan dan sebaik-baiknya relawan adalah dermawan. Peradaban sedekah membuat nyata peradaban dermawan dan mewujudkan pribadi yang rahmatan lil ‘alamin. Allahu akbar!

*Penulis Direktur Komunikasi Kreatif ACT

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.