Arab Saudi Desak Pemimpin Kurdi Irak Batalkan Referendum

Arab Saudi Desak Pemimpin Kurdi Irak Batalkan Referendum

RIYADH (Jurnalislam.com) – Arab Saudi pada hari Rabu (20/9/2017) mendesak Massoud Barzani, presiden Pemerintah Daerah Kurdi (Kurdish Regional Government-KRG) di Irak utara untuk membatalkan referendum yang direncanakan pekan depan mengenai kemerdekaan regional.

“Kerajaan Arab Saudi berharap Presiden Barzani akan memanfaatkan kebijaksanaan dan pengalamannya yang dalam dan menahan diri untuk tidak melakukan jajak pendapat ini,” kata media resmi Saudi Press Agency mengutip seorang pejabat Saudi yang tidak disebutkan namanya, lansir Anadolu Agency.

Arab Saudi telah mengeluarkan seruan tersebut “untuk menyelamatkan daerah krisis baru yang bisa menimbulkan dampak politik, kemanusiaan dan keamanan yang serius”, pejabat tersebut menambahkan.

Perang Arab Saudi di Yaman adalah ‘Sebuah Kegagalan Strategis’

Dia juga mendesak semua pihak yang terlibat untuk “mengadakan dialog dengan maksud memenuhi kepentingan sah semua segmen masyarakat Irak, memastikan keamanan regional, dan melestarikan kedaulatan nasional Irak”.

Pejabat yang sama menyuarakan penghargaan Riyadh atas upaya PM Irak Haidar al-Abadi – seorang kritikus vokal dalam referendum pekan depan – “dalam melayani Irak dan rakyat Irak”.

Ditutup pada 25 September, referendum yang tidak mengikat akan menyaksikan penduduk di daerah yang dikuasai Kurdi di Irak utara akan mengambil suara mengenai apakah akan mengumumkan kemerdekaan dari Baghdad atau tidak.

Cape-cape ke Arab Gelar Pertemuan Oposisi Suriah, Akhirnya Ditolak Moskow

Turki, AS, Iran dan PBB semuanya bergabung dengan Baghdad menentang referendum tersebut, dengan mengatakan bahwa jajak pendapat tersebut akan mengalihkan perhatian dari perang yang sedang berlangsung melawan IS dan selanjutnya akan mengguncang kawasan tersebut.

Baghdad bahkan mengancam akan melakukan intervensi secara militer jika hasil pemungutan suara menghasilkan kekerasan.

Barzani, sebaliknya, mengatakan sebuah kemenangan untuk suara “ya” tidak akan memulai sebuah deklarasi kemerdekaan secara otomatis namun hanya mengarah pada perundingan lebih lanjut dengan Baghdad.

Bagikan