Israel Bombardir Pengungsian dengan Bom Seberat Satu Ton

PALESTINA (jurnalislam.com)- Selama enam minggu pertama perang di Gaza, Israel terus menerus menggunakan salah satu bom terbesar dan paling merusak yang dipasok oleh AS di wilayah yang dianggap sebagai zona aman bagi warga sipil, menurut analisis bukti visual yang dilakukan oleh The New York Times yang dipublikasikan pada Jum’at (22/12).

Laporan tersebut menunjukkan pemboman Israel menggunakan bom berbobot sekitar satu ton di wilayah selatan Gaza, di tempat warga sipil mengungsi untuk menyelamatkan diri.

Banyak tentara Barat menggunakan bom sebesar ini, namun para ahli amunisi menegaskan bahwa pasukan AS tidak lagi menjatuhkannya di daerah padat penduduk, menurut kutipan surat kabar tersebut.

Surat kabar tersebut melaporkan bahwa mereka memprogram dengan alat kecerdasan buatan untuk memindai citra satelit di Gaza selatan untuk mencari kawah yang dihasilkan dari bom jenis ini. Para reporternya secara visual meninjau hasil pencarian secara langsung, mencari kawah setinggi 13 meter atau lebih.

Menurut para ahli amunisi, hanya bom seberat satu ton yang dapat menciptakan kawah sebesar ini di tanah berpasir dan ringan di Gaza.

Investigasi mengidentifikasi 208 kawah dalam citra satelit dan rekaman drone. Karena terbatasnya citra satelit dan perbedaan efek bom, banyak kejadian yang mungkin tidak terekam. Namun, temuan tersebut mengungkapkan bahwa bom seberat satu ton tersebut menimbulkan ancaman luas bagi warga sipil yang mencari tempat aman di Gaza selatan.

Surat kabar tersebut mengutip pernyataan juru bicara militer Israel, yang mengklaim bahwa prioritas Israel adalah menghancurkan Hamas dan “pertanyaan semacam ini akan dibahas pada tahap selanjutnya,” seraya menambahkan bahwa tentara Israel “mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi kerugian sipil.”

Para pejabat AS mengatakan Israel harus berusaha untuk meminimalisir jumlah warga sipil yang tewas dalam perang melawan Hamas.

Pentagon telah meningkatkan pengiriman senjatanya ke Israel, termasuk bom yang lebih kecil yang dianggap lebih cocok untuk digunakan di lingkungan padat penduduk dan perkotaan seperti Jalur Gaza. Meskipun demikian, sejak Oktober, AS telah memasok lebih dari 5.000 amunisi MK-84 kepada Israel – sejenis bom berbobot satu ton.

Sumber: middleeastmonitor

Reporter: Samsul

Mantan PM Israel : Tidak Mungkin Melenyapkan Hamas

PALESTINA (jurnalislam.com)- Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert berkomentar bahwa tujuan perang di Gaza untuk menghancurkan gerakan Hamas tidak akan tercapai, ia menekankan bahwa janji Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam hal ini adalah bentuk keangkuhan dan ia berperang untuk kepentingan pribadinya.

Pernyataan ini dimuat dalam sebuah artikel oleh Olmert di surat kabar Haaretz Israel pada hari Jumat (22/12).

Olmert menulis: “Gaza sedang terpuruk, ribuan warganya menderita dan mempertaruhkan nyawanya, ribuan pejuang Hamas dengan senang hati terbunuh, namun kehancuran Hamas tidak akan tercapai. Kalaupun Yahya Sinwar ditemukan sedang menikmati kehidupan singkatnya dalam persembunyian sampai dia, Mohammed Deif dan rekan-rekan mereka dalam kepemimpinan Hamas disingkirkan, Kalauoun Hamas akan menjadi kekuatan yang melemah, babak belur, dan berdarah-darah. Namun kelompok ini akan terus ada di pinggir Gaza.”

“Tapi ini adalah situasi yang sebenarnya, kita harus bersiap untuk perubahan arah. Saya tahu ini mungkin tidak populer. Dalam suasana hasutan, keberanian dan arogansi yang menjadi ciri perilaku pemerintah dan pemimpinnya, kita tidak boleh segan-segan mengatakan hal-hal yang tidak jelas namun perlu, demi rasa tanggung jawab nasional,” tambahnya.

Olmert juga menyampaikan: “Israel kini menghadapi pilihan antara gencatan senjata sebagai bagian dari kesepakatan yang dapat memulangkan para sandera dengan harapan sebagian besar dari mereka masih hidup, dan gencatan senjata tanpa kesepakatan, tanpa sandera, tidak ada pencapaian yang jelas, dengan hilangnya sisa-sisa dukungan publik internasional terhadap hak Negara Israel untuk hidup tanpa ancaman teror dari organisasi pembunuh.”

Menurut statistik Israel, Hamas menangkap sekitar 239 orang selama serangannya di Israel selatan pada 7 Oktober. Mereka menukar puluhan tahanan tersebut dengan Israel selama gencatan senjata kemanusiaan yang berlangsung tujuh hari hingga 1 Desember, sementara Israel saat ini masih memenjarakan 7.800 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak.

Olmert mencatat: “Penghentian permusuhan ini akan dipaksakan kepada kita oleh sekutu terdekat kita, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman. Mereka tidak akan lagi mampu menanggung akibat yang harus mereka tanggung dalam opini publik mengingat kesenjangan antara tidak adanya resolusi militer dan berlanjutnya pertempuran yang menimbulkan kerugian kemanusiaan, yang akibatnya tidak akan sanggup mereka tanggung.”

Sumber: middleeastmonitor

Reporter: Samsul

Hamas: Israel Membantai Seluruh Keluarga di Gaza

GAZA (jurnalislam.com)- Hamas mengumumkan bahwa tentara Israel telah banyak membantai satu keluarga di beberapa daerah di Kota Gaza dan Jalur Gaza utara, dengan dukungan dari Washington.

Hal ini disampaikan pada hari Jum’at (22/12), setelah tentara Israel meningkatkan serangan militernya di Jalur Gaza melalui darat, udara dan laut, sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah kematian dan luka-luka di kalangan warga sipil.

“Beberapa daerah di Kota Gaza dan di Jalur Gaza utara mencatat eksekusi seluruh keluarga oleh tentara penjajah Israel. Kejadian ini terjadi pada keluarga Enaya di Kota Gaza; jenazah anggota keluarganya ditemukan di rumah mereka setelah pembantaian tersebut. Pasca-peristiwa tersebut, penjajah kemudian menarik mundur pasukannya.” lapor Hamas.

“Tercatat juga beberapa kasus eksekusi para pria sipil di depan keluarga mereka, termasuk perempuan dan anak-anak, setelah rumah mereka diserbu, menurut kesaksian keluarga dan penyintas pembantaian tersebut,” tambah Hamas.

Hamas mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), komunitas internasional dan semua lembaga hak asasi manusia dan kemanusiaan untuk bersuara lantang dalam menghadapi arogansi dan kejahatan ini, serta pengabaian Israel terhadap hukum internasional dan kemanusiaan.”

Hamas juga menyerukan Pemerintah Israel dan pendukung internasionalnya, yang dipimpin oleh pemerintahan Presiden AS (Joe) Biden, harus bertanggung jawab atas kejahatan yang mereka lakukan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

Banyak situs berita menyebarkan keterangan saksi mata atas eksekusi pembantaian yang dilakukan oleh tentara Israel di depan mata mereka, selain penangkapan sewenang-wenang terhadap warga sipil yang dibawa ke tujuan yang tidak diketahui.

Tentara Israel meningkatkan serangan militernya terhadap Kota Gaza dan Jalur Gaza bagian utara, sementara Hamas menyatakan: “Terjadi Penangkapan terhadap sejumlah anggota kemanusiaan Bulan sabit Merah oleh Zionis di kamp pengungsi Jabaliya (utara) dan penangkapan terus terjadi terhadap sekitar 100 personel petugas kesehatan, hal ini merupakan kejahatan perang dan merupakan ekspresi fasisme Israel karena tindakan tersebut secara sistematis menghancurkan sektor layanan kesehatan.”

Sejak 7 Oktober, tentara Israel telah melancarkan perang genosida yang menghancurkan Gaza, yang hingga Jumat pagi (22/12), telah menyebabkan 20.057 orang syahid dan 53.320 orang terluka , sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Perang tersebut juga telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut sumber di Jalur Gaza dan PBB.

Sumber: middleeastmonitor

Reporter: Samsul

PBB Peringatkan Gaza Akan Dilanda Bencana Kelaparan

GAZA (jurnalislam.com)- Laporan PBB menemukan bahwa seluruh penduduk Gaza menghadapi kekurangan pangan akut, dan wilayah yang terkepung itu berisiko terjadi bencana kelaparan jika serangan Israel terus berlanjut hingga bulan Februari.

Persentase keluarga di Gaza yang mengalami kerawanan pangan terparah adalah yang tertinggi yang pernah tercatat di seluruh dunia, melampaui Afghanistan dan Sudan. Hal ini berdasarkan angka dalam laporan yang diterbitkan pada hari Kamis (21/12) oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC).

Badan pemantau kelaparan PBB mengatakan hampir semua rumah tangga di Jalur Gaza tidak makan setiap hari, dengan perbandingan empat dari lima rumah tangga di wilayah utara dan sebanyak setengah rumah tangga yang mengungsi di Jalur Gaza tidak makan sepanjang hari.

IPC memiliki metrik lima tahap untuk menilai krisis pangan. Antara tanggal 24 November dan 7 Desember, 90 persen penduduk Gaza diperkirakan menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi, yang diklasifikasikan pada tingkat “krisis atau bahkan lebih buruk”, dari Fase 3, yang artinya sebagai “malnutrisi akut di atas biasanya”.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa jika serangan Israel terus berlanjut, “seluruh penduduk di Jalur Gaza [sekitar 2,2 juta orang] akan berada pada tingkat kelaparan yang ‘krisis atau lebih buruk’ pada tanggal 7 Februari”. Dari periode 7 Desember hingga 7 Februari, laporan tersebut memproyeksikan bahwa 53 persen warga Palestina di Gaza akan mencapai fase kelaparan “darurat”, yang didefinisikan sebagai “kekurangan gizi akut yang sangat tinggi dan angka kematian yang sangat tinggi”.

Setidaknya satu dari empat rumah tangga (26 persen) diperkirakan berada dalam “bencana kelaparan”, tahap paling parah yang indikasinya adalah kelaparan dan kematian.

Hal ini akan menjadikan warga Palestina sebagai “populasi tertinggi yang menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi yang pernah dicatatkan oleh IPC di sebuah negara tertentu”, kata laporan itu.

Di tengah serangan Israel yang tiada henti di wilayah yang terkepung, yang dimulai pada tanggal 7 Oktober, Gaza kini berada di puncak daftar negara-negara yang menderita kerawanan pangan akut menurut IPC.

Bantuan yang tidak memadai

Laporan ini muncul ketika voting mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza diperkirakan akan terhenti pada hari Jum’at (22/12).

Pemungutan suara telah berulang kali ditunda karena Amerika Serikat ingin melemahkan isi rancangan resolusi yang mendesak untuk menghentikan peperangan yang berlarut-larut.

Laporan IPC menemukan bahwa jumlah bantuan yang telah mencapai Jalur Gaza sejak Israel menerapkan “blokade total” terhadap Gaza pada tanggal 9 Oktober sangat tidak mencukupi.

Sebelum serangan Israel terhadap wilayah yang terkepung, 1,2 juta dari 2,2 juta penduduk Gaza diperkirakan menghadapi kerawanan pangan akut, dan 80 persennya hidup dari bantuan kemanusiaan.

Perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir, yang sebelumnya menjadi satu-satunya pintu gerbang masuk dan keluar jalur tidak dikendalikan oleh Israel, sekarang mengalami pembatasan ketat dan mendapatkan beberapa serangan udara Israel sejak 7 Oktober, sehingga menyebabkan kemacetan truk bantuan di perbatasan.

Sejak tanggal 21 Oktober, bantuan kemanusiaan diperbolehkan masuk namun dalam jumlah terbatas melalui penyeberangan yang tersebut.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, OCHA, hanya 100 truk yang melintasi Rafah ke Gaza setiap hari, setengah dari jumlah yang direkomendasikan oleh PBB.

Sumber: middleeasteye

Reporter: Samsul

Datangi FKUB, Ormas Islam Semarang Imbau Umat Kristen Untuk Tidak Ajak Muslim Ikuti Perayaan Natal

SEMARANG (jurnalislam.com)- Perwakilan Ormas-ormas Islam mendatangi kantor FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), yang beralamat Jl Taman Teuku Umat no 2 Semarang, pada Jum’at (22/12/2023)

Agenda tersebut dalam rangka audiensi menyampaikan himbauan agar tidak ada ajakan kepada umat Islam dalam perayaan natal bersama.

“Kami mewakili umat islam di Semarang, menghimbau agar tidak ada lagi ajakan umat nasrani kepada umat Islam untuk ke gereja atau mengikuti ibadah keagamaan,” ucap Agus Triyanto, ketua Mualaf Center Semarang Peduli.

“Hal tersebut bisa menyebabkan konflik antar umat beragama, kita harus menjaga toleransi dengan tidak mengajak atau mengganggu perayaan ibadah yang berbeda Agama,” tambahnya.

Hadir dalam audiensi tersebut Pendeta Sedyoko perwakilan Agama Kristen menyampaikan akan mengecek kembali gereja yang telah melakukan ajakan kepada kaum Muslimin agar tidak lagi mengajak dalam perayaan umat Nasrani.

“Kami akan mengecek kembali gereja-gereja agar tidak mengajak umat Islam,” katanya

Sedangkan ketua FKUB Semarang, KH. N. Mustam Aji, MM. menyampaikan sosialisasi kepada pengurus-pengurus gereja agar tidak mengajak umat islam dalam acara keagamaan mereka

“Kami di FKUB akan selalu mensosialisasikan kepada para pengurus gereja agar jangan mengajak umat islam dalam acara keagamaannya,” tuturnya.

KH Mustam Aji pun juga mengakui di lapangan masih adanya ditemukan ajakan-ajakan tersebut karena masih banyak yang tidak mengetahui sosialisasi FKUB.

Reporter: Agus Riyanto

Hamas Mengubah Jalanan di Gaza Menjadi Labirin Mematikan Bagi Israel

GAZA (jurnalislam.com)- Korban tewas tentara Israel di Gaza sudah hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan serangan darat pada tahun 2014. Hal ini mencerminkan seberapa jauh mereka telah berhasil memasuki wilayah tersebut dan penggunaan taktik gerilya dan perluasan persenjataan yang efektif oleh Hamas.

Pakar militer Israel, seorang komandan Israel dan sumber Hamas menggambarkan bagaimana perkembangan pejuang Palestina dalam menggunakan persediaan senjata dalam jumlah besar, pengetahuan tentang medan dan jaringan terowongan yang luas untuk mengubah jalan-jalan Gaza menjadi labirin yang mematikan.

Mereka mempunyai senjata mulai dari drone yang dilengkapi granat hingga senjata anti-tank dengan muatan peledak ganda yang kuat.

Militer Israel mengatakan pada hari Minggu (17/12), bahwa 121 tentara telah tewas sejak serangan darat dimulai pada 27 Oktober, ketika tank dan infanteri mulai masuk ke kota-kota dan kamp-kamp pengungsi di Gaza.

Bandingkan dengan 66 serangan pada konflik tahun 2014, ketika Israel melancarkan serangan darat dengan skala lebih kecil selama tiga minggu namun tujuannya bukan untuk melenyapkan Hamas.

“Tidak bisa dibandingkan cakupan perang saat ini dengan tahun 2014, ketika itu sebagian besar pasukan kami beroperasi tidak lebih dari satu kilometer di dalam Gaza,” kata Yaacov Amidror, pensiunan mayor jenderal Israel dan mantan penasihat keamanan nasional yang sekarang bekerja di Institut Yahudi untuk Keamanan Nasional Amerika (JINSA).

Dia mengatakan tentara “belum menemukan solusi yang baik untuk pembangunan terowongan tersebut,” sebuah jaringan yang berkembang pesat dalam dekade terakhir.

Sejak perang dimulai, hampir 19.000 orang telah terbunuh di Gaza, sehingga memicu tuntutan internasional untuk melakukan gencatan senjata dan bahkan seruan dari sekutu setia Israel, Amerika Serikat, untuk melakukan perubahan strategi dan serangan yang lebih tepat.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel akan berperang “sampai meraih kemenangan mutlak”. Para pejabat Israel mengatakan mungkin akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapainya.

“Ini merupakan tantangan sejak hari pertama,” Ophir Falk, penasihat kebijakan luar negeri Netanyahu, mengatakan kepada Reuters bahwa serangan itu harus dibayar dengan harga yang sangat besar.

“Kami tahu bahwa kami mungkin harus mengeluarkan biaya tinggi untuk menyelesaikan misi ini.”

PERTARUNGAN BERAT

Hamas telah mengunggah video di saluran Telegramnya bulan ini yang menunjukkan para pejuang dengan kamera aksi bergerak melintasi gedung-gedung untuk meluncurkan roket yang digendong ke arah kendaraan lapis baja. Salah satunya, yang diposting pada 7 Desember, berasal dari Shejaiya, sebelah timur Kota Gaza, sebuah wilayah di mana kedua belah pihak melaporkan adanya pertempuran sengit

Dalam postingan lain pada tanggal 5 Desember, sebuah kamera muncul dari sebuah terowongan, seperti periskop, untuk memindai kamp Israel tempat tentara beristirahat. Pos tersebut mengatakan, pihaknya kemudian terkena ledakan bawah tanah.

Seperti dikutip dari laman Reuters, sumber Hamas menyampaikan dari dalam Gaza tanpa menyebut nama, mengatakan para pejuang bergerak sedekat mungkin memanfaatkan wilayah yang mereka ketahui, dan melakukan serangan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, serangan bisa dari dalam atau diluar terowongan.

“Ada perbedaan besar antara kekuatan kami dan kekuatan mereka, kami tidak membodohi diri sendiri,” dia berkata.

Hamas belum mengatakan berapa banyak pejuangnya yang tewas. Militer Israel mengatakan mereka telah menewaskan sedikitnya 7.000 orang. Hamas sebelumnya menolak jumlah yang disebutkan Israel, dan mengatakan bahwa jumlah tersebut termasuk warga sipil.

Seorang komandan Israel, yang bertempur pada tahun 2014, mengatakan luasan cakupan operasi ini berarti semakin banyak pasukan di lapangan, hal ini memberi keuntungan bagi Hamas dalam mempertahankan wilayah dan membalas serangan, sehingga diperkirakan akan ada lebih banyak korban jiwa di pasukan Israel. Dia meminta untuk tidak disebutkan namanya karena dia adalah cadangan aktif dalam perang ini.

Meniru taktik yang digunakan pada tahun 2014, militer Israel telah mengunggah gambar di media sosial yang menunjukkan jalan dihancurkan oleh buldoser di daerah-daerah yang dibangun sehingga pasukan dapat menghindari jalan-jalan yang mungkin ada ranjau darat.

Bahkan di beberapa distrik di Gaza utara banyak bangunan hancur menjadi puing-puing, sedangkan pertempuran sengit masih terus terjadi.

Sumber : reuters

Reporter: Samsul

Hari ke-70 Operasi Badai Al Aqsa, Abu Ubaidah: Mujahidin Kami Memburu Pasukan Israel Seperti Bebek

GAZA (jurnalislam.com)- Juru Bicara Brigade Al Qassam, Abu Ubaidah, menyampaikan pidato penuh semangat yang mencerminkan perjuangan rakyat Palestina selama 70 hari Perang Badai Al-Aqsa. Dalam rekaman pidato yang disiarkan langsung oleh Al Jazeera Mubasher pada Sabtu (16/12/2023), Abu Ubaidah menyatakan bahwa rakyat Palestina terus mempertahankan diri dalam pertempuran intensif melawan entitas zionis Israel yang didukung oleh operasi udara Amerika.

“70 hari telah berlalu sejak dimulainya Perang Badai Al-Aqsa, dan rakyat kita masih berjuang dalam pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.” kata Abu Ubaidah.

Ia juga mengatakan bahwa “Pemerintah Amerika mengerahkan angkatan udara untuk mendukung entitas ini seolah-olah sedang melawan negara adidaya.” imbuhnya.

Pada pidato tersebut, Abu Ubaidah menyoroti serangan musuh terhadap wanita dan petugas pemadam kebakaran, yang disebutnya sebagai kejahatan perang yang nyata.

“Dalam 5 hari terakhir, mujahidin kami mampu menargetkan lebih dari 100 kendaraan Israel di banyak wilayah pertempuran,” terangnya.

Perlawanan pemberani mujahidin juga mengungkap kelemahan dan ketakutan tentara musuh. Abu Ubaidah mencatat perpecahan di antara kelompok kriminal Israel, serta penggunaan tentara bayaran selama invasi yang mereka klaim sebagai ‘perang eksistensial’,

“Bentrokan mujahidin kita dengan pasukan musuh menunjukkan betapa lemah dan pengecutnya pasukan mereka,” ungkap Abu Ubaidah.

“Ketika momen konfrontasi tiba, Anda menemukan mereka melarikan diri dan berteriak, dan Mujahidin kami memburu mereka seperti bebek, dan mereka tidak menunjukkan perlawanan apa pun saat menyerbu,” katanya.

Lebih lanjut, Abu Ubaidah mengajak rakyatnya melakukan revolusi dan melawan musuh di seluruh Tepi Barat.

Pidatonya ditutup dengan doa, “Kesabaran kalian, akan dicatat dalam kitab-kitab sejarah, dan kemenangan Allah akan datang dengan Perkasa-Nya, dan kami berdoa: Rabbana, berikan pada kami kesabaran, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami atas orang-orang kafir.” pungkasnya.

Sumber: Al Jezeera Mubasher

Israel Mulai Memompa Air Laut ke Terowongan Gaza

GAZA (jurnalislam.com)- Media Amerika Serikat, The Wall Street Journal (WSJ), melaporkan bahwa pada hari Selasa (12/12/2023), Tentara Israel mulai memompa air laut ke dalam terowongan Gaza. Tindakan ini dapat berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan jangka panjang di wilayah tersebut.

The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa proses tersebut kemungkinan akan memakan waktu berminggu-minggu, sementara pihak Palestina dan Israel mengatakan bahwa hal tersebut berisiko terhadap nyawa para sandera yang ditahan oleh Hamas dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

ABC News melaporkan bahwa strategi memompa air laut tersebut tampaknya akan terbatas seiring pihak Israel mengevaluasi efektivitas strategi tersebut. Tidak ada informasi lebih lanjut yang diberikan dan juga tidak ada keterangan dari tentara Israel.

Awal bulan ini, WSJ, mengutip dari para pejabat AS, melaporkan bahwa Israel merakit sistem pompa besar yang mungkin digunakan untuk membanjiri terowongan yang digunakan oleh kelompok perlawanan Hamas Palestina di Jalur Gaza dalam upaya untuk mengusir zionis Israel.

Sekitar pertengahan November, tentara Israel menyelesaikan pembangunan setidaknya lima pompa sekitar satu mil sebelah utara kamp pengungsi Al-Shati yang dapat mengalirkan ribuan meter kubik air per jam, sehingga dapat membanjiri terowongan dalam waktu beberapa minggu, kata laporan itu.

Beberapa pemerintah di Washington telah menyatakan dukungannya terhadap langkah tersebut. Namun hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa banjir berpotensi membunuh sandera Israel yang ditangkap oleh Hamas selama serangannya pada tanggal 7 Oktober di Israel selatan.

Namun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa ia tidak dapat memastikan apakah ada di antara para tawanan tersebut, termasuk warga Amerika, yang masih berada dalam sistem terowongan.

“Sehubungan dengan banjirnya terowongan, ada pernyataan yang dibuat bahwa mereka [Israel] yakin tidak ada sandera di terowongan mana pun. Tapi saya tidak mengetahui faktanya,” kata Biden.

Dijuluki ‘Metro Gaza’, sebagian besar terowongan ini dibangun pada tahun 1980-an ketika digunakan untuk memasukkan barang-barang di bawah kota Rafah yang baru terpecah.

Jaringan ini menjadi lebih penting dan maju setelah pengetatan blokade Israel pada tahun 2007, yang memutus akses Gaza dari dunia luar.

Ada kekhawatiran bahwa air laut, jika dialirkan ke dalam terowongan, akan membahayakan sisa pasokan air di Gaza yang sudah sangat asin, dan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat diperbaiki, yang mungkin bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang.

Sudah ada seruan internasional untuk mengadili pejabat Israel atas dugaan ‘genosida’ di wilayah Gaza.

Pemboman Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membunuh lebih dari 18.400 orang, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, kata kementerian kesehatan Gaza.

Menurut diplomat utama Uni Eropa, Josep Borrell, serangan Israel tersebut telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur Gaza, dengan kerusakan yang lebih parah dibandingkan yang terjadi di Jerman pada Perang Dunia Kedua.

Sumber: newarab

Reporter: Bahri

Survei Palestina, Dukungan Rakyat Terhadap Hamas Meningkat Serta Mayoritas Menuntut Presiden Abbas Mundur

RAMALLAH (jurnalislam.com)- Hasil jajak pendapat di kalangan warga Palestina selama masa perang diterbitkan pada Rabu (13/12) menunjukkan peningkatan dukungan terhadap Hamas. Dukungan ini tampaknya semakin meningkat bahkan di Jalur Gaza yang hancur. Dan terjadi penolakan besar-besaran terhadap Presiden Mahmoud Abbas yang didukung Barat, dengan hampir 90% responden mengatakan bahwa ia harus mengundurkan diri.

Temuan-temuan yang dikeluarkan oleh lembaga jajak pendapat Palestina ini menandakan kesulitan yang lebih besar ke depan bagi visi pemerintahan Biden pascaperang mengenai Gaza dan menimbulkan pertanyaan tentang tujuan Israel yang ingin mengakhiri kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.

Washington telah menyerukan kepada Otoritas Palestina (PA) yang berbasis di Tepi Barat, yang saat ini dipimpin oleh Abbas, untuk mengambil kendali atas Gaza dan memerintah kedua wilayah tersebut sebagai cikal bakal negara. Para pejabat AS mengatakan Otoritas Palestina harus direvitalisasi, tanpa mengungkapkan apakah hal ini akan berarti merubah kepemimpinan.

PA mengelola wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel dan telah memerintah Gaza hingga diambil alih oleh Hamas pada tahun 2007. Palestina belum mengadakan pemilu sejak tahun 2006 ketika Hamas memenangkan mayoritas parlemen.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang memimpin pemerintahan sayap kanan dalam sejarah Israel, dengan tegas menolak peran PA di Gaza dan menegaskan Israel harus mempertahankan kendali keamanan terbuka di sana. Sekutu Arab di AS mengatakan mereka hanya akan terlibat dalam rekonstruksi pasca perang jika ada dorongan menuju solusi dua negara, yang tidak mungkin terjadi di bawah pemerintahan Netanyahu, yang didominasi oleh penentang negara Palestina.

Hasil survei ini menunjukkan semakin terkikisnya legitimasi Otoritas Palestina (PA), pada saat tidak ada jalan yang jelas untuk memulai kembali perundingan mengenai Palestina, maka kegagalan bagi Gaza pascaperang adalah pendudukan Israel tanpa batas, kata lembaga jajak pendapat Khalil Shikaki.

Survei ini dilakukan terhadap 1.231 orang di Tepi Barat dan Gaza dari 22 November hingga 2 Desember, dengan margin kesalahan 4 persen. Di Gaza, petugas polling melakukan wawancara saat gencatan senjata selama seminggu yang berakhir pada 1 Desember.

Survei tersebut memberikan wawasan tentang pandangan warga Palestina mengenai serangan Hamas dan militan Gaza lainnya di Israel selatan pada 7 Oktober. Selama serangan Israel terhadap Hamas, lebih dari 18.400 warga Palestina terbunuh, dengan sekitar dua pertiga dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Serangan tersebut melibatkan pemboman berkelanjutan dan serangan darat di Gaza, yang saat ini memasuki bulan ketiga.

Meskipun terjadi kehancuran, 57% responden di Gaza dan 82% di Tepi Barat percaya bahwa Hamas benar dalam melancarkan serangan tersebut, menurut jajak pendapat tersebut. Mayoritas orang percaya pada penjelasan Hamas bahwa mereka bertindak untuk mempertahankan tempat suci Islam di Yerusalem dari ekstremis Yahudi dan memenangkan pembebasan tahanan Palestina. Hanya 10% yang mengatakan mereka yakin Hamas telah melakukan kejahatan perang, dan sebagian besar mengatakan mereka tidak melihat video yang menunjukkan militan tersebut melakukan kekejaman.

Secara keseluruhan, 88% menginginkan Abbas mengundurkan diri, naik 10 persen dibandingkan tiga bulan lalu. Di Tepi Barat, tokoh yang dianggap memimpin pemerintahan korup, otokratis, dan tidak efektif itu mendapatkan 92% responden menyerukan supaya dia mengundurkan diri.

Pada saat yang sama, 44% warga Tepi Barat mengatakan mereka mendukung Hamas, naik dari hanya 12% pada bulan September. Di Gaza, Hamas mendapat 42% dukungan, naik dari 38% pada tiga bulan lalu.

Shikaki mengatakan dukungan terhadap PA semakin menurun, dan hampir 60% kini mengatakan bahwa PA harus dibubarkan. Di Tepi Barat, koordinasi keamanan antara Abbas dengan militer Israel untuk melawan Hamas, saingan politiknya, sangat tidak populer.

“Tingkat anti-Amerika dan anti-Barat sangat besar di kalangan warga Palestina karena persepsi mereka tentang hukum kemanusiaan internasional dan kenyataan yang terjadi di Gaza,” kata Shikaki.

Sumber : apnews

Reporter: Samsul

Mayoritas Negara di Majelis Umum PBB Dukung Gencatan Senjata di Gaza

NEW YORK (jurnalislam.com)- Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) yang beranggotakan 193 negara telah memberikan suara mayoritas mendukung resolusi yang menyerukan gencatan senjata demi kemanusiaan di Gaza yang sedang dilanda perang.

Resolusi disahkan pada hari Selasa (12/12) dengan dukungan suara dari 153 negara, 23 negara abstain, dan 10 negara, termasuk Israel dan Amerika Serikat, memberikan suara menentang. Meskipun resolusi ini bersifat tidak mengikat, namun resolusi ini berperan sebagai indikator opini global.

“Kami berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung rancangan resolusi yang baru saja didukung oleh mayoritas orang,” kata Duta Besar Arab Saudi untuk PBB Abdulaziz Alwasil dalam sambutannya setelah pemungutan suara. “Ini mencerminkan posisi internasional yang menyerukan penegakan resolusi ini.” sambungnya.

Pemungutan suara tersebut dilakukan ketika tekanan internasional meningkat terhadap Israel untuk mengakhiri serangan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan di Gaza, di mana lebih dari 18.000 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza juga telah mengungsi.

Serangan udara yang tiada henti dan pengepungan Israel telah menciptakan kondisi kemanusiaan di wilayah Palestina yang oleh para pejabat PBB menyebutnya sebagai “neraka di bumi”. Serangan militer Israel telah membatasi akses terhadap pasokan makanan , bahan bakar, air dan listrik ke Jalur Gaza.

Pemungutan suara pada hari Selasa ini terjadi setelah gagalnya resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pada hari Jum’at, yang juga menyerukan gencatan senjata kemanusiaan.

AS memveto proposal tersebut, satu-satunya suara yang berbeda pendapat dan dengan demikian membatalkan pengesahan proposal tersebut. Sementara itu, Inggris abstain. Berbeda dengan pemungutan suara di Majelis Umum PBB, resolusi DK PBB mempunyai kekuatan mengikat.

Setelah resolusi Dewan Keamanan PBB yang dibatalkan pada hari Jum’at, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengambil langkah luar biasa dengan menerapkan Pasal 99 Piagam PBB. Pasal ini memberikan kewenangan padanya untuk mengeluarkan peringatan tentang ancaman serius terhadap perdamaian internasional, suatu tindakan yang terakhir kali dilakukan pada tahun 1971.

Namun pengesahan resolusi PBB yang tidak mengikat pada hari Selasa ini juga menhadapi tentangan dari Amerika Serikat.

Baik AS maupun Austria memperkenalkan amandemen resolusi untuk mengutuk serangan yang mematikan oleh Hamas pada 7 Oktober, yang menandai dimulainya konflik saat ini.

Dikutip dari laman Al Jazeera Koresponden Kristen Saloomey mengatakan negara-negara Arab melihat amandemen ini sebagai upaya mempolitisasi voting. Keduanya gagal lolos.

“Apa yang kami dengar dari banyak negara adalah kredibilitas PBB dipertaruhkan di sini, bentuk penghormatan terhadap hukum internasional sama halnya dengan menghormati upaya kemanusiaan,” menurut Saloomey.

Duta Besar Mesir untuk PBB Osama Abdelkhalek menyebut rancangan resolusi tersebut “seimbang dan netral”, dan menyerukan perlindungan warga sipil di kedua pihak dan pembebasan semua tawanan .

Utusan Israel Gilad Erdan menentang seruan gencatan senjata, dan menuduh PBB telah “menodai moral kemanusiaan”.

“Mengapa Anda tidak meminta pertanggungjawaban kepada para pemerkosa dan pembunuh anak?” pernyataan dalam pidatonya sebelum pemungutan suara. “Waktunya telah tiba untuk menyalahkan pihak yang bersalah: di pundak monster Hamas.” kata Gilad.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden dengan tegas mendukung serangan militer Israel, dengan alasan bahwa Israel harus diizinkan untuk membubarkan Hamas.

Namun ketika pasukan Israel menyerang sekolah dan rumah sakit, membuat posisi Amerika semakin bertentangan dengan opini internasional.

Dalam pernyataannya pada hari Selasa, Biden melemparkan kritik tajam terhadap sekutu AS tersebut, dengan mengatakan bahwa Israel kehilangan dukungan internasional karena “pemboman tanpa pandang bulu” di Gaza.

AS, yang mengkritik keras Rusia atas tindakan serupa di Ukraina, dituduh menerapkan standar ganda mengenai hak asasi manusia.

“Dalam setiap langkah yang diambil, AS terlihat semakin terisolasi dari opini arus utama PBB,” kata Richard Gowan, direktur PBB di International Crisis Group, sebuah LSM, kepada Reuters.

Sumber: aljazeera

Reporter: Samsul