Hadiri Aksi 242, Tito Intruksikan Polri Harus Bergandengan dengan Persis

Hadiri Aksi 242, Tito Intruksikan Polri Harus Bergandengan dengan Persis

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Kapolri Jendral Tito Karnavian hadir dalam acara Silaturahmi Akbar 242 Keluarga Besar Persatuan Islam (Persis) di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Bandung, pada Sabtu (24/2/2018). Hadir juga Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto dan Pangdam III/Siliwangi Mayjen Doni Monardo.

Tito Karnavian menghadiri Silaturahmi Akbar itu dengan seragam lengkap dan mengalungkan syal putih di lehernya. Di depan puluhan ribu jemaah Persis, Tito sempat menerima pengalungan syal Persis berwarna hijau. Syal itu dikenakannya, setelah melepas Syal putih yang dipakainya.

Di depan massa yang hadir, Tito menyampaikan rasa bangga bisa menghadiri pertemuan terbesar organisasi itu.

“Saya bersyukur bisa berkumpul bersama segenap keluarga besar Persis saat ini, sekaligus merasa bangga karena ini pertemuan besar Persis yang dulu didirikan oleh orang Palembang KH Muhammad Zamzam,” tutur Tito yang juga berasal dari Palembang.

Organisasi Persis dibentuk pada 12 September 1923 oleh KH Muhammad Zamzam dan Muhammad Yunus.

Tito mengatakan Persis mempunyai peranan penting dalam pergerakan Indonesia, menegakan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan terutama lewat kegiatan pendidikan sekaligus dakwah untuk menyebarkan Islam di Indonesia.

“Pada kesempatan baik ini saya mengajak Bapak Ibu sekalian mari kita bergandengan tangan untuk mengisi kemerdekaan yang telah Bapak Ibu dan pendiri bangsa ini didirikan,” ujar dia.

Kapolri menegaskan bahwa dirinya dan jajaran Polisi siap bekerja sama dengan Jamiyyah Persatuan Islam dimanapun berada. Kehadiran Kapolri itu dinilai sangat baik dan pro terhadap perjuangan Persatuan Islam.

“Saya menginstruksikan kepada seluruh jajaran kepolisian agar bergandengan tangan, bersilaturahmi dengan jajaran Persatuan Islam, dimanapun berada,” ucapnya.

Tito berharap melalui silaturahmi ini tercipta keutuhan dalam kerangka kesatuan Republik Indonesia, tidak seperti Uni Soviet dan Yugoslavia yang telah terpecah belah atau menjadi kisruh seperti Irak dan Suriah.

Reporter: Kiki Firmansyah

Bagikan