Keamanan Inggris Targetkan Enkripsi WhatsApp Setelah Serangan di London

Keamanan Inggris Targetkan Enkripsi WhatsApp Setelah Serangan di London

LONDON (Jurnalislam.com) – Pemerintah Inggris mengatakan pada hari Ahad (26/3/2017) bahwa layanan keamanan harus memiliki akses ke aplikasi pesan terenkripsi seperti WhatsApp, mengungkapkan bahwa aplikasi seperti itu digunakan oleh pembunuh di balik serangan parlemen.

Sekretaris parlemen Amber Rudd kepada Sky News mengatakan, “Benar-benar tidak dapat diterima jika polisi dan dinas keamanan belum mampu memecahkan layanan yang sangat dienkripsi.”

“Tidak boleh ada situasi di mana teroris berbicara satu sama lain – melalui pesan WhatsApp – dan tidak dapat diakses,” katanya, lansir World Bulletin.

Polisi mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka masih tidak tahu mengapa Masood, seorang mualaf dengan tindak pidana kekerasan di masa lalu, melakukan serangan itu dan mengatakan ia kemungkinan bertindak sendirian, meskipun ada klaim dari kelompok Islamic State.

4 Orang Tewas dalam Serangan Brutal di Dekat Parlemen Inggris

“Seharusnya tidak ada tempat bagi mereka untuk bersembunyi,” kata Rudd dalam wawancara terpisah dengan BBC.

“Kita perlu memastikan bahwa organisasi (grup) seperti di WhatsApp – dan ada banyak lagi yang lain seperti itu – tidak menyediakan tempat rahasia bagi penyerang untuk berkomunikasi satu sama lain.”

Dia mengatakan enkripsi end-to-end penting bagi keamanan cyber, untuk memastikan bahwa bisnis, perbankan dan transaksi lainnya berlangsung aman – tetapi mengatakan juga harus dapat diakses.

“Ini tidak bertentangan. Anda boleh memiliki sistem dan kita dapat mendapatkan akses jika benar-benar diperlukan,” katanya kepada Sky News.

Rudd mengatakan dia belum berniat untuk memaksa pihak industri dengan undang-undang baru, tapi akan bertemu dengan para pemain kunci pada hari Kamis untuk membahas masalah ini, serta “melancarkan pertempuran terus-menerus” terhadap video ekstrimis yang diposting online.

“Orang-orang terbaik adalah yang mengerti teknologi dan menghentikan hal ini,” katanya kepada BBC.

Otoritas AS tahun lalu bergulat dalam pertempuran hukum dengan raksasa teknologi Apple untuk membuka sebuah smartphone yang digunakan oleh pelaku serangan teror di California.

Ahli FBI sendiri yang akhirnya membobol perangkat tersebut.

Raksasa media sosial juga mendapat tekanan atas konten ekstrimis yang diposting di situs mereka.

Jerman bulan ini mengusulkan denda bagi jaringan sosial seperti Facebook jika mereka gagal menghapus kebencian ilegal dari situs mereka.

Sementara itu Google telah menghadapi boikot oleh perusahaan-perusahaan yang iklannya muncul berdampingan dengan konten ekstrimis pada platform internet, khususnya di situs video-sharing YouTube.

Bagikan