MUI Gelar Standardisasi Dai Kesembilan

MUI Gelar Standardisasi Dai Kesembilan

JAKARTA(Jurnalislam.com) – Program Standarisasi Dai Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat kesemblinan kembali digelar pada 18 Desember 2021,(19/12).

Pada agenda tersebut terdapat tiga materi inti, yakni ; Paradigma ke-MUI-an, Islam Wasathiyah dan juga Etika Dakwah.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Sekretaris Jenderal MUI Pusat, Buya Dr. Amirsyah Tambunan MA, sekaligus menyampaikan materi sesi pertama dengan tema “Peran Strategis Ulama Sebagai Himayatul Ummah dan Shadiqul Hukumah”.

Dalam sambutannya, Sekjen MUI menyampaikan harapannya terhadap para ulama yang menjadi peserta. Buya Amirsyah berharap para da’i dapat berperan langsung dalam

“Ulama diharapkan hadir untuk menjawab persoalan keumatan dan kebangsaan,” tutur beliau dalam penyampaian Muqodimahnya.

Selanjutnya, materi yang dipandu oleh Sekretaris Komisi Dakwah, Dr. Canra Krisna Jaya MA, menjelaskan, MUI adalah wadah musyawarah para Ulama, Zu’ama, dan Cendekiawan Muslim di Indonesia. Musyawarh itu, kata Canra bertujuan untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia.

Dijelaskan Ulama yang menyelesaikan Sarjana di UIN Medan ini, berdirinya MUI merupakan hasil pertemuan dan musyawarah para ulama, cendekiawan dan juga zu’ama.

“Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta,” terang Canra.

Di samping itu, Canra juga menjelaskan bahwa pada saat itu terjadi pertemuan dan musyawarah yang dihadiri 26 orang ulama yang merupakan perwakilan dari 26 provinsi di Indonesia.

Saat itu, diterangkan Ulama kelahiran Mandailing natal, Sumatera Utara ini, sepuluh ulama yang berkumpul terdiri dari beberapa Ormas, diantaranya: NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah.

Selain dari elemen Ormas, Pria bergelar Doktor dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menyebutkan, ada 4 ulama yang juga berasal dari unsur TNI tiga matra dan Polri.

“Serta hadir pula 13 tokoh atau cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan,” demikian penjelasan Canra saat memaparkan materinya.

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.