WASHINGTON (Jurnalisam.com) – Pertikaian diplomatik antara Inggris dan Amerika Serikat, setelah Gedung Putih menuduh bahwa mata-mata London telah mengintai Donald Trump, adalah insiden terbaru yang membuat fokus kembali tertuju pada aliansi intelijen internasional Five Eyes, lansir World Bulletin, Sabtu (18/03/2017).
Gedung Putih bersikeras pada hari Jumat (17/03/2017) bahwa juru bicara Sean Spicer tidak menuduh Inggris memata-matai Trump tetapi “hanya menunjuk laporan masyarakat,” menyusul siaran cerita oleh Fox News yang menunjukkan pendahulu Trump, Barack Obama, telah menggunakan badan intelijen GCHQ Inggris untuk melakukan penyadapan.
Seorang juru bicara GCHQ memberi label tuduhan penyadapan itu sebagai “omong kosong,” tapi skandal itu menghidupkan kembali fokus pada kelompok jaringan intelijen sekutu Anglo-Saxon yaitu AS, Inggris, Australia, Kanada dan Selandia Baru.
Badan-badan yang terlibat adalah Badan Keamanan Nasional AS (the National Security Agency), GCHQ Inggris, Direktorat Sinyal Australia (the Australian Signals Directorate), Lembaga Keamanan Komunikasi Kanada (Canada Communications Security Establishment) dan Biro Keamanan Komunikasi Pemerintah Selandia Baru (New Zealand’s Government Communications Security Bureau).
NSA dan GCHQ mengukuhkan upaya kolaborasi mereka pada tahun 1946 di bawah Perjanjian UKUSA yang menyediakan kerjasama pada sinyal intelijen, atau SIGINT, antara kedua pihak.
Tiga negara lain menambahkan “lembaga intel” mereka pada tahun 1955.
Selama bertahun-tahun, Five Eyes telah mengembangkan platform besar untuk spionase, intersepsi, pengumpulan data, analisis dan dekripsi komunikasi. Setiap negara berbagi informasi dan sejumlah besar data dengan empat Negara lainnya.
Luasnya data yang dikumpulkan oleh aliansi itu sendiri selama kolaborasi panjang rahasia yang batasnya tidak jelas – pertama kali diungkapkan oleh mantan kontraktor NSA Edward Snowden, saat kebocoran dokumen tahun 2013 menunjukkan jaringan intel global yang massal.
Dokumen itu menunjukkan bahwa anggota Five Eyes sengaja memata-matai warga negara sekutu dan berbagi informasi tersebut dengan negara-negara sekutu lainnya untuk menyiasatii undang-undang negara yang melarang penyadapan warga negara mereka sendiri.
Snowden menjelaskan Five Eyes pada saat itu sebagai “organisasi intelijen supra-nasional yang tidak menghormati hukum negara sendiri.”
Awal tahun lalu, Kanada mengumumkan tidak akan lagi berbagi metadata dengan sekutunya di Five Eyes karena kehidupan pribadi warga negara Kanada tidak dapat dikompromikan oleh mata-mata intelijen komunikasi tersebut.
Tetangga Amerika tidak meninggalkan aliansi, tapi keputusannya mencerminkan meningkatnya kekhawatiran mengenai privasi.
Partisipasi Ottawa mengalami pukulan pada 2012, ketika sub-letnan Angkatan Laut Kanada ditangkap karena telah menyerahkan data intelijen rahasia ke Rusia sejak tahun 2007.