WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan bahwa mengklasifikasikan Ikhwanul Muslimin secara keseluruhan sebagai kelompok “teror” akan mempersulit keamanan dan politik Timur Tengah.
Kesaksiannya pada hari Rabu (14/6/2017) di depan Dewan Komite Hubungan Luar Negeri hadir di tengah meningkatnya ketegangan di Teluk, yang sebagiannya berpusat pada dukungan Qatar untuk Ikhwanul Muslimin, lansir Aljazeera.
Tillerson mengatakan bahwa akan bermasalah jika menempatkan seluruh organisasi dalam sebuah “daftar teror” karena anggota Ikhwanul Muslimin berjumlah lebih dari lima juta orang, dan beberapa di antaranya menduduki posisi di pemerintahan di seluruh wilayah teluk.
“Ada anggota Ikhwanul Muslimin yang telah menjadi bagian pemerintahan,” katanya, menunjuk parlemen di Bahrain dan Turki sebagai contohnya.
“Mereka menjadi bagian dalam pemerintahan dengan meninggalkan kekerasan dan terorisme,” katanya.
“Jadi, untuk menunjuk Ikhwan dalam keseluruhannya sebagai organisasi teroris … saya pikir Anda harus menghargai kompleksitas yang ada dalam hubungan kita dengan [pemerintah di wilayah ini].”
Diplomat tertinggi AS mengatakan Washington telah menunjuk anggota kelompok yang berkomitmen terhadap kekerasan sebagai “teroris”, namun klasifikasi keseluruhan kelompok yang luas akan menimbulkan komplikasi.
Arab Saudi, Bahrain, UEA, Mesir dan beberapa negara lain memutuskan hubungan dengan Qatar awal bulan ini atas dugaan dukungan untuk kelompok “ekstremis”, termasuk Ikhwanul Muslimin. Namun Doha membantah semua tuduhan.
Ikhwanul Muslimin adalah kelompok pergerakan Islamis tertua di dunia Arab. Meskipun secara resmi dilarang di beberapa negara, di banyak negara lainnya, cabang-cabangnya memainkan peran penting dalam politik domestik dan sering bertugas sebagai pejabat pemerintah.
Sampai saat ini, negara-negara yang memberi label Ikhwanul Muslimin sebagai “organisasi teroris” adalah: Bahrain, Mesir, Rusia, Arab Saudi, Suriah, dan Uni Emirat Arab.
Pada tahun 2013, penguasa Saudi melemparkan beban mereka di balik tindakan brutal militer Mesir terhadap pendukung Ikhwanul Muslimin. Pada bulan Maret 2014, kerajaan tersebut menunjuk kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai “teroris”.
Analis menyimpulkan bahwa sebuah kelompok Islamisme Sunni yang menyerukan partisipasi politik dan legitimasi elektoral, dimana Ikhwanul Muslimin kemungkinan adalah contoh terbaik, dipandang sebagai ancaman nyata, karena ia menawarkan model politik Islam yang berbeda dengan Negara Saudi.