MOSKOW (Jurnalislam.com) – Jika pemimpin rezim Suriah Bashar al-Assad menjadi pemimpin di negara pasca-perang tersebut, warga Suriah yang menjadi pengungsi di negara lain tidak akan dapat kembali, menurut seorang anggota parlemen Turki terkemuka.
“Tentu saja, rakyat Suriah akan membuat keputusan utama tentang siapa yang akan menggantikan Assad,” kata Volkan Bozkir, kepala komite urusan luar negeri parlemen, saat kunjungannya ke Moskow pada Kamis (8/11/2018), lansir Anadolu Agency.
Bozkir bersama dengan delegasi bertemu dengan Konstantin Kosachev, ketua Komite Urusan Luar Negeri Dewan Federasi Rusia.
Dia menekankan bahwa Turki menampung 4 juta pengungsi dari Suriah dari sekitar total 5-6 juta pengungsi Suriah.
Pada proses Astana dan Sochi untuk perdamaian di Suriah, Bozkir mengatakan bahwa Turki, Rusia dan Iran mengambil langkah yang sangat penting dalam masalah Suriah.
“Berkat ketiga negara ini, PBB memiliki peluang untuk berhasil setelah bertahun-tahun,” katanya.
Baca juga:
-
4 Negara Sepakat Akhiri Perang Suriah, Erdogan: Nasib Assad Diputuskan Rakyatnya
-
Wapres: Turki akan Habisi Setiap Ancaman di Perbatasan Suriah
-
Erdogan: Turki Tidak akan Tinggalkan Suriah Hingga Pemilu Diadakan
-
Erdogan: Kami Tidak akan Berhenti Sampai Kami Selamatkan Saudara-saudara Kami di Suriah
Menyebut Rusia sebagai negara “pintar” dengan budaya negara yang dalam, Bozkir mengatakan hubungan Turki-Rusia telah membentang sekitar 300 tahun, menyebut ikatan tersebut sebagai “teladan.”
Dalam pertemuan itu, Bozkir juga mengusulkan pembentukan komisi-komisi trilateral urusan luar negeri Turki-Azerbaijan-Rusia dan Turki-Serbia-Rusia.
Sedangkan Kosachev mengatakan bahwa masalah Suriah adalah salah satu topik paling penting dalam dialog Rusia-Turki.
“Turki dan Rusia mungkin memiliki posisi berbeda dalam menginterpretasi sebuah peristiwa, dan kami tahu masalah yang saling bertentangan. Namun kami memiliki konsensus tentang masa depan Suriah,” katanya.