Muslim AS Khawatirkan Reaksi Warga Setelah Penembakan di San Bernardino

LOS ANGELES (Jurnalislam.com) – Salah satu organisasi akan bertemu dengan pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri pada hari Jumat (04/12/2015) untuk menilai langkah-langkah keamanan yang perlu diambil setelah serangan yang menewaskan 14 orang dan melukai 21 orang lainnya di San Bernardino, sebuah kota berjarak sekitar satu jam bila berkendara di timur Los Angeles yang memiliki populasi besar Arab dan Muslim.

"Ada ketakutan akan adanya serangan balasan dan itu adalah realitas hidup kita," kata Abed Ayoub, direktur hukum dan kebijakan untuk the American-Arab Anti-Discrimination Committee, sebuah kelompok hak-hak sipil yang akan mengadakan pembicaraan.

Ayoub mengatakan bahwa walaupun belum ada laporan tentang serangan balasan atas serangan bersenjata Rabu (02/12/2015).

"Kita harus tetap berhati-hati mengingat suasana dan apa yang terjadi di Paris beberapa minggu yang lalu dan dampak dari peristiawa itu," katanya, mengacu pada serangan di Perancis yang menyebabkan 130 orang tewas.

Para pemimpin Muslim dan warga di San Bernardino terkejut dan tak percaya dengan penembakan hari Rabu di sebuah pusat pelayanan sosial di kota yang diduga di lakukan Syed Farook.

Beberapa media AS mengatakan para pejabat penegak hukum mengatakan Farook telah berubah radikal dan memiliki kontak dengan tersangka terorisme yang dikenal di luar negeri.

Namun, Imam di Masjid yang sering dihadiri Farook membantah itu.

"Kami tidak pernah melihat tanda radikalisasi," Mahmood Nadvi, 39, seorang imam di masjid Dar Al Ulum Al Islamiyah di San Bernardino, mengatakan kepada AFP.

"Jika seseorang berubah menjadi hilang akal, dia tidak lagi mewakili agama apapun."

Dia mengatakan masjid telah menerima pesan mengancam di voicemail-nya beberapa jam setelah serangan itu dan telah meminta polisi untuk memberikan keamanan tambahan menjelang sholat Jumat.

Gasser Shehata, 42, mengatakan ia yakin tindakan Farook ini terkait dengan pekerjaan yang berhubungan dengan permasalahan sengketa – bukan keyakinan agamanya.

"Anda tidak boleh percaya dia melakukan itu demi Islam," katanya. "Dia tenang, pemalu, pendiam. Aku belum pernah melihat dia tidak menghormati seseorang.

"Dia tinggal dalam impian Amerika, ia menikah, memiliki seorang putri dan tahun lalu ia menerima $ 77.000. Dia memiliki segalanya untuk menjadi bahagia."

Pejabat Muslim di San Bernardino mengadakan doa di sebuah masjid lokal Kamis malam untuk menghormati para korban dan mendesak masyarakat untuk tidak mengaitkan serangan tersebut dengan Islam.

"Kami mengutuk tindakan tidak masuk akal dan kekerasan mengerikan ini dalam istilah yang paling kuat," kata Ahsan Khan, presiden Komunitas Muslim di Los Angeles.

"Komunitas kami telah berada di San Bernardino County selama hampir tiga dekade dan belum pernah melihat kebobrokan seperti itu," tambahnya.

"Hati kami bersama para korban yang tidak bersalah dan keluarga mereka."

The American Civil Liberties Unions juga mendesak untuk berhenti menyalahkan komunitas Muslim di negara itu atas pembantaian Rabu.

"Kami tidak boleh mencantumkan atribut tindakan atau karakteristik dua individu untuk seluruh masyarakat," kata Hector Villagra, kepala ACLU di California.

"San Bernardino yamg berkabung merupakan perpanjangan dari kesedihan yang hampir setiap hari mengunjungi masyarakat sebagai akibat penembakan massal yang telah merenggut ratusan jiwa sepanjang tahun ini.

"Bahkan saat San Bernardino dicekam ketakutan, empat orang ditembak, satu fatal, di Savannah, Georgia," katanya.

 

Deddy | World Bulletin | Jurnalislam

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.