GAZA (jurnalislam.com)– Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, memperingatkan bahwa tawanan Israel di Gaza berisiko meninggal karena pemerintah Zionis menolak gencatan senjata untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Pada Sabtu (20/9/2025), Al-Qassam merilis sebuah gambar di kanal Telegram yang menampilkan 47 tawanan Israel, termasuk di antaranya yang diyakini telah tewas. Di bawah setiap foto tertulis nama “Ron Arad,” merujuk pada seorang pilot Israel yang hilang sejak 1986 setelah jet tempurnya jatuh di Lebanon dan hingga kini jasadnya tidak pernah ditemukan.
Dalam keterangan berbahasa Arab pada gambar itu tertulis: “Karena kekeraskepalaan Netanyahu dan ketundukan Kepala Staf Militer Israel Eyal Zamir: sebuah foto perpisahan di awal operasi di Gaza.”
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sendiri tengah dicari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Perang Israel di Gaza kini secara luas dipandang sebagai tindakan genosida.
𝗥𝗮𝘁𝘂𝘀𝗮𝗻 𝗪𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗦𝗶𝗽𝗶𝗹 𝗚𝘂𝗴𝘂𝗿
Serangan terbaru Israel di Kota Gaza sejak awal September telah menewaskan ratusan warga sipil dan meratakan sebagian besar wilayah kota. Pada Sabtu (20/9) saja, sedikitnya 61 orang dilaporkan syahid.
Pemerintah Netanyahu secara terbuka menyatakan niatnya menduduki Kota Gaza. Agresi itu memaksa sekitar 450 ribu warga Palestina mengungsi ke wilayah selatan, sementara 900 ribu lainnya masih terjebak di kota terbesar di Jalur Gaza, menurut otoritas setempat.
𝗔𝗻𝗰𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗔𝗹-𝗤𝗮𝘀𝘀𝗮𝗺
Dalam pernyataannya, Brigade Al-Qassam menegaskan akan menghadapi pasukan Zionis dengan “pasukan syuhada, ribuan penyergapan, dan alat peledak rakitan.” Kelompok itu menegaskan, “Gaza tidak akan menjadi mangsa empuk bagi pasukan Anda. Kami siap mengirim jiwa prajurit Anda ke neraka.”
Al-Qassam juga menyebut para pejuangnya telah menanam alat peledak di kendaraan pasukan pendudukan, termasuk buldoser yang mereka sebut sebagai “target bernilai tinggi.” Mereka menambahkan bahwa tawanan Israel telah disebar ke berbagai wilayah Kota Gaza, sehingga perluasan operasi militer Israel akan semakin menghilangkan kemungkinan untuk menemukan kembali para tawanan, baik hidup maupun mati.
𝗧𝗮𝘄𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗿𝗮𝗲𝗹
Tel Aviv mengklaim sekitar 50 dari 251 tawanan yang ditangkap pada 7 Oktober 2023 masih ditahan di Gaza, termasuk 20 orang yang masih hidup. Sebagian besar tawanan yang ditangkap Hamas dan kelompok perlawanan lain telah dibebaskan melalui pertukaran dengan tahanan Palestina, sementara beberapa tewas akibat serangan Israel.
Upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata kembali terhambat setelah Amerika Serikat memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk keenam kalinya pada Kamis (18/9).
Israel tetap bersikeras bahwa syarat utama penghentian perang adalah pelucutan senjata Hamas serta penghentian kekuasaan kelompok tersebut di Gaza pascaperang. Hamas menolak syarat itu tanpa adanya gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Zionis dari wilayah Gaza.
Sementara itu, serangan udara Israel yang mematikan di Qatar pekan lalu, menargetkan sejumlah pimpinan Hamas, dinilai sebagai upaya sabotase terhadap perundingan gencatan senjata. Kendati demikian, Hamas menegaskan pihaknya tidak akan mundur dari meja perundingan dan tetap berusaha mengakhiri perang. (Bahry)
Sumber: TNA