BASRA (Jurnalislam.com) – Militer Irak pada hari Rabu (5/9/2019) menyalahkan “orang bersenjata tak dikenal” atas kematian enam demonstran awal pekan ini di provinsi Basra selatan.
“Para pengunjuk rasa yang tewas kemarin di pusat kota Basra dibunuh oleh orang-orang bersenjata yang tidak dikenal di dalam mobil,” kata komandan tentara Jamil al-Shammari dalam sebuah pernyataan sehari setelah pembantaian itu, lansir Anadolu Agency.
Al-Shammari membantah laporan pasukan militer Irak menembaki demonstran di luar markas provinsi tetapi melanjutkan untuk menegaskan bahwa demonstrasi “tidak sepenuhnya berlangsung damai.”
“Pasukan militer terkejut menemukan sekelompok demonstran melemparkan bom Molotov, membakar ban dan menyerang warga,” katanya.
Baca juga: PM Irak Tolak Keputusan Milisi Syiah Hashd al Shaabi
“Pada satu titik,” al-Shammari menambahkan, “pria bersenjata dalam kendaraan putih menewaskan sejumlah demonstran, mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan jam malam.”
Komandan tentara mengatakan “kelompok-kelompok tertentu” – ia tidak mengidentifikasi namanya – “mempekerjakan kelompok kriminal di Basra untuk membunuh warga dan menabur perselisihan di kota”.
Pihak berwenang di Basra pada hari Selasa memberlakukan jam malam petang-hingga-fajar (dusk-to-dawn) dengan harapan meredakan ketegangan yang meningkat setelah para pengunjuk rasa menyerbu markas provinsi dan bentrok dengan pasukan militer.
Baca juga: Unjuk Rasa Meluas di Irak, Demonstran Bakar Kantor dan Foto Pemimpin Syiah Iran
Pemerintah menuduh “penyabot” di antara para pengunjuk rasa merusak properti publik, sementara demonstran menuduh pasukan militer menggunakan amunisi hidup untuk membubarkan demonstrasi damai.
Pada hari Rabu, koalisi Sairoon Irak – yang dipimpin oleh ulama pemberontak Syiah Muqtada al-Sadr – menyerukan pemecatan komandan tentara di Basra, menyalahkan mereka atas kematian.
“Pemerintah – federal dan lokal – bertugas menjaga kehidupan para demonstran dan mencegah penggunaan kekuatan yang tidak semestinya,” kata anggota Sairoon Hassan al-Akouli dalam sebuah konferensi pers di Baghdad.
Dia meminta pihak berwenang di Basra untuk memulai “penyelidikan segera” atas kekerasan baru-baru ini.
Rabu malam, sekelompok demonstran membakar bangunan kotamadya Basra, menurut sumber-sumber lokal.
Sumber mengatakan sekelompok orang yang memecahkan pengepungan militer berkumpul di depan gedung tersebut dan membakarnya.
Sejak awal Juli, provinsi selatan dan tengah mayoritas Syiah Irak, terutama Basra, telah diguncang oleh protes warga, yang pada satu titik menyebar ke ibukota.
Demonstran menuntut peningkatan layanan publik, lebih banyak kesempatan kerja dan diakhirinya korupsi pemerintah yang mereka rasakan.
Sementara itu, negosiasi tetap berlangsung atas pembentukan pemerintah negara berikutnya setelah pemilihan parlemen 12 Mei, hasil yang diperdebatkan selama beberapa bulan.