SURIAH (Jurnalislam.com) – Oposisi Suriah yang didukung Barat mengatakan bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah jet militer rezim Suriah pada hari Selasa (15/8/2017) dan menangkap pilotnya di daerah gurun di Suriah selatan dekat perbatasan dengan Yordania, tempat tentara baru-baru ini maju dan menyita pos-pos perbatasan, Middle East Eye melaporkan.
Pasukan Ahmad al-Abdo menembak MiG-21 pemerintah Suriah dekat Wadi Mahmud di provinsi selatan Sweida, kepala komunikasi kelompok tersebut, Fares al-Munjed kepada AFP.
“Pilot ada di tangan kita, dia terluka dan dirawat,” kata Munjed.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (The Syrian Observatory for Human Rights), sebuah lembaga monitor yang berbasis di Inggris, mengkonfirmasi bahwa faksi oposisi telah menembak jatuh pesawat dan menangkap pilot yang terluka.
Provinsi Sweida tidak termasuk dalam gencatan senjata perantara AS-Rusia yang mulai berlaku di daerah-daerah terdekat di barat daya pada bulan Juli.
Beberapa hari setelah kesepakatan tersebut mulai berlaku, Pasukan Ahmad al-Abdo menyerang sebuah jet rezim Suriah namun pesawat itu mendarat dengan selamat di wilayah yang dikuasai rezim.
Munjed mengatakan kelompoknya telah menggunakan “senjata anti-pesawat tempur 23 milimeter” untuk menjatuhkan pesawat tempur tersebut pada hari Selasa.
“Kami akan merawat pilot yang tertangkap sesuai dengan hukum internasional,” katanya kepada AFP.
Kepemimpinan kelompok opossi masih memperdebatkan apa yang akan terjadi pada pilot setelah perawatannya, katanya.
Pedesaan timur provinsi Sweida berbatasan dengan Yordania di depan di mana tentara Suriah, di samping milisi yang didukung Iran, telah menguasai kontrol atas pos pemeriksaan dan pos perbatasan Kamis lalu.
Pejabat Suriah tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar.
Pasukan Pembebasan Suriah (Free Syrian Army-FSA) yang mendapat dukungan dari sebuah komando di Yordania yang dijalankan oleh pendukung Arab dan Barat mengatakan bahwa pertempuran terus berlanjut di wilayah tersebut untuk mencoba mendapatkan kembali tanah yang hilang.
Mereka menyalahkan kerugian baru-baru ini atas mundurnya secara tiba-tiba milisi suku yang didukung Yordania yang dikenal sebagai Jaish al Ashair yang telah berpatroli di daerah perbatasan.
Hal ini memungkinkan tentara untuk segera menguasai pos perbatasan dan menempati sebuah pos perbatasan yang ditinggalkan pada tahun-tahun awal konflik.