KAIRO (jurnalislam.com)– Pemerintah Mesir untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam bulan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui jalur udara, di tengah krisis kelaparan yang terus memburuk akibat agresi militer Israel.
Pesawat militer Mesir lepas landas dari Bandara Internasional Kairo pada Selasa (29/7/2025), dan menjatuhkan bantuan di wilayah tengah Gaza, khususnya di Deir al-Balah. Langkah ini dilakukan untuk menghindari hambatan keamanan yang selama ini menghalangi masuknya bantuan melalui jalur darat, menurut sumber Al-Araby Al-Jadeed.
Langkah pengiriman bantuan udara ini dilakukan setelah Mesir menghadapi gelombang kritik internasional dan aksi protes dari aktivis yang menuduh pemerintah Kairo enggan membuka penyeberangan Rafah di perbatasan Gaza-Mesir selama berlangsungnya perang. Rafah merupakan satu-satunya jalur keluar-masuk yang tidak dikendalikan langsung oleh Israel.
Pada Ahad sebelumnya, truk-truk bantuan telah mulai berbaris di perbatasan Rafah untuk memasuki Gaza melalui penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) yang dikuasai Israel. Hal ini terjadi setelah Israel mendeklarasikan “jeda taktis” dalam serangan militer, di tengah tekanan internasional yang mendesak pengiriman bantuan bagi warga Gaza.
Namun, Hamas menilai jeda kemanusiaan tersebut tidak cukup. Kelompok perlawanan Palestina itu menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mencegah bencana kelaparan adalah dengan mengakhiri perang dan mencabut blokade secara permanen.
Pengiriman bantuan udara Mesir ini terjadi sehari setelah Presiden Abdel Fattah el-Sisi menyampaikan permohonan terbuka melalui siaran televisi kepada Presiden AS Donald Trump agar menghentikan perang dan membuka akses bantuan kemanusiaan.
“Saya sampaikan pesan khusus kepadanya, mohon kerahkan segala upaya untuk mengakhiri perang ini. Saya yakin waktunya telah tiba untuk mengakhiri perang ini,” ujar el-Sisi.
Selain Mesir, sejumlah negara lain juga mulai mengirimkan bantuan melalui jalur udara. Uni Emirat Arab (UEA) dan Yordania telah lebih dulu melakukannya. Spanyol menyatakan akan memulai pengiriman bantuan udara dari Yordania pada Jumat mendatang. Sementara itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz pada Selasa mengatakan dua pesawat negaranya siap mengirim bantuan dari Yordania ke Gaza mulai Rabu.
Meski upaya ini terus dilakukan, para dokter dan organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa bantuan lewat udara tidak mencukupi untuk meredam krisis kelaparan. Menurut Program Pangan Dunia (WFP), satu pesawat hanya mampu membawa 20–30 ton bantuan dalam satu penerbangan. Padahal, untuk memenuhi kebutuhan dasar warga Gaza, dibutuhkan sedikitnya 500 hingga 600 truk bantuan setiap hari.
Sumber Al-Araby Al-Jadeed juga menyatakan bahwa muatan satu pesawat kerap kali setara dengan satu truk bantuan saja. “Jika digabungkan, seluruh penerjunan udara ini tetap tidak sebanding dengan efektivitas distribusi bantuan lewat jalur darat,” katanya.
Lebih dari itu, penerjunan udara juga mendapat kritik karena seringkali dilakukan di zona militer yang berbahaya. Kantor Media Pemerintah di Gaza menyebut banyak bantuan dijatuhkan di “zona merah” wilayah yang sedang terjadi pertempuran aktif sehingga membahayakan warga sipil yang mencoba mengambil bantuan.
Sikap Mesir yang baru mengirimkan bantuan lewat udara, dan tidak membuka penyeberangan Rafah lebih awal, menuai kekecewaan luas. Dalam beberapa hari terakhir, demonstrasi digelar di depan berbagai kedutaan besar Mesir, menuntut pembukaan akses masuk bagi bantuan kemanusiaan. (Bahry)
Sumber: TNA