Pasukan Israel Serang Jamaah Hendak Shalat di Al Aqsha dengan Granat Listrik

Pasukan Israel Serang Jamaah Hendak Shalat di Al Aqsha dengan Granat Listrik

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Pasukan penjajah Israel telah membuka kembali gerbang kompleks Masjid Al-Aqsha di Yerusalem Timur setelah menutupnya selama beberapa jam, mencegah siapapun masuk ke salah satu situs tersuci umat Islam tersebut.

Sebelumnya pada hari Jumat (27/7/2018), tentara zionis menyerbu kompleks itu, menembakkan gas air mata dan granat listrik ke arah jamaah Muslim yang berkumpul untuk sholat.

“Sedikitnya 50 polisi mengacak-ngacak Masjid Al-Qibali, menyerang jamaah dan menangkap 20 orang lainnya,” kata Firas al-Dibs, seorang juru bicara al-Waqf, Otoritas Warisan Agama Yerusalem, dalam sebuah pernyataan.

Menurut badan yang dikuasai Yordania tersebut, total 15 warga Palestina terluka, termasuk tiga penjaga masjid, akibat bentrokan.

Al-Dibs mengatakan, pasukan Israel menyegel Masjid Al-Aqsha dengan rantai besi dan mencegah jamaah Palestina untuk masuk.

Penutupan itu berakibat konfrontasi dengan para jamaah, kantor berita Palestina Wafa melaporkan.

Ribuan Pemukim Ilegal Zionis Yahudi Serbu Masjid Al Aqsha

Andrew Simmons dari Al Jazeera, melaporkan dari pintu masuk kompleks Masjid al-Aqsha, mengatakan “pasukan Israel mengepung seluruh pengunjung dengan barikade selama lima jam.”

Dia menambahkan bahwa “suasana sangat tegang” di dalam kompleks itu.

“Telah terjadi ‘serangan’, seperti yang dijelaskan oleh penjaga kompleks masjid, yang mengatakan itu adalah invasi pasukan Israel.

“Namun, pasukan Israel malah menuduh beberapa orang melemparkan batu dan kembang api (petasan) dan dijadikan alasan oleh mereka untuk memanggil bala bantuan dan begitu banyak pasukan keamanan melepaskan tembakan dengan granat suara dan juga gas air mata di beberapa titik,” tambah Simmons.

“Orang-orang diberitahu untuk meninggalkan lokasi tetapi banyak yang menolak, sehingga situasi berubah dan empat gerbang ditutup untuk mencegah orang masuk atau keluar.”

Kerusuhan itu bertepatan dengan peringatan pertama protes Al-Aqsha pada Juli 2017 ketika puluhan ribu warga Palestina berdoa di luar kompleks selama hampir dua pekan, memprotes detektor logam baru yang dipasang oleh pemerintah Israel.

Al-Aqsha adalah salah satu masalah paling rumit dalam konflik Israel-Palestina.

Al-Aqsha adalah nama masjid berkubah perak di dalam kompleks berukuran 35-acre yang disebut sebagai al-Haram al-Sharif, atau Tempat Suci Mulia (the Noble Sanctuary), oleh umat Islam, dan diklaim sebagai Temple Mount oleh orang Yahudi.

Bagi kaum Muslim, the Noble Sanctuary adalah lokasi bangunan ketiga tersuci bagi Islam di dunia, Masjid Al-Aqsha, dan Kubah Batu (the Dome of the Rock), struktur abad ketujuh yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad Saw naik ke Sidrathul Munthaha.

Orang-orang Yahudi percaya bahwa kompleks itu adalah tempat kuil-kuil Alkitab Yahudi (the Biblical Jewish temples) pernah berdiri, tetapi hukum Yahudi dan Rabbi Yahudi Israel melarang orang Yahudi memasuki kompleks itu dan berdoa di sana, karena dianggap terlalu suci untuk diinjak/dimasuki.

Astaghfirullah, Tembok Al Buraq Masjid Al Aqsha Runtuh

Tembok Barat (Western Wall) di kompleks itu, yang dikenal sebagai Tembok Ratapan (the Wailing Wall) bagi orang Yahudi, diyakini sebagai sisa terakhir dari Kuil Kedua, sementara kaum Muslim menyebutnya sebagai Dinding al-Buraq dan percaya bahwa di sinilah Nabi mengikat al-Buraq, makhluk yang Rasulullah gunakan untuk naik ke Sidrathul Munthaha dan berbicara kepada Allah Swt.

Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Timur Tengah 1967. Israel kemudian mencaplok kota tersebut pada tahun 1980, mengklaimnya sebagai ibukota negara Yahudi yang mereka proklamirkan sendiri. Langkah Israel tersebut tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Pada akhir tahun 2000, kunjungan ke Al-Aqsha oleh politisi kontroversial Israel Ariel Sharon memicu gerakan perlawanan rakyat Palestina selama bertahun-tahun melawan penjajahan Israel di mana ribuan warga Palestina kehilangan nyawa mereka.

Bagikan