JURNALISLAM.COM – Selama beberapa tahun terakhir, negara-negara NATO telah membantu Rusia merevolusi angkatan bersenjatanya.. Sekarang timbul pertanyaan tentang kontraktor pertahanan Jerman yang melatih militer Rusia.
Dunia terkejut ketika pasukan operasi khusus Rusia menyerbu Krimea dengan teknologi canggih, operasi yang meningkat secara drastis, dan dengan begitu banyak keamanan operasional yang bahkan lembaga intelijen Amerika tidak mengetahui kedatangannya. Di Washington, para pemimpin pemerintah dan kongres bertanya-tanya bagaimana pasukan operasi khusus Rusia menjadi begitu kuat, begitu cepat, tanpa ada yang memperhatikan. Beberapa pihak bertanya-tanya berapa banyak bantuan yang diperoleh Rusia dari Barat .
Pada tahun 2011, misalnya, kontraktor pertahanan Jerman Rheinmetall menandatangani kontrak $ 140.000.000 untuk membangun sebuah pusat pelatihan simulasi tempur di Mulino, di barat daya Rusia, yang akan melatih 30.000 tentara tempur Rusia per tahun. Walau fasilitas secara tidak resmi dijadwalkan akan selesai akhir tahun ini, namun para pejabat AS percaya bahwa Jerman telah melatih pasukan Rusia selama bertahun-tahun.
Perlu diingat bahwa Jerman (Prussia) menjadi sekutu Rusia dan juga membantu Rusia di Crimean War I 1853-1856. Rusia kemudian dikalahkan, tapi sayangnya belum berakhir.
Rheinmetall membela proyek bahkan setelah terjadinya invasi Krimea, sampai akhirnya ditutup pemerintah Jerman akhir bulan lalu. Tapi banyak laporan mengenai masalah ini bahwa pemerintah Amerika tidak senang dengan penanganan Jerman terhadap kontrak Rusia, dan khawatir bahwa beberapa pelatihan mungkin telah mengakibatkan lahirnya pasukan operasi khusus yang sekarang beroperasi di dan sekitar Ukraina.
“Sangat disayangkan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman secara langsung mendukung dan melatih militer Rusia bahkan selama berlangsungnya serangan melawan Ukraina,” kata seorang pembantu senior Senat. “Pemerintah AS harus memanggil sekutu NATO kami untuk menangguhkan semua hubungan militer dengan Rusia pada saat ini, sampai Rusia meninggalkan Ukraina, termasuk Crimea.”
Menurut Congressional Research Service, mitra Rheinmetall dalam kesepakatan itu adalah perusahaan Rusia milik negara, Oboronservis ( “Layanan Pertahanan” ). Pusat pelatihan tersebut, yang modelnya pernah digunakan oleh German Bundeswehr merupakan “sistem yang paling canggih dari jenisnya di seluruh dunia.” Reinmetall menganggap kontrak ini sebagai pendahulu untuk beberapa proyek lainnya “dalam rencana memodernisasi peralatan angkatan bersenjata Rusia.”
Para pejabat AS, sekarang melihat ke belakang, mengekspresikan kemarahan dan frustrasi pribadi mereka tentang kerja sama Jerman dengan militer Rusia. Walaupun sulit mendapatkan bukti definitif, namun para pejabat ini melihat adanya peningkatan radikal kekuatan Moskow – terutama pasukan operasi khusus – sejak mereka terakhir kali melihat aksi besarnya dalam invasi tahun 2008 di Georgia. Para pejabat AS percaya bahwa beberapa pelatihan Jerman selama beberapa tahun terakhir diberikan kepada GRU Spetsnaz, pasukan operasi khusus yang bergerak tanpa diketahui ke Crimea dan yang sekarang dapat ditemukan memicu masalah di timur Ukraina.
“Orang-orang marah,” kata seorang pejabat intelijen AS. “Obrolan di dalam Pentagon berkisar tentang mereka menyediakan pelatihan bagi Spetznaz.”
Rheinmetall tidak menanggapi permintaan untuk komentar .
Rusia mempertahankan hubungan ekonomi yang erat dengan banyak negara NATO – terutama Jerman. Diperkirakan, negara tersebut mengekspor hampir $ 50 miliar dalam bentuk barang ke Rusia pada tahun 2013. Puluhan bahkan ratusan ribu pekerjaan Jerman tergantung pada perdagangan Rusia.
Angkatan bersenjata anggota NATO juga telah bekerja sama dengan rekan-rekan mereka di militer Rusia, secara putus-sambung, selama bertahun-tahun. Rusia telah mengadakan latihan militer bersama, baik dengan Jerman dan juga Amerika Serikat. Amerika telah membeli helikopter Rusia untuk digunakan di Afghanistan. Dan Moskow mengizinkan peralatan NATO melewati wilayah Rusia untuk masuk dan keluar dari zona perang.
“Sangat disayangkan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman secara langsung mendukung dan melatih militer Rusia bahkan selama berlangsungnya serangan melawan Ukraina.”
Bagi Congressional Research Service, “Konstruksi Rheinmetall pada sebuah pusat pelatihan militer dapat dilihat dalam konteks kerja sama pertahanan bilateral yang lebih luas antara Jerman dan Rusia,” Congressional Research Service menulis dalam laporannya. “Jerman … persetujuan pemerintah terhadap kontrak untuk membangun sebuah pusat pelatihan juga tampaknya sejalan dengan kebijakan Jerman selama ini untuk mempromosikan pelatihan militer dan latihan bersama dengan negara-negara mitranya.”
Tetapi beberapa pihak di Capitol Hill melihat kontrak Rheinmetall sebagai salah satu contoh dari kebodohan beberapa negara NATO yang terburu-buru menandatangani kontrak pertahanan yang menguntungkan dengan Rusia setelah Presiden Obama mengumumkan “reset” kebijakan baru dengan Federasi Rusia. DPR telah mencoba untuk menghentikan Perancis menjual Mistral, kapal perang amfibi, untuk Angkatan Laut Rusia. Beberapa pihak juga tidak senang dengan penjualan Lynx, pengangkut personel lapis baja Italia, ke Rusia.
Seorang pembantu Senat mengatakan bahwa salah satu kontribusi Rheinmetall adalah membantu tentara Rusia dan GRU Spetznaz meng-upgrade peralatan mereka. Laporan menunjukkan bahwa unit militer Rusia baik yang berada di dalam Ukraina maupun yang berkumpul secara besar-besaran di perbatasan timurnya adalah peralatan komunikasi yang baru, body armor, senjata pribadi, dan amunisi. Secara bersama-sama seluruh perlengkapan tersebut memberikan mereka keuntungan taktis yang besar atas angkatan bersenjata Ukraina yang terkepung.
Para pejabat pertahanan teratas kini mengakui bahwa militer Rusia telah mengalami revolusi dalam beberapa tahun terakhir. Bulan ini, Vice Admiral Frank Pandolfe, direktur untuk rencana strategis dan kebijakan gabungan kepala staf militer, mengatakan kepada Kongres dalam kesaksian terbuka bahwa dalam beberapa tahun terakhir Rusia telah menciptakan perintah regional yang “mengkoordinasikan dan men-sinkronisasi perencanaan, integrasi layanan bersama, pergerakan kekuatan, dukungan intelijen, dan unit kerja taktis” dalam sebuah “latihan sekejap” atau misi pelatihan militer yang dapat dipesan pada saat itu juga.
Dalam kesaksiannya, Pandolfe juga mengatakan Rusia telah menempatkan penekanan yang lebih besar pada penggunaan Pasukan Operasi Khusus serta informasi dan cyber warfare. Para ahli mengatakan bahwa doktrin militer Rusia secara dramatis diperbarui dalam beberapa tahun terakhir dan sangat jelas mengatur rencana Rusia untuk modernisasi dan fokus pada pasukan khusus reaksi cepat yang sangat terlatih. Namun di Barat, laporan-laporan itu tidak banyak dibaca, apalagi dipahami.
Rusia juga mengubah doktrin mereka untuk mencerminkan bahwa mereka memandang bahwa ancaman tidak hanya datang dari perang konvensional, tetapi dari kebutuhan untuk melindungi populasi Rusia di negara-negara yang tidak stabil menghadapi agresi Barat.
“Ini bukan hanya tentang melaksanaan pelajaran yang didapat dari invasi Georgia tahun 2008, namun juga tentang memberi mereka dasar untuk berbagai jenis operasi,” kata Fiona Hill, mantan pejabat intelijen di Rusia, yang sekarang bekerja dengan Brookings Institution. “Kita seharusnya lebih memperhatikan hal ini. Sinyal-sinyal ini sydah ada untuk waktu yang lama, tapi kita telah salah membacanya.” [ded412/ Kavkaz Center]