Fotografer Pemenang Penghargaan Publikasikan Foto – foto Penganiayaan Muslim Rohingya

ISTANBUL (Jurnalislam.com) – Seorang fotografer pemenang penghargaan yang memiliki sebuah pameran tentang Muslim Rohingya saat ini menyelenggarakan pameran di Istanbul dan mengatakan Turki memiliki relevansi khusus untuk karyanya.

"Istanbul sangat strategis karena Turki adalah salah satu dari beberapa negara di kawasan ini yang benar-benar menunjukkan cukup banyak perhatian atas apa yang terjadi kepada masyarakat Rohingya," kata Greg Constantine kepada Anadolu Agency minggu ini.

"Di Burma (Myanmar), kondisi Rohingya yang tinggal di sana tampak seperti apartheid … Mereka dibatasi hanya pada satu wilayah geografis; mereka tidak bisa datang, mereka tidak bisa pergi … Mereka menerima bantuan medis atau pendidikan yang sangat sedikit untuk anak-anak mereka," tambahnya.

Dibuang ke Antah Berantah (Exiled to Nowhere): adalah kumpulan foto-foto Rohingya di Burma dari 12 kunjungan Constantine ke Myanmar.

Pameran foto ini berfokus pada penganiayaan dan pelanggaran HAM terhadap masyarakat Rohingya, dan sebelumnya juga diadakan di Washington, Bangkok, dan Jenewa.

Constantine mengatakan ia membuat kunjungan pertamanya ke masyarakat Rohingya di negara bagian Rakhine Myanmar pada tahun 2006, dan melakukan delapan perjalanan lagi.

Rakhine adalah rumah bagi sebagian besar masyarakat Rohingya. Sejak bulan Juni 2012, negara mayoritas Buddha tersebut telah bergulat dengan kekerasan sektarian, yang telah menewaskan ratusan orang serta lebih dari 140.000 Rohingya terkurung di kamp-kamp pengungsian internal di Rakhine.

Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 130.000 warga Rohingya juga meninggalkan negara itu melalui laut, menurut PBB.

"Saya sangat terkejut dengan keadaan warga Rohingya yang tinggal di sana," kata Constantine, menuduh masyarakat internasional hanya menaruh sedikit perhatian kepada mereka.

"Saya tahu bahwa saya ingin mendedikasikan banyak waktu untuk menceritakan Rohingya."

Gambar yang menghantui Constantine menunjukkan beberapa keluarga tinggal dalam gubuk bambu, anak berperut buncit yang kekurangan gizi berjalan di antara daerah kumuh, dan warga Rohingya berkumpul dalam kondisi miskin, berusaha bertahan hidup dengan susah payah.

Sebuah gambar menunjukkan tiga wanita Rohingya yang tertutup sedang menatap keluar dari kegelapan. Seolah-olah mata yang menderita tersebut menjangkau Anda.

Sebagai seorang fotografer freelance, Constantine – yang mengatakan ia membayar sebagian biaya melalui hibah – memiliki kebebasan untuk menghabiskan waktu yang lama dengan Rohingya.

"Saya sangat senang berbicara dengan orang. Dan saya selalu bertanya apakah mereka tidak keberatan jika saya mengambil gambar [agar tidak menyerang privasi mereka]," katanya.

Dia mengatakan tidak sulit membuat orang untuk berbicara dengan bantuan penerjemah.

"Masyarakat Rohingya telah sangat tertindas dalam waktu lama sehingga mereka ingin cerita mereka diketahui luas," katanya.

Constantine mengatakan bahwa kunjungannya berlangsung terutama selama 2 sampai 3 minggu, meskipun perjalanan terakhirnya, di November 2014 berlangsung hanya tiga hari.

"Ada demonstrasi besar oleh masyarakat Buddha Rakhine setempat," kenangnya. "Ada beberapa ribu orang berdemonstrasi di jalan-jalan Sittwe (ibukota negara bagian Rakhine), semuanya memprotes keberadaan/eksistensi Rohingya."

Perjalanan saya mendokumentasikan "titik awal kebencian itu," tambahnya.

Tidak peduli seberapa kejam gambarnya dan sangat merangsang pemikiran, Constantine mengatakan ia tidak berada di Turki untuk menjual gambar-gambarnya. Bahkan beberapa fotonya harus dikatakan menggambarkan dengan indah dalam menangkap penderitaan Muslim Rohingya.

"Tujuan dari pameran ini tidak untuk merayakan fotografi, itu adalah tujuan terakhir dari semua ini. Fotografi sebenarnya digunakan sebagai cara untuk melibatkan orang-orang dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik (tentang Rohingya).

"Saya fokus pada akar penyebab masalah dan itu adalah penindasan yang mereka hadapi di tanah air mereka – yaitu Burma," kata Constantine.

"Kecuali keadaan berubah di sana, Rohingya akan terus-menerus keluar dari Burma ke negara-negara lain."

Pameran foto Exiled to Nowhere: Burma’s Rohingya, berlangsung hingga 30 Juli di Galata Fotografhanesi di distrik Beyoglu, Istanbul.

 

Deddy | Anadolu Agency | Jurniscom

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.