SOLO (Jurnalislam.com) – Aktifis Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya meragukan kredibilitas hasil survei Lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang mengatakan adanya 41 di lembaga pemerintahan yang berada di Jakarta yang terpapar radikalisme.
Mustofa yang sudah hidup di Jakarta sejak tahun 2000 ini, mengaku belum pernah mendengar laporan adanya masjid radikal kepada pihak aparat. Aktivis #2019GantiPresiden ini bahkan menantang P3M untuk menyebutkan masjid masjid-masjid tersebut.
“Tolong disebut namanya dan diukur seberapa banyak karyawan BUMN masjid pemerintah yang menjadi radikal karena diisi oleh ustaz yang radikal, Sampai sekarang itu tidak dijawab,” katanya kepada Jurnalislam.com usai mengisi tabligh akbar di Masjid Baitul Makmur Solo Baru, Ahad (15/7/2018).
“Kalau hanya survei saya gak yakin itu korespondennya siapa. Masjid 41 dari 100 masjid itu coba disebutkan, karena akan jadi fitnah besar lho. Selama ini gak ada yang bilang radikal loh, tiba-tiba surveiyernya ini yang kita kenal orang-orang yang mengsurvei orang-orang dan kelompok itu saja kemudian orang mengatakan ke publik ada masjid radikal yang diisi oleh ustadz radikal, tolong disebutkan namanya agar tidak jadi fitnah,” sambung Mustofa.
Lebih dari itu, Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah ini menjelaskan, mengandalkan hasil survei dengan melihat isi khutbah jum’at saja tidak bisa mengambarkan sepenuhnya masjid tersebut. Ia pun mencontohkan hasil survei pilkada kemarin yang meleset hingga 400 sampai 500 persen sebagai gambaran tidak valid sebuah lembaga survei.
Mustofa mencurigai adanya skenario di balik munculnya hasil survei tersebut. Sebab, katanya, selalu simbol-simbol Islam yang dituduh intoleran dan radikal, sedang agama lain tidak pernah ada yang menganggap radikal maupun intoleran.
“Kenapa yang diteliti hanya umat Islam, Masjid, Gereja gak pernah Pura gak pernah. Memang umat Islam ini ujiannya memang besar dan ini umat pilihan, umat akhir zaman banyak ujiannya,” tandasnya.