SURIAH (Jurnalislam.com) – Pengeboman melalui serangan udara koalisi pimpinan agresor AS di Raqqa di Suriah utara telah membunuh 29 warga sipil dalam 24 jam terakhir saat mendukung pasukan yang memerangi kelompok Islamic State (IS), sebuah monitor mengatakan pada hari Selasa (8/8/2017), lansir Aljazeera.
Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Suriah (the Syrian Observatory for Human Rights-SOHR) yang berbasis di Inggris mengatakan sembilan wanita dan 14 anak telah terbunuh dalam serangan udara koalisi di kota Raqqa sejak Senin malam.
Terdapat 14 orang dalam satu keluarga yang juga tewas. Mereka melarikan diri ke Raqqa dari Palmyra.
Jumlah korban tewas bisa meningkat karena banyak korban luka parah, tambahnya.
Aliansi Arab-Kurdi yang didukung AS sedang bertempur untuk menggulingkan IS dari Raqqa, benteng utama mereka di Suriah, dan telah menguasai sekitar 45 persen kota.
Seorang juru bicara koalisi pimpinan AS tidak dapat segera dihubungi untuk berkomentar. Koalisi tersebut sebelumnya mengatakan bahwa mereka berusaha keras menghindari korban sipil dan menyelidiki semua laporan bahwa serangannya telah membunuh warga sipil
Koalisi tersebut mengatakan pada bulan Juli bahwa serangannya telah membunuh sedikitnya 600 warga sipil di Irak dan Suriah sejak mulai beroperasi pada tahun 2014, sebuah angka yang jauh lebih rendah daripada yang diberikan oleh pemantau independen.
Sementara itu, para aktivis Suriah mengatakan bahwa pasukan pro rezim Syiah Suriah telah mengintensifkan pemboman mereka di ibukota daerah pinggiran Ghouta yang dikuasai oposisi anti Assad, sehari setelah para pejuang oposisi membuat gagal dan frustrasi upaya pasukan rezim Assad untuk maju.
Ghouta Media Centre yang berafiliasi dengan pihak oposisi mengatakan satu warga sipil terbunuh dan beberapa lainnya terluka akibat tembakan dan serangan oleh pasukan rezim
Oposisi dan saksi lainnya mengatakan tembakan dan serangan udara meningkat pada hari Senin dan pemboman tersebut merupakan yang terberat dalam operasi tentara Suriah yang telah berlangsung dua bulan.
Warga mundur ke tempat penampungan, seorang penduduk mengatakan, mencatat bahwa sedikitnya ada lima bangunan runtuh akibat serangan tembakan dalam dua hari.
Banyak penduduk setempat telah meninggalkan daerah ini karena pemboman tersebut dalam beberapa pekan terakhir dan, bahkan di bawah serangan militer, mereka masih dapat melakukannya, kata penduduk tersebut.
“Ini bukan Aleppo, dimana warga dikepung. Ghouta adalah tempat yang lebih luas dan kota-kotanya lebih terbuka satu sama lain, tidak ada kota yang dikepung.”