Tidak Akan Menyerah, Saraya Al-Quds Siap Hadapi Pertempuran Berkepanjangan dengan Israel

GAZA (jurnalislam.com)- Abu Hamzah, juru bicara Saraya Al Quds, sayap militer dari Palestinian Islamic Jihad (PIJ), mengeluarkan pernyataan pada Rabu (13/12/2023), menegaskan tekad kuat kelompok perlawanan dalam menghadapi pertempuran berkepanjangan dengan zionis Israel di Gaza.

“Kami tidak akan menyerah, dan bendera putih tidak akan berkibar, tidak peduli berapa lama pertempuran ini berlangsung. Kami adalah rakyat daerah ini, dengan pertolongan dan kehendak Allah,” ungkap Abu Hamzah.

Abu Hamzah mengatakan tindakan Israel menyerang warga sipil dianggap sebagai tindakan pengecut,

“Mengebom warga sipil adalah perbuatan pengecut yang tidak berdaya ketika mereka menderita kekalahan di tangan orang-orang yang tetap teguh di negerinya,” katanya.

“Dalam pertempuran ini, kami hanya memiliki satu tekad, yaitu untuk menang,” tambah Abu Hamzah, menggambarkan keteguhan hati Brigade Saraya Al-Quds dalam menghadapi situasi tragis dan pengepungan.

Lebih lanjut, Abu Hamzah menyuarakan perlawanan terhadap pendudukan Zionis-Amerika dan pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa atas nama negara-negara berpenduduk satu miliar orang. Dengan tegas, Abu Hamzah mengajak negara-negara berpenduduk besar tersebut untuk bergandengan tangan dalam membayar rasa malu dan ketidakadilan yang dialami.

Pernyataan Abu Hamzah juga mencakup salam kepada kawan-kawan dan saudara-saudara di Mujahidin Perlawanan Islam di Lebanon dan Irak, menunjukkan solidaritas dalam perjuangan mereka melawan pendudukan.

Sumber: I’lam Saraya Al Quds

Reporter: Bahri

Respon Kekejaman Zionis, Roket Hamas Hantam Tel Aviv

TEL AVIV (jurnalislam.com)- Sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Brigade Al-Qassam, telah mengarahkan serangan rudal yang kuat ke Tel Aviv.

Dalam sebuah pernyataan, Brigade Al-Qassam mengatakan bahwa mereka menargetkan Tel Aviv dengan serangan rudal sebagai tanggapan atas pembantaian Zionis terhadap warga sipil Palestina.

Israel membenarkan adanya serangan itu, tentara pendudukan Israel melaporkan terjadi peluncuran jumlah besar roket ke arah Tel Aviv dan daerah dataran pantai. Sirene meraung-raung di seluruh Tel Aviv dan seluruh wilayah selatan, termasuk dataran pantai.

Belakangan, militer Israel menyatakan bahwa setidaknya satu rudal telah mendarat di sebuah jalan di kota Holon, selatan Tel Aviv. Mereka mengklaim tidak ada korban luka atau kerusakan akibat insiden tersebut.

Menurut media Ibrani diperkirakan setidaknya sepuluh roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Tel Aviv.

Dalam sebuah rekaman video yang beredar menunjukkan tingkat kerusakan di lokasi jatuhnya roket di sebuah jalan di kota Holon.

Sebagaimana diketahui, juru bicara Brigade Al Qassam, Abu Ubaidah sebelumnya pernah mengeluarkan pernyataan terpisah bahwa mengebom Tel Aviv, Dimona, Yerussalem, dan daerah sekitarnya itu lebih mudah dari minum air.

Sumber: watan

Reporter : Bahri

Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Harus Melalui Pemeriksaan Israel di Perbatasan Rafah

GAZA (jurnalislam.com)- Diplomat utama Uni Eropa, Josep Borrell, menilai warga sipil di Gaza menghadapi situasi bencana pada hari Senin (11/12/2023). Ia membuat perbandingan antara kehancuran wilayah tersebut dengan kehancuran Jerman selama Perang Dunia II.

Menurut badan kemanusiaan PBB OCHA, layanan kesehatan di Gaza telah hancur, hanya 14 dari 36 rumah sakit berfungsi sesuai kapasitasnya.

Pada hari Senin, rumah sakit Al-Aqsa di Gaza Tengah dibanjiri korban, dengan puluhan anak-anak yang berteriak kesakitan, menyusul serangan Israel di kamp pengungsi Al-Maghazi.

Persediaan bahan pokok telah habis dan kondisi sanitasi memburuk, wanita dan anak-anak perempuan di Rafah terpaksa menggunakan sisa-sisa kain untuk periode menstruasi mereka,

“Saya memotong pakaian anak saya atau kain apa pun yang saya temukan,” kata Hala Ataya, 25 tahun.

Di lingkungan Al-Rimal Kota Gaza, ribuan warga Palestina mendirikan kamp di markas besar badan PBB setelah rumah dan toko di dekatnya dihancurkan oleh serangan Israel.

Seorang koresponden AFP melaporkan baik universitas Islam maupun universitas Al-Azhar yang berdekatan telah hancur menjadi puing-puing, begitu pula kantor polisi.

“Tidak ada air. Tidak ada listrik, tidak ada roti, tidak ada susu untuk bayi, dan tidak ada popok,” kata Rami al-Dahduh, 23, seorang penjahit.

Organisasi-organisasi bantuan internasional telah berjuang untuk mendapatkan pasokan bagi warga Gaza yang putus asa akibat pemboman Israel dan hanya penyeberangan Rafah di Mesir yang dibuka.

Mereka menghadapi tekanan yang semakin besar dan terus berusaha membantu lebih banyak bagi warga sipil. Israel pada Senin mengumumkan bahwa mereka akan menyaring bantuan ke Gaza di dua pos pemeriksaan tambahan, yang akan memungkinkan lebih banyak bantuan memasuki wilayah yang dilanda bencana tersebut.

Tidak ada jalur penyeberangan baru yang akan dibuka, kata Israel, namun penyeberangan Nitzana dan Kerem Shalom akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan sebelum mengirim truk bantuan melalui Rafah.

Sumber: alarabiya

Reporter: Samsul

Serangan Udara Israel, 1,9 Juta Pengungsi di Gaza Terjebak Tanpa Tempat Aman

GAZA (jurnalislam.com)- Pada Selasa (12/12/2023), Israel masih terus melakukan pengeboman di Gaza, yang membuat para relawan kemanusiaan khawatir wilayah yang terkepung itu akan dilanda penyakit dan kelaparan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan tekanan diplomatik terhadap Israel untuk mendorong perlindungan terhadap warga sipil.

Pertempuran sengit pun terjadi pada hari Selasa, Hamas mengatakan bentrokan terjadi di Gaza tengah dan para saksi melaporkan serangan mematikan Israel terjadi di selatan wilayah tersebut.

Serangan pada hari Senin menargetkan kota utama di selatan Gaza, yaitu Khan Younis, yang kini menjadi pusat pertempuran. Pertempuran juga terjadi di Rafah, sebuah kota di perbatasan dengan Mesir, tempat puluhan ribu orang mengungsi mencari perlindungan.

“Hamas berada di ambang kehancuran, IDF telah mengambil alih benteng terakhirnya,” klaim Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Senin malam.

Perang yang dimulai sejak 7 Oktober itu telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan sedikitnya 18.200 orang warga sipil, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, sebagaimana laporan Kementerian Kesehatan Palestina.

Panglima militer Israel, Herzi Halevi, mengunjungi pusat Khan Younis pada hari Senin, di mana ia menyatakan bahwa pasukannya telah mengambil alih wilayah utara Jalur Gaza, pintu masuk di bagian selatan Jalur Gaza, dan juga jalur bawah tanah.

PBB memperkirakan 1,9 juta dari 2,4 juta penduduk wilayah tersebut telah menjadi pengungsi akibat serangan Israel, setengah dari mereka adalah anak-anak.

Pemboman besar-besaran di wilayah selatan Gaza oleh Israel menyebabkan pengungsi terdesak dan tidak dapat pergi ke mana pun. Padahal sebelumnya, pihak Israel yang menginstruksikan penduduk untuk mengungsi mencari keselamatan di wilayah tersebut.

Warga Kota Gaza, Umm Mohammed al-Jabri, telah kehilangan tujuh anaknya dalam serangan udara di Rafah setelah mereka melarikan diri dari Kota Gaza untuk mengungsi,

“Saya punya empat anak lagi,” kata Jabri, 56 tahun. “Tadi malam mereka mengebom rumah tempat kami berada dan menghancurkannya. Mereka mengatakan Rafah adalah tempat yang aman.” Namun menurutnya, “Tidak ada satupun tempat yang aman”.

Sumber: alarabiya

Reporter: Samsul

Tujuan Perang di Gaza Tidak Jelas, Tentara Israel Mulai Frustasi

PALESTINA (jurnalislam.com)- Ada rasa frustrasi yang semakin berkembang di kalangan komandan angkatan bersenjata Israel terhadap Benjamin Netanyahu. Hal ini disebabkan oleh kegagalan perdana menteri Israel tersebut dalam menentukan tujuan perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, seperti yang diungkapkan dalam analisis di media Haaretz pada Jum’at (08/12/2023).

Artikel yang dimuat oleh Haaretz menyebutkan bahwa Herzi Halevi, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, menuntut agar kabinet darurat Netanyahu menetapkan dengan jelas tujuan perang di Gaza sebelum melakukan invasi darat. Namun, pada saat itu, Halevi tidak mendapatkan tanggapan.

Meski pasukan Israel sudah lebih dari sebulan melakukan invasi darat, Halevi masih menunggu agar tujuan perang tersebut ditetapkan dengan jelas. Artikel yang ditulis oleh analis militer dan pertahanan surat kabar Amos Harel ini menyiratkan bahwa kurangnya tujuan perang disebabkan oleh fokus Netanyahu yang hanya pada upaya mengamankan masa depan politiknya dan persiapan untuk pemilihan yang akan datang.

Netanyahu, sebagai pemimpin pemerintahan sayap kanan Israel, kini menghadapi oposisi yang kuat dan dukungan publik yang merosot. Netanyahu juga menjadi tersangka dalam sidang kasus suap yang sedang berlangsung.

Harel mengklaim bahwa yang mencolok sepanjang perang Israel di Gaza, bahkan sebelum dimulai, adalah ketakutan Netanyahu dan para pemimpin lainnya untuk mengambil keputusan.

“Seringkali terlihat bahwa perdana menteri lebih suka membiarkan militer memutuskan untuknya, sehingga dia bisa menyalahkan Staf Jenderal atas kegagalan yang terjadi,” tulis Harel.

Harel juga menuduh Netanyahu melakukan pencitraan “kelemahan dan populisme di mana Netanyahu lebih memilih pendekatan menunggu dan lihat. Lebih banyak waktu dihabiskan untuk kampanye politik dengan memperhatikan pemilu berikutnya, termasuk pemotretan bersama perwira dan prajurit.”

Menanggapi laporan Haaretz tentang kegagalan pemerintah dalam menentukan tujuan yang jelas untuk perang di Gaza, penulis Israel, Dan Adin, menulis di sosial media X bahwa “militer terus maju dan membayar mahal tanpa pemerintah menentukan tujuan militer atau politik yang jelas.”

Berita ini datang seiring dengan laporan lain yang menyatakan bahwa tentara Israel telah mengalami lebih dari 5.000 cedera, dengan rata-rata 60 cedera per hari, dan 2.000 di antaranya divonis cacat.

Meskipun tanpa tujuan yang konkret, perang Israel di Gaza telah menyebabkan kematian dan kehancuran massal, dengan 1,9 juta warga Palestina diungsikan dan lebih dari 17.000 warga sipil termasuk wanita dan anak-anak terbunuh.

Sumber: The New Arab

Reporter: Bahri

Murid-Murid Kelas 1 SD Islam Terpadu Nur Hidayah Solo Ekspresikan Kreativitasnya Melalui Hasta Karya

SURAKARTA (jurnalislam.com)- Murid-murid kelas 1 SD Islam Terpadu Nur Hidayah Surakarta mengekspresikan kreativitasnya dengan membuat hasta karya pada Senin, (11/12/2023).

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Penguatan Karakter dan Class Meeting pasca Penilaian Sumatif Akhir Semester I (PSAS I).

Murid-murid membuat hasta karya dari bahan alami secara berkelompok. Setiap kelompok, yang terdiri dari 3 sampai 4 murid. Dengan semangat bekerja sama dalam kelompok, mereka menciptakan karya seni yang memikat.

Koordinator Guru Kelas 1 Paralel, Eni Hestuti, S.S, S.Pd menyampaikan bahwa
Kegiatan berkelompok ini bukan hanya sekadar eksplorasi seni, tetapi juga sejalan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.

“Melatih murid-murid berpikir dan bertindak kreatif. Memupuk jiwa gotong royong dengan bekerja secara berkelompok. Memberikan keleluasaan kepada murid-murid untuk memilih sesuai minat belajar mereka,” terang Eni.

“Pembelajaran berkelompok menjadi sarana efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berkolaborasi murid-murid. Mereka belajar untuk bekerja bersama, berbagi ide, dan menghargai kontribusi setiap anggota kelompok,” sambung Eni.

Murid-murid dengan antusias mengerjakan hasta karya mereka. Menciptakan beragam bentuk dan pola dari bahan alami seperti daun, batang tanaman, dan stik es krim. Kreativitas ini tidak hanya mencerminkan kepiawaian mereka dalam seni, tetapi juga kemampuan beradaptasi dan problem-solving yang diperoleh melalui pembelajaran berbasis proyek.

Ridho Kifah Baladi (7th), salah satu siswa kelas 1 mengungkapkan rasa senangnya dengan kegiatan belajar kelompok membuat hasta karya.

“Aku senang, belajarnya bareng dengan teman-teman dan ternyata daun pun bisa dibuat hiasan dan menjadi bagus,” ujar Ridho.

Kepala Sekolah SDIT Nur Hidayah Surakarta, Rahmat Hariyadi, S. Pd, menekankan pentingnya penerapan Kurikulum Merdeka sebagai meningkatkan kualitas pembelajaran.

“Melalui Kurikulum Merdeka, kita menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, mendukung, dan sesuai dengan kebutuhan murid. Pembelajaran berbasis proyek, seperti kegiatan hasta karya ini, merupakan langkah nyata menuju pendidikan yang lebih adaptif dan relevan,” terang Rahmat.

Juru Bicara Brigade Al-Qassam Ungkap Kegagalan Israel di Gaza

GAZA (jurnalislam.com)– Dalam pernyataan terbarunya yang disiarkan oleh Al Jazeera pada Ahad malam (10/12/2023), Juru Bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah, mengecam agresi biadab zionis Israel terhadap rakyat Gaza. Ia mengungkapkan bahwa pasukan Al-Qassam mampu menghadapi musuh dengan berhasil selama sepuluh hari terakhir agresi.

“Musuh Zionazi melanjutkan agresi biadabnya terhadap rakyat kami, dengan sasaran balas dendam buta terhadap warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak,” katanya.

Abu Ubaidah juga menyatakan bahwa lebih dari 180 kendaraan militer musuh berhasil dihancurkan,

“Kami mampu menghancurkan seluruh atau sebagian lebih dari 180 kendaraan militer selama sepuluh hari terakhir. Mujahidin kami menyerang kendaraan Zionis dengan peluru Al-Yassin 105, peluru Tandom, dan peledak besar,” terangnya.

Lebih lanjut, Abu Ubaidah menyatakan bahwa musuh telah gagal di utara dan selatan Jalur Gaza, dan prediksinya adalah bahwa kegagalan musuh akan semakin kompleks seiring berlanjutnya agresi.

“Operasi kami berhasil menyebabkan banyak kematian di antara barisan musuh dan sebagian besar mujahidin kami kembali dengan selamat.” terangnya.

“Kami membunuh sejumlah besar tentara Israel dengan cara tertentu.” imbuhnya.

Mengenai tawanan musuh, Abu Ubaidah menegaskan bahwa tidak akan ada pembebasan tanpa pertukaran,

“Gencatan senjata sementara membuktikan kredibilitas kami dan tidak ada tawanan musuh yang keluar dan tidak akan keluar kecuali dengan syarat kami.” tegasnya.

“Tidak ada satupun sandera atau tawanan musuh yang akan dibebaskan kecuali melalui pertukaran bersyarat sebagaimana yang kami umumkan sejak awal pertempuran,” sambung Abu Ubaidah.

Perlawanan terus menerus dilancarkan oleh Al-Qassam, termasuk serangan terakhir di Yerusalem dan seluruh Tepi Barat, menunjukkan ketegasan mereka dalam melawan musuh.

Abu Ubaidah menutup pernyataannya dengan menyampaikan bahwa mujahidin Al-Qassam dalam kondisi baik, barisan mereka kuat, dan berjanji serangan mendatang akan lebih besar, menunjukkan tekad mereka untuk terus melawan musuh Zionis.

Sumber: Al Jazeera Mubasher

Reporter: Bahri

Biro Perjalanan Asing Ini Masuk Pantauan PBB Karena Terkait Israel

JAKARTA (jurnalislam.com)- Salah satu platform layanan reservasi properti hotel atau resor online, Agoda.com membuat heboh media sosial karena diduga terafiliasi Israel. Hal ini diketahui setelah profil para petingginya mulai dari CEO hingga direksi lainnya merupakan jebolan Israel dan bahkan diduga mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pertahanan Israel.

Tabir ini diungkap oleh seorang Travel Influencer bernama Alfiah Nurul Hikmawaty. Lewat video yang diunggah, sang Travel Influencer itu menyatakan kekecewaannya atas perusahaan yang berbasis operasional di Bangkok, Singapura, dan Filipina itu.

“Aku sempet pakai Agoda untuk keperluan kegiatanku. Namun belakangan ini aku kecewa karena menemukan fakta di Medsos bahwa para petinggi Agoda itu lulusan dari Universitas di Israel guys dan mereka mendapatkan bea siswa dari Menteri Pertahanan disana,” tulisnya dengan Akun @avy_vie di Instagram.

Sang Travel Influencer itu menambahkan bahwa para pendiri Agoda yang kedapatan terafiliasi dengan Israel kemudian berusaha mengubah identitas mereka.

“Kalian bisa lihat di layar belakang aku ini buktinya guys. Minggu lalu para bos-bos ini masih tertulis dapat beasiswa terus sekarang diubah dong, apa maksudnya coba. Sumpah sih kecewa banget. Kok bisa ya keadaan lagi gak kondusif kaya sekarang ini ada aja temuan yang bikin Aku sebagai Travel Influencer kecewa banget. Aplikasi yang sebelumnya bisa diandalkan untuk kehidupan sehari-hari terpengaruh oleh kekejaman zionis dan menyebabkan Aku kecewa dan Aku yakin kalian semua akan kehilangan kepercayaan,” tandasnya.

Ungkapan kekecewaan terhadap aplikasi Agoda juga diutarakan warganet di aplikasi TikTok. Disebutkan beberapa pendiri Agoda yang menempuh pendidikan dan mendapatkan beasiswa dari Menteri Pertahanan Israel antara lain seperti, Omri Morgenshtern, Idan Zalzberg, Ittai Chorev dan Eliana Carmel.

Omri Morgenshtern ditunjuk sebagai Chief Executive Officer Agoda, bagian dari Booking Holdings (Nasdaq: BKNG) pada bulan Juli 2022. Omri menerima gelar MS Magna Cum Laude di bidang Fisika dari Tel Aviv University dan BS Cum Laude di bidang Fisika, Ilmu Komputer dan Matematika dari The Hebrew University Israel.

Idan Zalzberg adalah Chief Technology Officer Agoda. Dalam jabatannya sebelumnya sebagai Chief Data Officer, Idan berperan penting dalam mengelola dan merancang solusi data dan keamanan agoda. Idan merupakan jebolan bidang Fisika dari Universitas Tel Aviv dan BS Fisika dan Matematika dari The Hebrew University Israel.

Ittai Chorev adalah Chief Product Officer di Agoda dan mengepalai pengembangan produk yang mengawasi pembuatan produk yang dapat digunakan oleh konsumen, alat pemasaran, solusi fintech, dan produk yang dapat digunakan oleh pemasok di seluruh kategori produk. Ittai memegang gelar M.Sc. di bidang Matematika, Magna cum laude, dari Universitas Ibrani Yerusalem, Israel.

Eliana Carmel memimpin tim Sumber Daya Manusia agoda, mengawasi fungsi dan inisiatif Sumber Daya Manusia berbasis data di agoda. Dia meraih gelar Magister Hukum, Hukum Keuangan dan Administrasi Bisnis dari Universitas Bar-Ilan dan gelar BA Ganda di bidang Ekonomi & Bisnis dari Universitas Ibrani Yerusalem, Israel.

Situs resmi Agoda juga menyebut profil para pucuk pimpinan Agoda memang lulusan universitas di Israel. Sedangkan status mendapatkan beasiswa dari Israel Defense Force belakangan dihapus.

Kaitan Israel dengan Agoda sebenarnya tidak mengejutkan, karena sebelumnya Booking.com (holding atau induk Agoda) sudah lama diboikot di beberapa negara karena mempromosikan liburan ke Israel, seperti dilansir Al-Jazeera. Promosi ini dinilai mendukung penjajahan dan zionisme yang tengah dilakukan atas rakyat Palestina.

Hal ini terungkap adalam laporan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa pada 2020 yang merilis daftar 112 perusahaan ini melakukan sejumlah aktivitas yang mendukung Israel menduduki wilayah Palestina. Salah satunya adalah perusahaan asal Belanda Booking.com yang merupakan induk dari Agoda.com, dan juga AirBnB.

Apalagi, terkait produk-produk yang diduga mendukung Israel, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa yang tegas yang mengharamkan dukungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap Israel. Hal ini sebagai salah satu bentuk dukungan kepada rakyat Palestina di Gaza yang tengah mengalami penderitaan luar biasa atas serangan Israel.

Sementara itu di Indonesia, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah merilis Fatwa Terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Fatwa ini merekomendasikan agar umat Islam menghindari penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel.

Ketua MUI Bidang Fatwa Prof Asrorun Niam Sholeh menegaskan bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Israel dan produk yang mendukung Israel hukumnya haram.

“Mendukung pihak yang diketahui mendukung agresi Israel, baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel hukumnya haram,” tegas Prof Niam.

Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Cholil Nafis memberikan penjelasan terkait fatwa MUI tersebut. Menurutnya, fatwa tersebut bertujuan untuk menghentikan penyerangan Israel terhadap Palestina.

“Kita berharap penyerangan Israel kepada Palestina segera dihentikan, dengan cara kita tidak menyumbang amunisi kepada Israel dan kita tidak menolong Israel untuk kedzaliman,” ujar KH. Cholil Nafis, Jumat (8/12/2023).

Jelang Masa Liburan Nataru, Waspada Biro Perjalanan Asing Pendukung ‘Israel’

JAKARTA (jurnalislam.com)– Bulan Desember adalah momentum yang digunakan banyak orang untuk melakukan perjalanan liburan seiring dengan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Namun, masyarakat perlu berhati-hati memilih layanan, karena ada biro perjalanan yang selama ini sudah dikenal masyarakat terafiliasi dengan Israel.

Perlu diketahui, Kantor Hak Asasi Manusia PBB (United Nations Human Rights) pada 2020 telah merilis daftar 112 perusahaan yang menikmati bisnis di tengah penderitaan Palestina yang diduduki Israel. Perusahaan-perusahaan tersebut berkisar dari perusahaan multinasional General Mills hingga jaringan toko roti.

Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa mengatakan pihaknya memiliki alasan yang masuk akal untuk merilis laporan tersebut, yakni karena 112 perusahaan ini melakukan sejumlah aktivitas yang mendukung Israel menduduki wilayah Palestina. Salah satunya adalah perusahaan asal Belanda Booking.com yang merupakan induk dari Agoda.com, dan juga AirBnB.

Bahkan, Agoda.com (anak grup Booking.com) secara jelas menyebutkan di situsnya bahwa para pimpinan perusahaannya merupakan jebolan dari Israel. Hal ini sempat menghebohkan media sosial, salah satunya seperti yang diungkapkan Travel Influencer bernama Alfiah Nurul Hikmawaty.

Lewat video yang diunggah, sang Travel Influencer itu menyatakan kekecewaannya atas perusahaan yang berbasis operasional di Bangkok, Singapura, dan Filipina itu.

“Aku sempet pakai Agoda untuk keperluan kegiatanku. Namun belakangan ini aku kecewa karena menemukan fakta di Medsos bahwa para petinggi Agoda itu lulusan dari Universitas di Israel guys dan mereka mendapatkan bea siswa dari Menteri Pertahanan disana,” tulisnya dengan Akun @avy_vie di Instagram.

Berdasarkan penelusuran situs resmi Agoda menyebutkan bahwa para pucuk pimpinan Agoda memang lulusan universitas di Israel. Mereka adalah Omri Morgenshtern (CEO Agoda), Idan Zalzberg (CTO Agoda), Ittai Chorev (CPO – Chief Product Officer Agoda) dan Eliana Carmel (Chief People Officer – CPO Agoda).

Di Indonesia sendiri, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah merilis Fatwa Terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Fatwa ini merekomendasikan agar umat Islam menghindari penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel.

Ketua MUI Bidang Fatwa Prof Asrorun Niam Sholeh menegaskan bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Israel dan mendukung produk yang dukung Israel hukumnya haram.

“Mendukung pihak yang diketahui mendukung agresi Israel, baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel hukumnya haram,” tegas Prof Niam.

Sementara itu Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Cholil Nafis memberikan penjelasan terkait fatwa MUI tersebut. Menurutnya, fatwa tersebut bertujuan untuk menghentikan penyerangan Israel terhadap Palestina.

“Kita berharap penyerangan Israel kepada Palestina segera dihentikan, dengan cara kita tidak menyumbang amunisi kepada Israel dan kita tidak menolong Israel untuk kedzaliman,” ujar KH. Cholil Nafis, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jumat (8/12) lalu.

Ia mengimbau agar masyarakat Indonesia segera menghukum dengan cara memboikotnya. Sebisa mungkin kita menghindari produk-produk Israel.

“Kalau produk seperti obat-obatan yang tidak bisa dihindar, ya apa boleh buat namanya juga darurat.” tegas KH. Cholil Nafis.

KH. Cholil Nafis juga memberikan penjelasan polemik yang sempat meramaikan media sosial. Informasi yang beredar, ternyata berbagai produk yang diduga mendukung agresi Israel merupakan produk yang sering dikonsumsi dan digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Menurut KH Cholil Nafis, yang juga menjadi staf pengajar Ekonomi dan Keuangan Syariah di Pascasarjana Universitas Indonesia tersebut, salah satu kekuatan Israel terletak dalam ekonomi. Harapannya dengan tidak menggunakan produk Israel masyarakat Indonesia bisa menekan perekonomian Israel.

“Tidak membantu kedzaliman Israel untuk menyerang Palestina karena di antara kekuatannya adalah ekonomi dan berbagai lisensi yang dijual,” ujarnya.

Amnesty Internasional Temukan Bukti Israel Gunakan Senjata Buatan AS Untuk Genosida Rakyat Palestina

GAZA (jurnalislam.com)- Amnesty International telah menemukan bukti bahwa militer Israel menggunakan rudal kendali buatan AS dalam dua serangan udara di Gaza pada bulan Oktober lalu yang telah membunuh 43 warga sipil di rumah mereka.

Penemuan pecahan senjata di antara reruntuhan rumah terjadi selama penyelidikan, mengungkapkan bahwa AS telah mengirim pesanan rudal kendali ke Israel sejak 7 Oktober.

LSM Women for Weapons Trade Transparency (W2T2) yang berbasis di AS, telah meminta AS untuk segera menghentikan pengiriman rudal kendali ke Israel, dan Amnesty menyerukan agar serangan tersebut di investigasi sebagai kejahatan perang.

“Fakta bahwa penggunaan amunisi buatan AS oleh militer Israel dalam serangan yang mengakibatkan kematian warga sipil merupakan pelanggaran hukum, hal ini harus menjadi peringatan keras bagi pemerintahan Biden,” kata Agnes Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International.

Lillian Mauldin, anggota dewan pendiri W2T2 dan peneliti di Pusat Kebijakan Internasional, mengatakan anggota parlemen AS harus menekan Departemen Luar Negeri untuk lebih memahami amunisi mana yang telah dikirim dan di bawah otoritas apa.

“Bantuan ke Israel harus patuh terhadap ketentuan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang Bantuan Luar Negeri dan kepatuhan terhadap hukum humaniter internasional,” kata Mauldin.

“Seperti yang telah dikatakan oleh presiden dan menteri luar negeri dalam beberapa kesempatan, adalah sebuah tragedi jika ada warga sipil yang terbunuh,” kata juru bicara departemen luar negeri Amerika, Matthew Miller. Pihaknya juga sedang meninjau laporan Amnesty.

“Kami telah menjelaskan dalam diskusi kami dengan para pemimpin Israel bahwa kami sangat prihatin dengan hak perlindungan warga sipil dalam konflik ini. Kami berharap Israel hanya menargetkan sasaran yang sah dan mematuhi hukum konflik bersenjata,”

Bakir Abu Mu’eileq, seorang spesialis telinga, hidung dan tenggorokan, kehilangan istrinya, Islam, 34, dan empat anak mereka, Do’a, 16, Ghanem, 14, Mohamed, 12, dan Lama, 11.

Abu Mu’eileq mengatakan kepada Amnesty bahwa dia dan kerabatnya “fokus pada urusan keluarga dan pekerjaan, dan jauh dari urusan politik”.

“Kami adalah dokter dan ilmuwan, dan fokus kami adalah menjalani kehidupan yang baik dan membangun masa depan yang baik bagi anak-anak kami,” katanya. “Kami tidak mengerti mengapa rumah kami dibom.” sambungnya.

Menurut Amnesty, tanda-tanda khas pada pecahan yang ditemukan di kedua lokasi tersebut menunjukkan bahwa pecahan tersebut merupakan bagian dari kerangka yang terdapat pada badan bom Joint Direct Attack Munition (JDAM), sebuah peralatan yang dapat mengubah bom “jatuh bebas” menjadi rudal berpemandu presisi.

Pada potongan yang ditemukan, penyelidik menemukan kode yang menurut Amnesty terkait dengan pabrikan Boeing yang berbasis di AS.

“Kami akan terus berkonsultasi intens dengan mitra Israel kami mengenai pentingnya mempertimbangkan keselamatan warga sipil dalam melakukan operasi mereka,” kata Sekretaris Pers Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder.

Reporter: Samsul