YOGYAKARTA (Jurnalislam.com) – Menyambut awal tahun 2020, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia mengumpulkan para pakar da’wah dalam sebuah simposium yang bertemakan “Optimalisasi Tiga Pilar Da’wah (Masjid, Pesantren dan Kampus) Guna Memperkokoh NKRI Menuju Indonesia Maju yang Diridhoi oleh Allah.
Hal yang dibahas adalah strategi dakwah untuk segmen Masjid, Pesantren dan Kampus. Ketiga segmen ini sering disebut “Tiga Pilar Da’wah” oleh Pendiri Dewan Dakwah Mohammad pada setengah abad yang lalu.
Simposium ini dilaksanakan oleh Dewan Dakwah bekerjasama dengan Universitas Islam Indonesia (UII) – pada tanggal 06 Januari 2020 di Auditorium Kahar Muzakkir – Kampus UII Yogyakarta.
Acara dibuka oleh Sri Sultan Hamengkubowono ke X sekaligus juga membuka Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.
Bertindak sebagai Keynote Speaker adalah Rektor UII Fathul Wahid S.T., M.Sc., Ph.D Hadir sebagai pembicara adalah Prof. Dr. H. Didin Hafiduddin, M.Sc sebagai Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantaren se-Indonesia (BKSPPI), KH. Abdullah Hasan Sahal dari Pimpinan Ponpes Gontor, KH. A. Nawawi Abdul Djalil dari Pimpinan Ponpes Sidogiri.
Hadir juga ustad Nasir Zubaidi dari Dewan Masjid Indonesia, Prof. Dr. Hermawan KD sebagai ketua Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) sekaligus mantan Ketua Pengurus YPM Salman ITB dan kini aktif menjabat sebagai Ketua Senat Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB).
Beberapa perwakilan masjid hadir seperti ustaz Muhammad Jazir dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ustad Mahfudz Arief Effendi dari Ketua Masjid Al-Falah Surabaya dan ustaz Mohammad Hafizh, M.Sc sebagai kader langsung Mohammad Natsir yang mengurus kaderisasi di lingkungan Kampus.
Menjawab Tuduhan
“Kita di Dewan Da’wah sungguh prihatin adanya tuduhan keji dan palsu tentang adanya penyebaran paham Radikalisme yang diarahkan pada Masjid, Pesantren dan Kampus, padahal tiga pilar tersebut selama ini menjadikan NKRI semakin kokoh” kata Ketua Umum Dewan Dakwah, Mohammad Siddik dalam keterangan yang diterima redaksi Jurnalislam.com, Senin (6/1/2020).
“Oleh sebab itu, Simposium ini menjadi semacam oase bagi para praktisi dakwah yang sehari hari berkecimpung di Masjid, Pesantren maupun Kampus untuk membicarakan strategi yang tepat, akademis dan konstitusional dalam melakukan da’wah sekaligus ingin melihat lebih jernih apakah tuduhan radikalisme tersebut sebagai fakta atau fitnah yang tak berdasar alias diada-adakan” pungkasnya.