Serangan Hari Kedua Pesawat Tempur Sekutu Arab Hancurkan Peluncur Roket Houthi di Maarib

YAMAN (Jurnalislam.com) – Arab Saudi mengatakan serangan itu sebagai tanggapan atas seruan intervensi militer Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi untuk "menyelamatkan rakyat dari milisi Houthi."

Pesawat-pesawat tempur yang dipimpin Arab Saudi pada Jumat (27/03/2015) membom sebuah situs peluncuran roket di provinsi Maarib, Yaman bagian timur yang kaya minyak, seorang pejabat militer Yaman mengatakan.

"Serangan udara fajar telah menghancurkan situs dan sistem radar," kata pejabat itu, yang meminta anonimitas, kepada The Anadolu Agency.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa, “Sasaran terletak di dekat fasilitas ladang minyak utama Yaman  yaitu Safer, sebelumnya dihentikan produksinya,  sebelum serangan dilakukan”.

Beberapa negara Arab telah bergabung dalam serangan yang dipimpin Saudi yang dimulai Rabu malam dengan serangkaian serangan udara terhadap posisi kelompok pemberontak Syiah Houthi di Yaman, termasuk serangan dibeberapa  lokasi Syiah Houthi lainnya di ibukota Sanaa.

Yaman berada dalam peperangan sejak September lalu, ketika militan Syiah menyerbu ibukota Sanaa, dan berusaha memperluas pengaruh mereka ke bagian lain negara tersebut.

 

Deddy | World Bulletin | Jurniscom
 

Bahaya! 12 WNI Ditahan di Mako Brimob, Mayoritas Anak-anak

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Dari 12 WNI yang baru dipulangkan dari Turki pada Kamis (26/3/2015) 8 diantaranya adalah anak-anak dibawah umur. Setibanya di Indonesia, mereka langsung dibawa oleh Densus 88 ke suatu tempat yang belakangan diketahui adalah Mako Brimob Kelapa Dua, Depok untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Pengamat kontra terorisme Harits Abu Ulya menilainya sebagai langkah yang berbahaya.

“Dengan dikandangkannya 12 WNI di Mako Brimob yang notabene mereka sebagian besar adalah anak-anak, ini adalah tindakan yang sangat berbahaya,” katanya kepada Jurniscom, Jumat (27/3/2015).

Menurut Harits, hak-hak dasar ke 12 WNI itu harus dihormati dan tidak boleh dilanggar dengan alasan-alasan yang cenderung politis. Apalagi sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.

“Sebuah potret kekerasan psikis terhadap anak-anak, dan ini sama artinya telah menanam persepsi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan dari pemerintah,” jelas Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) itu.

Hal tersebut dinilanya sebagai radikalisasi anak sejak dini. “Sebuah kebijakan yang melahirkan blunder masalah lebih serius kedepan. Maka tidak sepatutnya anak-anak ditahan di Mako Brimob, ini wajib dihindari,” lanjut Harits.

Berikut daftar 12 WNI yang dipulangkan tersebut:
1. Ririn Andrian Sawir (Kelahiran 9 Desember 1977)
2. Agha Rustam Rohmatullah (9 Juli 1998)
3. Alya Nur Islami (28 Maret 2002)
4. Qorin Mun Adyatul Haq (20 Januari 2005)
5. Ikrimah Waliyurrohman Ahsanul (5 Mei 2007)
6. Nayla Syahida Achsanul Huda (20 November 2011)
7. Abdurahman Umarov Huda (20 November 2014)
8. Jauzah Firdauzi Nuzula (8 Juni 2009)
9. Tiara Nurmayanti Marlekan (29 Desember 1990)
10. Syifa Hidayat Kalahnikova (29 Agustus 2012)
11. Muhammad Ihsan Rais (1 Januari 2000)
12. Aisyahnaz Yasmin (2 Juli 1989)

Mereka dipulangkan menggunakan pesawat Turkish Airline TKS 66 dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pada pukul 19.30 Wib.

Ally | Jurniscom

 

Berita Terkait :

Pengamat : Polisi Harus Bersikap Proporsional dan Adil Terhadap 12 WNI yang Dipulangkan dari Turki

Pengamat : Polisi Harus Bersikap Proporsional dan Adil Terhadap 12 WNI yang Dipulangkan dari Turki

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan kepolisian untuk bersikap proporsional dan adil terhadap 12 Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru saja dipulangkan dari Turki, Kamis (26/3/2015).

Menurutnya, 12 WNI asal Lamongan itu adalah warga baik-baik yang tidak pernah melakukan tindak pidana terorisme. “Bahkan mereka tidak punya catatan kriminal atau melakukan tindakan pidana di Indonesia,” tegas Harits dalam pernyataannya kepada Jurniscom pagi ini, Jumat (27/3/2015).

Mereka pergi ke Turki untuk menyusul keluarganya di Suriah melalui jalur legal dan pintu imigrasi. “Mereka pergi keluar negeri dan tidak masuk daftar cekal karena sebuah tindakan pidana di dalam negeri maupun luar negeri. Mereka pergi dengan uang yang halal dari sumber yang halal,” ungkap Harits.

Oleh karena itu, lanjut Harits, jika mereka diperlakukan sebagaimana tahanan terorisme, ini adalah tindakan kesewenang-wenangan. “Dan jika dikaitan dengan ISIS, maka tidak ada UU juga yang bisa dipakai untuk pidanakan mereka. Maka, pihak Polisi harus proporsional dan adil,” jelasnya.

Harits Abu Ulya mengapresiasi langkah pemerintah memulangkan 12 WNI dengan selamat. Tapi bukan berarti kasus ini bisa dipolitisir untuk kepentingan yang tidak proporsional.

“Warga negara bukan obyek yang dicari-cari kesalahannya, justru harusnya mengentaskan mereka dari kubangan masalah,” pungkasnya.

12 WNI yang dipulangkan dari Turki tiba di Indonesia malam tadi, Kamis (26/3/2015) dan langsung dibawa oleh Densus88 untuk dimintai keterangan lebih lanjut. 12 WNI tersebut merupakan bagian dari 16 WNI yang sebelumnya ditahanan otoritas keamanan Turki. 4 Orang lainnya kini masih ditahan di Turki.

Ally | Jurniscom

 

Berita Terkair : 

Bahaya! 12 WNI Ditahan di Mako Brimob, Mayoritas Anak-anak 
 

Jabhah Nusrah Rilis Video, Hancurkan Tank Assad dengan Rudal TOW Buatan Amerika

SURIAH (Jurnalislam.com) – Jabhah Nusrah, cabang resmi Al Qaeda di Suriah, telah merilis video lain yang menunjukkan pejuangnya menggunakan rudal TOW buatan Amerika. Saat The Long War Journal melaporkan awal pekan ini, Jabhah Nusrah merilis sebuah video yang menampilkan serangan rudal TOW pada serangan dini hari (Kamis, 26/03/2015) yang diluncurkan mujahidin melawan pasukan rezim Assad di kota Idlib.

Jabhah Nusrah meneruskan menggunakan senjata tersebut melawan pasukan Nushairiyah Bashar al Assad. Sebelumnya hari ini, Jabhah Nusrah merilis video yang disebut di atas pada salah satu Twitter resmi mereka.

Mujahidin, yang wajahnya dikaburkan, menembakkan dua rudal TOW ke arah tank Nushairiyah hingga hancur.

Tidak diketahui berapa banyak rudal TOW yang dimiliki Jabhah nusrah. Tetapi terlihat jelas dari video dan gambar yang dipublikasikan di media sosial bahwa Jabhah nusrah memiliki cadangan senjata yang banyak, yang diambil dari kelompok pemberontak yang didukung Barat (Amerika) sebagai Ghanimah.

Jabhah Nusrah pertama kali memperlihatkan rudal mereka dalam propaganda tahun lalu.

Berikut ini adalah  video yang dirilis sebelumnya hari ini. Seperti tampak di semua video pertempuran Idlib Jabhah nusrah, video itu juga memiliki dua logo, yaitu logo "jaringan koresponden" Jabhah nusrah serta logo koalisi jihad Suriah Jaisyus al Fath (Tentara Pembebasan), yang  terus berjuang untuk menduduki kota Idlib.

Lihat Video disini :

https://www.youtube.com/watch?v=_DLlpsfy34I

 

Deddy | The Long War Journal | Jurniscom

Innalillahi, Putra ke 6 Ustadz Abu Jibriel Gugur Dalam Pertempuran Pembebasan Kota Idlib

JAKARTA (Jurnalislam.com)  Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun, Ridwan Abdul Hayie (22), putra ke 6 dari Wakil Amir Majelis Mujahidin Indoesia Ustadz Abu Jibriel dikabarkan gugur di Suriah, Kamis (26/3/2015). Ridwan dikabarkan gugur saat bertempur melawan pasukan Bashar Asaad dalam operasi penaklukan jantung kota Idlib yang dilancarkan mujahidin Suriah sejak Selasa (24/3/2015). 

"Adikku tercinta, kau telah pergi menjemput bidadari surga, disaat impian itu selalu ingin ku gapai, namun Allah lebih memilihmu dahulu sebelumku, Ya Allah, terimalah adikku tercinta ini sebagai syuhad' dijalanMU, Syahid Insyaa Allah..," tulis Muhammad Jibriel Abdul Rahman, kakak dari Ridwan dalam status facebooknya, Kamis (26/3/2015).

Ridwan alias Abu Omar yang lahir pada 16 Juni 1993 itu gugur tertembak peluru tank saat pertempuran sengit antara Mujahidin melawan pasukan kafir Syiah Nushairiyah memperebutkan kota Idlib.

Dalam pertempuran itu, panglima Ahrar Syam Syam Abu Jamil Yusuf Qutb juga dilaporkan gugur. Hingga saat ini, pertempuran memperebutkan kota Idlib masih berlangsung. Dikabarkan mujahidin telah menguasai 17 pos milik tentara Nushairiyah dan memperoleh sejumlah ghanimah (harta rampasan). Semoga Allah Swt menerima mereka sebagai Syuhada. Amin

Ally | Jurniscom

 

Berita Terkait :

Jaisyus al Fath Berhasil Duduki 17 Pos Pertahanan di Sekitar Idlib

Beberapa Video Terkini Serangan Mujahidin Terhadap Pasukan Bashar Asaad di Idlib

Mujahidin Kepung Pasukan Rezim Asaad di Jantung Kota Idlib (Reportase Langsung)

Polda NTB Gelar Seminar Sehari Cegah Ideologi Islam ‘Garis Keras’

BIMA (Jurnalislam.com) – Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Seminar Sehari bertema “Kebijakan Implementasi Pemerintah Dalam Pembinaan Kelompok Masyarakat yang Berideologi Garis Keras” di Paruga Na’e, Jl Soekarno-Hatta, Kota Bima, Kamis (26/3/2015).

Kadiv Humas Polda NTB Muh Suryo S mengatakan acara tersebut bertujuan untuk mencegah agar tidak ada lagi masyarakat yang terprovokasi untuk terlibat dalam masalah terorisme.

“Harapannya, supaya kedepannya tidak ada lagi masyarakat khususnya warga NTB yang terprovokasi untuk terlibat dalam perkara-perkara pidana khususnya terorisme,” jelasnya kepada Jurniscom usai acara.

Acara deradikalisasi yang dihadiri oleh perwakilan dari seluruh ormas Islam yang ada di Kota dan Kabupaten Bima itu menghadirkan Kapolda NTB Brigjen Pol Drs. Srijono. M.Si sebagai pembicara.

Dalam pemaparannya, Kapolda menyampaikan bahwa salah satu alasan munculnya pemahaman Islam ‘garis keras’ karena tidak terlaksananya Pancasila. Namun hal tersebut diluruskan oleh Ketua Forum Umat Islam (FUI) Bima Ustadz Asikin yang juga diundang dalam acara itu.

Menurut beliau, Pancasila telah dilaksanakan sejak zaman orde baru hingga era reformasi, namun tidak menghasilkan apa-apa.

“Islam tidak bisa diradikalisasi atau dideradikalisasi. Yang ada sekarang justru Pancasila itulah yang membuat bangsa menjadi kacau seperti ini,” tegasnya.

Ustadz Asikin menyatakan hanya dengan Syariat Islamlah persoalan bangsa dapat diselesaikan. “Pelaksanaan Syariat Islam yang murnilah yang akan menjadi solusi seluruh persoalan bangsa ini, bukan dengan penerapan Pancasila,” jelasnya.

Reporter : Sirath | Editor : Ally | Jurniscom

 

Astaghfirullah, Musuh Memborbardir Warga Ghazni Dengan Mortir dan Artileri

Ghazni  (Jurnalislam.com) – Musuh mengklaim telah melancarkan operasi terhadap Imarah Islam Mujahidin di distrik Dayak provinsi Ghazni selatan selama dua hari terakhir.

Menurut laporan Al-Emarah News hari Kamis (26/03/2015) , pasukan musuh gabungan, termasuk ANA, ANP dan milisi Arbaki, yang bermoral rendah, dengan penuh semangat melakukan serangan balasan terhadap warga sipil.

Puluhan pasukan musuh gabungan tewas dan terluka dengan tiga tank lapis baja mereka juga hancur ketika Mujahidin lokal berjuang menghantam musuh dan mengusir mereka keluar dari daerah tersebut.

Kemudian, pejuang Mujahidin dari daerah yang berbeda merespon secara kolaboratif, menghancurkan pasukan musuh gabungan, yang menargetkan warga sipil sebagai balasan.
 
Musuh membombardir beberapa daerah perumahan dengan mortir, artileri dan senjata berat.
 
Sejumlah besar warga sipil, kebanyakan anak-anak dan perempuan tewas dan terluka akibat serangan senjata berat musuh. Tapi yang lebih buruk lagi adalah ketika musuh menyalahkan Mujahidin.

Musuh mengeluarkan laporan palsu yang mengklaim telah membunuh 13 Mujahidin dan melukai 8 lainnya, sedangkan menurut laporan Al-Emarah News, hanya tiga Mujahidin yang menderita luka-luka sejauh ini.

Dalam sebuah laporan dari daerah, di malam hari kemarin musuh memaksa masuk ke dalam sebuah rumah dan dengan darah dingin membunuh seorang pria berusia 70-tahun yang dianggap Mujahidin oleh musuh.

 

Deddy | Shahamat | Jurniscom

Jaisyus al Fath Berhasil Duduki 17 Pos Pertahanan di Sekitar Idlib

IDLIB (Jurnalislam.com) – Jaisyus al Fath termasuk Jabhah Nusrah berhasil menduduki 17 pos pertahanan di sekitar Idlib dalam serangan untuk merebut kota itu dari tentara rezim Assad dan milisi sekutu Assad, kelompok monitoring melaporkan, Kamis (26/03/2015).

Idlib, yang terletak dekat dengan jalan raya strategis utama yang menghubungkan Damaskus dengan Aleppo, adalah ibu kota dari provinsi Idlib, di barat laut. Tentara rezim Assad mengontrol kota berpenduduk sedikitnya 100.000 orang itu, sedangkan para mujahidin telah menguasai  dan mengepungnya.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang melacak kekerasan dari Inggris, mengatakan bahwa Jabhah Nusra, Ahrar al-Sham dan juga Jund al-Aqsa bergerak maju dan menguasai total 17 pos militer serta mengepung di wilayah pinggiran kota Idlib.

Dikatakan 11 tentara rezim Assad dan milisi sekutu Assad tewas pada hari Rabu dan bentrokan berlanjut hingga Kamis .

Bersatunya faksi Jihad  Islam itu disebut operasi  Jaisyus al Fath  (Tentara Pembebasan), mengacu ke penaklukan pada abad ketujuh oleh kaum Muslimin yang menyebarkan agama Islam melalui Timur Tengah.

 

Deddy | World Bulletin | Jurniscom

Pemimpin PEGIDA Kanada : “Islam Harus Bereformasi atau Pergi”

MONTREAL (Jurnalislam.com) – Islam harus berubah atau pergi. Itulah pesan salah satu pemimpin yang membawa gerakan Eropa kontroversial, PEGIDA, ke Kanada. PEGIDA menyatukan politik konservatif, aktivis anti-imigrasi dan neo-Nazi dengan tujuan mengalahkan gelombang pasang fundamentalisme Islam.

Jean-François Asgard adalah salah satu dari lima orang yang meluncurkan PEGIDA Québec, cabang terbaru awal tahun ini.

PEGIDA adalah singkatan dalam bahasa Jerman untuk Patriotik Eropa Menentang Islamisasi Barat) didirikan oleh seorang desainer grafis yang dihukum karena menjadi pencuri – yang merencanakan protes terhadap pembukaan 14 pusat pengungsi di kotanya. PEGIDA meningkat pesat, mengumpulkan lebih dari 20.000 orang pada puncaknya sehingga membuat Kanselir Jerman Angela Merkel mengeluarkan peringatan dan pembatalan. PEGIDA merupakan gerakan anti-Islam global yang diciptakan musim gugur lalu di kota Jerman, Dresden.

Tidak ada yang berbuat banyak untuk menghentikan pertumbuhan global PEGIDA dan sekarang mereka memiliki cabang di seluruh Eropa, juga di Australia, Inggris dan Amerika Serikat. Ada juga kelompok PEGIDA Kanada nasional serta sebuah cabang di British Columbia.

"Ketidakcocokan Islam dengan barat sangat mencolok dan itulah alasan yang diangkat PEGIDA dan patriot Barat. Gerakan ini bukan hanya untuk melawan Islam, tetapi untuk mengatakan bahwa jika Islam tidak mereformasi diri, Islam harus keluar dari barat," Asgard, 33 tahun, mengatakan kepada the Star di wawancara pertama kelompok mereka menjelang pawai kontroversial yang direncanakan akhir pekan ini.

Meskipun kelompok ini masih baru, namun telah dikecam di House of Commons di Ottawa dan dikutuk oleh anggota majelis nasional Quebec karena mempromosikan kebencian dan ketakutan pada saat yang memang sudah sensitif bagi umat Islam di Quebec.

"Tindakannya secara langsung menargetkan komunitas Muslim. Di antara pendukungnya, kita menemukan fundamentalis Kristen dan penganut (Front Nasional Kanada), sebuah gerakan yang jelas menentang imigrasi dan secara galak sangat anti-Islam," tulis co-leader Québec Solidaire, Françoise David dalam sebuah surat yang diterbitkan di Montreal Le Devoir.

Demo yang digembar-gemborkan PEGIDA sebagai grand opening Amerika Utara, akan dimulai di tepi luar "Petit Maghreb," Montreal.  Petit Maghreb merupakan rumah bagi sejumlah bisnis dan penduduk Afrika Utara, yang sebagian besar Muslim. Dari sana, Asgard mengatakan, mereka akan menuju ke selatan dan berencana berhenti di luar pusat Islam pimpinan Adil Charkaoui, seorang pria yang sebelumnya dituduh sebagai agen Al Qaeda.

Charkaoui berada dalam pengawasan setelah terungkap bahwa sebanyak tujuh pemuda Quebecers yang baru-baru ini meninggalkan negara itu untuk bergabung dengan Negara Islam, ternyata pernah menghadiri kursus dogma Islam dan bahasa Arab yang ia kelola.

"Kami bermaksud untuk berhenti di sana (di masjid Charkaoui) dan, dengan pengeras suara, kami akan mengirim pesan," kata Asgard, menambahkan bahwa polisi telah memberikan izin bagi kelompok mereka untuk pawai.

Sejumlah kelompok lain, termasuk sebuah kelompok yang menggambarkan dirinya sebagai anti-fasis, merencanakan demonstrasi tandingan.

Awal pekan ini, mantan Blok Québécois MP, Maria Mourani, yang sekarang merupakan Independen dan berniat untuk mewakili NDP dalam pemilihan federal berikutnya, meminta Perdana Menteri Stephen Harper untuk mengirim pesan yang akan secara "tegas mendesak rakyat Quebec untuk tidak mengambil bagian dalam hal ini."

"Meskipun orang bebas mengambil bagian dalam demonstrasi, kami mendorong mereka untuk mematuhi aturan demokrasi," jawab Menteri Keamanan Publik, Steven Blaney.

Dalam pertukaran Facebook dengan the Star, seorang administrator PEGIDA Quebec lainnya menjelaskan bahwa kelompok mereka merupakan reaksi terhadap serangan teror back-to-back Oktober lalu di Ottawa dan di St-Jean-sur-Richelieu, Que., serta wujud protes akibat kegagalan pemerintah provinsi untuk menindak fundamentalis Muslim di Quebec.

"Ini semua akibat terjadinya peristiwa-peristiwa serta karena (Premier Philippe) Couillard bertindak melindungi dan membimbing kaum fundamentalis bukannya melindungi kita, jadi sekarang kita harus melakukan pekerjaannya," kata administrator tersebut di halaman Facebook, yang menolak untuk memberikan identitasnya . Tak satu pun dari penyelenggara lain bisa dihubungi untuk memberikan komentar.

Asgard mengatakan bahwa sekelompok lima orang datang bersama-sama pada bulan Januari untuk memulai PEGIDA Quebec. Sebagian besar dari para pemimpin kelompok itu sebelumnya merupakan administrator halaman Facebook lainnya yang sangat kritis terhadap agama Islam.

Asgard mengatakan telah ada lebih dari 100.000 kunjungan ke halaman Facebook kelompok merka dan terdapat 300 hingga 400 orang yang menunjukkan minat menghadiri pawai Sabtu. Dia mengatakan akan senang bahkan jika hanya 100 orang yang muncul.

Sejauh ini, kelompok tampaknya telah mengumpulkan beberapa lusin orang mulai dari pendukung sovereigntist yang telah memperlihatkan kesetiaan mereka kepada Parti Québécois, juga penggemar band punk skinhead, serta orang lain yang profil media sosialnya mengacu pada Tentara Salib Katolik Roma dari Abad Pertengahan .

 

Deddy |Testar | Jurniscom

Arab Saudi dan Sekutu Arab Akhirnya Bombardir Posisi Houthi di Yaman, Tiga Komandan Houthi Tewas

YAMAN (Jurnalislam.com) – Arab Saudi dan koalisi sekutu Arab telah melancarkan operasi militer di Yaman terhadap pemberontak Houthi, yang menggulingkan presiden Yaman yang didukung AS bulan lalu.

Adel al-Jubair, duta besar Arab Saudi untuk AS, mengatakan pada Rabu (25/3/2015) bahwa koalisi yang terdiri dari 10 negara, termasuk Gulf Cooperation Council (GCC), memulai serangan udara pada pukur 19:00 waktu Timur.

"Operasi ini untuk membela dan mendukung pemerintah Yaman yang sah dan mencegah gerakan pemberontak Houthi radikal mengambil alih negara," kata Jubair kepada wartawan di Washington.

Sedikitnya 17 warga sipil tewas di Sanaa selama serangan semalam, sumber pertahanan sipil mengatakan kepada kantor berita AFP.

Berbicara kepada Al Jazeera dari Sanaa, juru bicara pemberontak Houthi, Mohammed Al Bukhaiti menyebut aksi militer tersebut merupakan deklarasi perang terhadap Yaman, dan menambahkan bahwa laporan yang mengatakan pemimpin Houthi Mohamed Ali Al Houthi telah terluka adalah palsu.

Media pemerintah Iran mengatakan pada hari Kamis hari ini (26/03/2015) bahwa operasi militer adalah "agresi yang didukung AS."

Iran membantah memberikan bantuan uang dan pelatihan untuk milisi Syiah Houthi di Yaman seperti yang diklaim oleh beberapa pejabat Barat dan Yaman.


Mengutip sumber militer Saudi, channel TV milik Saudi, Al Arabiya melaporkan bahwa 100 pesawat tempur Saudi terlibat dalam operasi yang dinamakan “Badai Tegas” itu. Uni Emirat Arab dikatakan berpartisipasi dengan 30 jet, Bahrain mengirim delapan jet, Maroko dan Yordania masing-masing mendukung dengan enam jet. Sudan dilaporkan juga menawarkan tiga pesawat perang untuk membantu operasi.

Jordan mengkonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa mereka berpartisipasi dalam serangan. Seorang pejabat Mesir mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Mesir juga akan ambil bagian. Arab Saudi mengatakan bahwa empat negara Muslim termasuk Pakistan ingin berpartisipasi dalam koalisi militer yang dipimpin Saudi itu.

"Ada koordinasi yang sedang berlangsung saat ini antara Arab Saudi dan negara-negara persaudaraan Teluk tentang persiapan untuk berpartisipasi dengan pasukan udara Mesir dan pasukan angkatan laut juga pasukan darat jika diperlukan," kata kantor berita negara Mesir melaporkan.

Arab Saudi dan empat negara Teluk lainnya, termasuk Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab, sebelumnya mengumumkan keputusan untuk "menjawab panggilan dari Presiden Hadi untuk melindungi Yaman dan rakyatnya dari agresi milisi Houthi."

Sumber-sumber militer mengatakan posisi pemberontak Houthi dipukul di berbagai lokasi di Sanaa, termasuk di pangkalan udara al-Daylami dan bandara internasional yang letaknya berdekatan di utara Sanaa, serta kompleks presiden yang diduduki oleh pemberontak pada bulan Januari.

Ledakan besar terdengar di Sanaa saat serangan menghantam pangkalan udara di bandara Sanaa dan lokasi lain di ibukota, seorang koresponden AFP melaporkan.

Di selatan, penduduk melaporkan mendengar ledakan besar di pangkalan udara utama Al-Anad, di utara Aden, yang dikuasai oleh pasukan anti-pemerintah pada Rabu (25/03/2015).

Tiga komandan militer Houthi, Abdel Khaleq Badereddine Al-Houthi, Yousef Al-Madani dan Yousef Al-fishi dilaporkan tewas dalam serangan.

Houthi mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan kepada wartawan bahwa jet Saudi menghantam pangkalan militer di Sanaa, yang dikenal sebagai al-Duleimi. Mereka membalas dengan menembakkan rudal anti-pesawat.

Hakim Al Masmari, editor Yaman Pos, mengatakan bahwa "orang-orang sangat ketakutan."

"[Pemboman] Ini tidak hanya terjadi di lokasi tertentu di Sanaa, melainkan menimpa seluruh ibukota," katanya.

Secara terpisah, sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Riyadh atas nama Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab – yaitu negara-negara GCC tanpa Negara tetangga Yaman, Oman – mengatakan mereka telah menerima permohonan bantuan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Al-Jubair mengatakan bahwa untuk saat ini tindakan mereka terbatas hanya melalui serangan udara, tetapi aset militer lainnya sedang dimobilisasi dan koalisi "akan melakukan apa pun."

Duta besar mengatakan ia tidak akan menjelaskan secara detail tentang dukungan yang diberikan oleh sekutu Arab Saudi, tetapi menambahkan "kami berkonsultasi sangat erat dengan banyak sekutu kami dan khususnya dengan Amerika Serikat."

"Sementara pasukan AS tidak mengambil tindakan militer langsung di Yaman untuk mendukung upaya ini, kita membangun Jaringan Perencanaan Bersama dengan Arab Saudi untuk mengkoordinasikan dukungan militer AS dan intelijen."

Duta besar Saudi mengatakan bahwa Houthi mengendalikan balistik dan persenjataan berat, dan bisa mengendalikan angkatan udara negara itu.

Perperangan  di Yaman tumbuh sejak pemberontak Syiah Houthi mengambilalih kekuasaan di ibukota Yaman bulan lalu.

Pemberontak Houthi bergerak maju ke kota pelabuhan selatan Aden, di mana Hadi bermarkas setelah melarikan diri dari tahanan rumah di Sanaa.

Mereka mengendalikan sebagian besar wilayah utara, termasuk Sanaa, dan beberapa provinsi selatan. Dalam beberapa hari terakhir, mereka mengambil kota terbesar ketiga, Taiz, serta banyak kota lainnya di provinsi Lahij, semuanya di utara Aden.

Dalam pertempuran di Lahij, mereka menangkap menteri pertahanan Hadi, Mayor Jenderal Mahmoud al-Subaihi, dan kemudian menyapu ke dekat pangkalan al-Annad, yang telah ditinggalkan militer AS.

Perselisihan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Yaman bisa terkoyak oleh perang proxy antara Syiah Iran, yang dituduh mendukung para pemberontak Houthi – dan Sunni pimpinan Arab Saudi, yang mendukung Hadi.

Koresponden Al Jazeera, Omar al-Saleh, melaporkan dari Doha, mengatakan Iran telah memperluas pengaruhnya di wilayah itu sejak perang Irak terbaru.

"Mereka akan menggunakan pengaruh mereka sebagai cara untuk mendapat perhatian AS lebih serius… saya pikir Teluk diambil melalui kejutan. Mereka terganggu oleh peristiwa di Mesir dan Ikhwanul Muslimin."

Riad Kahwaji, analis politik yang berbasis di Dubai, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa "Houthi salah memahami sinyal dari GCC dan terus mengambil lebih banyak wilayah."

"Saudi memiliki tiga kekuatan regional di pihak mereka. Ini hanya awal dari sebuah operasi militer gabungan. Saya berharap invasi darat datang dalam beberapa hari ke depan," tambah Kahwaji.

"Mereka juga akan mencoba untuk memblokir setiap senjata yang datang dari Iran. … Orang-orang akhirnya akan melihat bahwa raksasa Arab (Saudi Arabia) akhirnya terbangun."

 

Deddy | Aljazeera | AFP | Jurniscom