SOCHI (Jurnalislam.com) – Para pejabat dari Turki, Rusia dan Iran mengadakan pembicaraan teknis pada hari Senin (30/7/2018) di Sochi, Rusia, menjelang putaran ke-10 pembicaraan damai Suriah di Astana, Kazakhstan, yang dijadwalkan pada 31 Juli.
Pembicaraan Astana akan membahas situasi terbaru di zona de-eskalasi di Idlib Suriah, kembalinya para pengungsi, pembebasan tahanan dan pembentukan komite yang akan menulis ulang konstitusi Suriah, lansir Anadolu Agency.
Pejabat PBB dan Yordania mengambil bagian dalam pembicaraan hari Senin sebagai pengamat sementara AS sekali lagi memilih untuk tidak mengirim perwakilan.
Langgar Perjanjian Astana, Jet Tempur Rusia Bombardir Zona de Eskalasi di Idlib
Kelompok utama oposisi Suriah diwakili oleh Ahmed Tuma, mantan perdana menteri pemerintah sementara Suriah, sedangkan rezim Assad diwakili oleh Bashar Jaafari, perwakilan permanen rezim untuk PBB.
Selama pertemuan Astana ke-9 yang diadakan pada 14-15 Mei, semua pihak setuju untuk mempertahankan zona de-eskalasi dan gencatan senjata rezim Syiah Assad.
Namun, pasukan Assad dan sekutu-sekutunya menguasai zona de-eskalasi di wilayah Homs, Daraa dan di Quneitra setelah melakukan serangan besar-besaran.
Rezim Assad Gelar Serangan Besar pada Zona Gencatan Senjata Barat Daya Suriah
Pekan lalu, rezim mulai membangun militer di barat daya Idlib untuk menyerang wilayah pegunungan Turkmenistan barat laut Suriah, yang terletak di dalam zona de-eskalasi.
Idlib diperkirakan akan menjadi masalah utama selama pertemuan Astana berikutnya karena delegasi Turki menggarisbawahi pentingnya rezim menjaga gencatan senjata di wilayah tersebut.
Secara terpisah, Rusia untuk pertama kalinya diperkirakan akan memunculkan isu kembalinya pengungsi dan orang-orang yang terlantar selama pertemuan.
Para pejabat Rusia baru-baru ini mengunjungi Turki, Yordania dan Lebanon, yang menjadi tuan rumah bagi sebagian besar pengungsi Suriah.
Setelah Membombardir Daraa, Inilah Skenario Rezim Assad
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura diperkirakan akan bertemu dengan para pejabat Turki, Rusia dan Iran tentang pembentukan komite konstitusi.
Rezim Nushairiyah dan oposisi anti-Assad masing-masing telah menyerahkan daftar 50 kandidat untuk mewakili mereka di komite konstitusi kepada de Mistura.