Novel Baswedan dalam Pusaran Benang Kusut Kekuasaan

Novel Baswedan dalam Pusaran Benang Kusut Kekuasaan

JURNALISLAM.COM – Ba’da subuh tepatnya 3 hari lalu publik dikejutkan kejadian yang begitu memilukan, salah satu anak terbaik bangsa harus merasakan sakit yang sungguh luar biasa akibat perbuatan teror biadab yang dilakukan oleh dua pelaku misterius atas titah sang majikan. Peristiwa ini menambah deretan kado pilu negeri ini di tengah miskinnya nilai integritas serta kejujuran yang melanda para elit kekuasaan.

Novel Baswedan merupakan Penyidik KPK yang berdedikasi tinggi, berintegritas yang dikapasitaskan sebagai musuh oleh para koruptor. Perlu kita akui rentetan kasus korupsi besar yang melibatkan para elit pemangku kebijkan berhasil diungkap dan diseret ke meja pesakitan. Dan baru-baru ini publik pun dikejutkan dengan skandal mega proyek E-KTP. Novel Baswedan terlibat dalam penanganan kasus tersebut.

Hingga saat ini, proses kasus masih bergulir, secara politik tentu begitu mengancam bangunan kekuasaan yang sudah dibangun oleh penguasa dan para kompradornya. Para kader partai penguasa yang hari ini berada dalam tampuk elit kekuasaan eksekutif maupun legislatif diindikasi terlibat dalam skandal mega proyek tersebut. Tidak usah sebut nama, publik pun tahu siapa saja pejabat yang terlibat dalam pusaran skandal tersebut.

Proses penyidikan kasus yang ditangani Novel Baswedan akan membuka kotak pandora yang selama ini terkunci rapat. Tentu jika kasus ini dibuka secara terang benderang akan meruntuhkan wibawa kekuasaan. Hadirnya KPK, terlepas dari pro dan kontra mampu menjadi oase di tengah keringnya pengananan korupsi yang begitu massif.

Lembaga anti rasuah ini menjadi lebih populer di hadapan public. Kinerja KPK dalam melumpuhkan para koruptor terbukti ampuh dibanding lembaga penegak hukum lainya terutama yang memiliki anggaran besar tetapi tidak mampu menuntaskan penanganan skandal kasus besar. Maka tidak heran ketika ada wacana pembubaran KPK, revisi UU KPK yang berujung pada pelemahan KPK, ini merupakan strategi mereka untuk menjaga stabilitas kekuasaan. Sebab KPK dianggap sebagai “kuda troya” alat kontrol kekuasaan paling efektif yang disinyalir akan menghancurkan kekuasaan dari dalam. Tetapi gelombang perlawanan publik yang masif masih mengokohkan posisi KPK sampai detik ini.

Mengaitkan teror yang dialami Novel Baswedan dengan kasus-kasus besar yang ditanganinya tidaklah mutlak menjadi salah. Sebab sudah banyak contoh kasus serupa di negeri ini yang polarisasi pembungkamannya memiliki kesamaan, ketika penanganan kasus-kasus besar yang ada irisan dengan penyelenggara kekuasaan dipaksa berhenti dengan cara konspiratif maupun represif, konspiratif dengan cara mengkriminalisasi dengan kasus yang tidak objektif.

Kalau cara ini tidak mempan, maka strategi refresif dilakukan dengan cara melukai bahkan menghilangkan nyawa. Dua strategi ini sudah dirasakan oleh Novel Baswedan. Maka penanganan kasus ini tidak cukup hanya dengan empati para elit kekuasaan. Agar kasus ini menjadi happy ending, aparat penegak hukum harus berani mengungkap aktor intelektual di balik kasus teror yang menimpa Novel Baswedan.

Meminjam kalimat bangsawan Inggris, Lord Acton: Power Tend to corrupt: kekuasaan cenderung korup. Kutipan tersebut kiranya menjadi gambaran dengan apa yang mendera negeri ini. Penyalahgunaan kekuasaan lazim dilakukan untuk melanggengkan kekuasaan, tindakan teror terhadap Novel Baswedan merupakan fenomena de javu yang tak pernah jelas ujung penanganannya. Kasus-kasus serupa sebelumnya selalu menggantung tanpa ujung.

Tragedi ini merupakan pesan ancaman dari para penjaga kekuasaan bagi mereka yang menganggu aktivitas persekongkolan jahatnya. Sebab mereka sadar membangun kekuasaan menghabiskan materi dan energi yang luar biasa besar. Maka si empunya kekuasaan beserta para sengkuninya akan habis-habisan menjaga kekuasaan dengan menghalalkan cara apapun.

Rekam jejak sejarah telah membuktikan, tatkala kekuasaan dibangun atas pijakan khianat maka akan menjadi bom waktu yang meruntuhkan kekuasaan tersebut. Kiranya para pemimpin negeri serta para penyelenggara kekuasaan patut merenungkan pesan Nabi SAW akan ancaman bagi pemimpin yang dzalim terhadap rakyatnya,

“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam.

 

Bagikan